Pengunjung

free counters

Sunday, December 16, 2012

Makna Filosofis Kisah Mahabharata


Tubuh manusia memiliki 10 organ (indriya), yaitu lima organ sensorik (jinanendriyas) dan lima organ motorik (karmendriyas), dan sebuah "antahkarana" atau organ/indera internal. Sedangkan organ sensorik dan motorikadalah organ eksternal (bahihkarana). Antahkarana berhubungan langsung dengantubuh fisik. Antahkarana merupakan bagian intrinsik dari pikiran itu sendiri.Berkat kerja dari bagian inilah pikiran kita bisa merasakan perut yang kosong,dan kemudian merasa lapar. Begitu perut kosong, pikiran mulai mencari makanan, dan hal ini diekspresikan melalui aksi fisik. Jadi terdapat dua bagian, yang satu merupakan bagian intrinsik pikiran, dan satu bagian lagi adalah kesepuluh organ.

Yang mendorong terjadinya aktivitas adalah antahkarana. Antahkarana tersusun atas pikiran sadar (conscious) dan bawah sadar (subconscoius). Maka jika antahkarana menginginkan sesuatu, maka tubuh fisiklah yang bekerja menurut keinginan tersebut.

Dalam Sanskrit dikenal enam arah utama yand dinamakan "disha" atau "pradisha": Utara, Selatan, Timur, Barat, Atas, dan Bawah. Juga terdapat empat sudut yang dinamakan "anudisha": Barat Laut (iishana), Barat Daya (agni), Tenggara (vayu) dan Timur Laut (naerta). Jadi seluruhnya ada sepuluh.

Pikiran sesungguhnya buta. Dengan pertolongan "viveka" (conscience/hati nurani) maka pikiran bisa melihat dan memvisualisasikan sesuatu. Jadi pikiran dapat dilambangkan dengan Dhritarastra (Seorang raja yg buta dalam kisah Mahabharata), dan daya fisik, yaitu kesepuluh organ dapat bekerja dalam sepuluh arah secara simultan. Jadi pikiran memiliki 10 organ X 10 arah = 100 ekpresi eksternal. Dengan kata lain, ke-100 putra Dhritasastra melambangkan seratus ekspresi eksternal ini.

Bagaimana dengan Pandawa? Mereka melambangkan lima faktor fundamental dalam struktur manusia. Sadewa/Sahadeva melambangkan faktor padat, mereprestasikan cakra muladhara (kemampuan untuk menjawab segala sesuatu). Berikutnya Nakula pada cakra svadhisthana. Nakula berarti "air yang mengalir tanpa memiliki batas". "Na" berarti "Tidak", dan "kula" bararti "batas", melambangkan faktor cair. Berikutnya Arjuna, melambangkan energi atau daya, faktor cahaya pada cakra manipura, selalu berjuang untuk mempertahankan keseimbangan. Kemudian Bhiima, putra Pandu, adalah faktor udara "vayu", terdapat pada cakra anahata. Terakhir adalah Yudhisthira, pada cakra vishuddha, dimana terjadi peralihan dari sifat materi ke sifat eterik.

Jadi pada pertempuran antara materialis dan spiritualis, antara materi kasar dan materi halus, Yudhisthira tetap tak terpengaruh."Yudhi sthirah Yudhisthirah" artinya "Orang yang tetap tenang/diam saat pertempuran dinamakan Yudhisthira".

Krsna terdapat pada cakra sahasrara. Jadi ketika kundalinii (Keagungan yang tertidur) terbangkitkan, naik dan menuju perlindungan Krsna dengan bantuan Pandava, maka Jiiva (unit diri) bersatu dengan Kesadaran Agung. Pandava menyelamatkan jiiva dan membawanya ke perlindungan Krsna.

Sanjaya adalah menteri-nya Dhritarastra. Sanjaya adalah viveka. Dhritarastra bertanya kepada Sanjaya, karena ia sendiri tidak bisa melihatnya, "Oh Sanjaya, katakan padaku, dalam perang Kuruksetra dan Dharmaksetra, bagaimana keadaan pihak kita (Pandava)?"

Keseratus putra Dhritarastra, pikiran yang buta, mencoba menguasai jiiva, yang diselamatkan oleh Pandava melalui pertempuran. Akhirnya kemenangan ada di pihak Pandava, mereka membawa jiiva ke perlindungan Krsna. Inilah arti filosofis dari Mahabharata.

Kuruksetra adalah dunia tempat melakukan aksi, dunia eksternal, yang menuntut kita terus bekerja. Bekerja adalah perintah. "Kuru" artinya "bekerja", dan ksetra artinya "medan", Dharmaksetra adalah dunia psikis internal. Disini Pandawa mendominasi.

=Alih Bahasa: Y. Kurnia Pamungkas (YKP - Bandung) =
The Inner Significance of the Mahabharata
(Yoga Psychology, Shrii Shrii Anandamurti) 


sumber : http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=920

No comments:

Post a Comment