Pengunjung

free counters

Saturday, November 2, 2013

Agama Buddha dan Kesaktian


 Seseorang bisa memiliki kesaktian jika orang tersebut dapat memasuki ketenangan dalam medhitasi dan memperoleh kebijaksanaan / kecerdasan, maka kesaktian akan datang dengan sendirinya. Ada enam macam kesaktian dalam ajaran agama Buddha yaitu : 
1. Kesaktian mata. 
2. Kesaktian telingan.
3. Kesaktian kaki. 
4. Kesaktian mengetahui pikiran orang lain. 
5. Kesaktian mengetahui masa lalu dan masa yang akan datang. 
6. Kesaktian menghilangkan kerisauan. 
Iblis atau aliran sesat juga memiliki kesaktian, tetapi mereka tidak dapat memiliki Kesaktian nomor 6 yaitu Kesaktian menghilangkan kerisauan. Di dalam ajaran agama Buddha, kesaktian bukanlah tujuan utama untuk mencapai kebebasan hidup dan mati. Tetapi kadang-kadang dengan menggunakan sedikit kesaktian akan bisa menuntun umat kearah melatih diri. Para Buddha Bodhisattva karena ingin menuntun umat, maka dengan kebijaksanaan mereka akan menunjukkan kesaktian demi meyakinkan umat dan menuntun umat menuju ke arah melatih diri, karena umat memiliki sifat merasa aneh dan ingin tahu. Misalnya Avalokitesvara Bodhisattva, dengan menggunakan kesaktiannya, melihat dan mendengar penderitaan makhluk hidup lalu datang menolonginya. Walaupun demikian, kesaktian hanyalah salah satu dari 84.000 cara Buddha untuk menuntun umat. Kesaktian bukanlah tujuan yang sebenarnya dari ajaran Buddha. Di dalam ajaran agama Buddha, sebesar atau sekuat apapun kesaktian seseorang, dia tidak akan bisa mengalahkan kekuatan Karma. Karma adalah kekuatan yang tidak terkalahkan. Salah satu murid Buddha, Mahamaudgalyayana (Mu Jian Lian) yang mempunyai julukan Kesaktian nomor satu, dengan menggunakan kesaktiannya dia juga tidak bisa menolong ibunya terlepas dari penderitaan di neraka. Oleh sebab itu, untuk memperoleh kesaktian dan tidak terjerumus kearah sesat, maka pelatih harus memiliki syarat : 
1. Welas asih. Menggunakan kesaktian dengan hati yang welas asih akan membuat hati umat menjadi tenang. Jika pelatih telah menjauhi welas asih, maka iblis akan menguasai dirinya. 
2. Taat pada sila. Dengan menaati sila, maka pelatih akan mawas diri, tidak menggunakan kesaktiannya berbuat semaunya. 
3. Kebijaksanaan. Kesaktian tidak dapat menghilangkan kerisauan. Jika tidak ada kebijaksanaan, maka kesaktian akan membuat dirinya semakin risau. Dharma Buddha mengajari kebenaran bukan kesaktian. Pada saat Buddha berada di dunia, kegiatan hidup Beliau tidak ada bedanya dengan orang biasa, seperti yang tertera dalam kitab suci “Sutra Intan”. Buddha selalu menggunakan welas asih, kebijaksanaan dan moral untuk menuntun umat, tidak menggunakan kesaktian untuk merayu umat.

sumber :  http://guanyintemple.org/v20/ajaran/index.php?act=detail&nid=115