Pengunjung

free counters

Tuesday, April 30, 2013

Sloka 405-423 Sarasamuscaya (PENYEIMBANGAN INDRA)

PENYEIMBANGAN INDRA
  • 405. Seperti keberadaan seorang pandai emas yang sedang melebur emas, jika kurang cakap dan giat proses peleburan berlangsung lama; sebaliknya jika cakap dan giat, emas itu dapat dengan cepat dilebur.
  • 406. Demikianlah keberadaan sang jiwa dalam usaha pembersihannya agar menjadi suci dan bebas dari ego angkara, jika cerdas dan berusaha dengan giat niscaya jiwa dengan cepat dapat disucikan; sebaliknya jika bodoh dan malas, meskipun dalam beratus-ratus inkarnasi jiwa belum juga bisa disucikan.
  • 407. Bagaikan orang yang secara rutin membersihkan badannya, ia tidak memerlukan waktu lama untuk mandi; tidak demikian halnya dengan orang yang jarang mandi, diperlukan waktu lama dan usaha yang keras agar dapat terbebas dari kotoran. Demikianlah kemarahan, kerakusan, dan segala bentuk pencemaran indra-indra harus dibersihkan dengan giat dari badan.
  • 408. Cara menghilangkan kemarahan janganlah ambil hati hinaan. Cara menghilangkan birahi sesat jangan sampai dirasuki asmara buta. Cara menghilangkan kebodohan tinggalkanlah kebingungan. Cara menghilangkan keserakahan/kerakusan, sadarlah terhadap kemampuan diri dan puaskan hati. cara menghilangkan ikatan duniawi, sadarlah akan hakekat segala sesuatu yang tidak pernah abadi.
  • 409. Adapun harapan/khayalan akan tercapainya sesuatu dileyapkan oleh kesadaran akan kuasa takdir. Kelekatan pada kemewahan dan kesenangan dileyapkan oleh ketidakterlekatan diri padanya. belenggu cinta dan kasih sayang dapat dikendorkan oleh keyakinan akan ketidakkekalan hidup. Kesusahan dan kedukaan hati dilenyapkan oleh pengendalian indra-indra dalam yoga.
  • 410. Kesombongan diberantas oleh kasih sayang, nafsu dilenyapkan oleh perasaan puas dan gembira; kemalasan dihilangkan oleh usaha, kebimbangan pun keragu-raguan dihilangkan oleh kemantapan dan keyakinan pada kesejatian.
  • 411. Jika keangkuhan dan keakuan dapat dimusnahkan, cinta kasih masyarakat akan datang; jika nafsu birahi dapat dikendalikan dengan baik, kenikmatan sejati akan diperoleh; jika kemarahan dapat dihilangkan, lenyaplah musuh-musuh dan perasaan curiga; jika mampu lepas dari nafsu indrawi, tidak akan ada lagi kesedihan.
  • 412. Masing-masing Indra selalu menuntut kepuasannya, orang yang bijaksana akan mengendalikan indra-indranya dengan baik, sebab jika indra tanpa kendali, ia akan menjauhkan orang dari perbuatan-perbuatan bajik dan benar.
  • 413. Untuk menangkis datangnya nafsu birahi sesat, hendaknya orang jangan merindukan hubungan terlarang, jangan memikirkannya, jangan menyentuhnya, jangan melihat apapun yang menyebabkan munculnya nafsu sesat itu. Jika birahi dapat di kendalikan, pastilah akan jauh dari kejahatan.
  • 414. Sebab munculnya birahi sesat bersumber dari kegairahan pada sesuatu yang tidak pantas, jika hasrat hati itu tidak dapat dikekang dan bertambah kuat pastilah orang akan tenggelam dalam kesesatan. Maka dari itu orang yang bijaksana tidak akan membiarkan dirinya diperbudak oleh nafsu birahi.
  • 415. Orang bijaksana paham betul baik-buruk segala sesuatu, ia memiliki pemahaman sempurna akan hakekat apapun; ia yang tercerahi dapat melihat dunia yang tadinya kejam menjadi ramah, yang tadinya buruk menjadi indah, yang tadinya kurang kini berlimpah.
  • 416. Segala yang ada dan tersedia disemesta ini adalah milik bersama sekalian makhluk, hanya orang-orang serakahlah yang beranggapan bahwa ia adalah pemiliknya, lalu mereka terjebak dan diperbudak oleh kebencian dan kelobaan hati; sedangkan bagi orang bijaksana hanya kepuasan hati itulah yang dijadikannya harta pribadi.
  • 417. Bagi orang bijaksana kelekatan pada objek-objek indra itulah yang justru di tinggalkannya.
  • 418. Orang-orang sengsara dan merana kerena ditinggal kekasihnya, sedangkan bagi mereka yang bijaksana tidak akan ada kesedihan yang melemahkan hati, sebab paham betul akan hukum ketidak kekalan.
  • 419. Usahakanlah segala sesuatu untuk tujuan kebajikan, hendaknya dipertimbangkan betul kemalasan diri, sebab inilah sumber dari kebodohan.
  • 420. Maka bagi mereka yang hendak memperoleh kebahagiaan sejati, istirahatlah pada jam istirahat, bekerjalah pada jam kerja, jangan melamun, jangan diperbudak birahi, jangan mabok, jangan malas, jangan berbuat jahat, dan kendalikanlah nafsu-nafsu indrawi.
  • 421. Pengendalian pikiran harus terus di usahakan, jangan biarkan hawanafsu bebas bergerak semaunya, sebab kejahatan pasti muncul dari liarnya nafsu yang akhirnya akan menenggelamkan orang pada duka nestapa.
  • 422. Orang yang diperbudak nafsu dan mereka yang selalu memenuhi kenikmatan indrawinya sungguh tidak akan pernah merasa puas walau segala upaya telah dilakukan untuk memanjakan nafsu indrawinya itu, bagaikan usaha ayam hutan yang hendak berteduh pada bayangan burung elang, kapankah ia akan terhindar dari panas terik.
  • 423. Birahi sesat itu jika dituruti tidak akan pernah terpuaskan, meskipun orang telah memberikan apa yang diidam-idamkannya; makin dituruti makin hebat keadaannya. Bagaikan api yang menyala karena minyak, semakin banyak dituangi semakin bertambah besar saja nyalanya.
  •  
  • sumber : http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-405-423-sarasamuscaya.html

Sloka 424-442 Sarasamuscaya (WANITA JALANG / LELAKI HIDUNG BELANG)

WANITA JALANG / LELAKI HIDUNG BELANG
  • 424. Tidak ada yang menyamai kehebatan birahi sesat dalam membuat kesengsaraan, maka dari itu jauhi wanita jalang/lelaki hidung belang itu, jangan pernah diangan-angankan, sebaiknya ditinggalkan saja.
  • 425. Adapun mereka yang kehilangan akal, wanita jalang/lelaki hidung belang inilah salah satu penyebabnya; mereka menjual harta benda dan bahkan harga diri sekalipun demi wanita jalang/lelaki hidung; inilah awal dari segala kesengsaraan, oleh karena itu jangan sampai hati tertambat olehnya.
  • 426. Wanita jalang/lelaki hidung belang sesungguhnya lebih berbahaya dari badai, banjir bandang, api yang berkobar-kobar, ataupun bisa yang mematikan.
  • 427. Sebab wanita jalang/lelaki hidung belang senantiasa akan memancing nafsu birahi lalu mengikat si bodoh dalam tali temali asmaranya yang kuat.
  • 428. Tidak ada yang menjadi pantangan bagi wanita jalang/lelaki hidung belang, ia tidak membedakan apakah orang tua ataukah bocah, jika nafsu birahinya datang semua orang digoda dan diajak melakukan senggama.
  • 429. Umumnya wanita jalang/lelaki hidung belang itu berprilaku buruk, tidak dapat diatur walau telah dibatasi. Meskipun mereka berpendiikan agama, moral dan budi pekerti; jika ada kesempatan lupalah ia akan agama, moral pun budi pekerti.
  • 430. Bagaimanapun sulitnya ilmu pengetahuan ia dapat dipahami jika tekun mempelajarinya; namun sebaliknya, pikiran wanita jalang/lelaki hidung belang sangat sulit untuk diketahui dan tidak ada kepastian jika ia akan dapat dikuasai.
  • 431. Tidak ada puas-puasnya api itu, meskipun semua bahan bakar dibumi ini dituangkan padanya tidak akan membuat nyalanya mengecil, bahkan akan semakin besar dan berkobar-kobar saja keadaannya; demikian juga laut tiada pernah penuh mesikupun dialiri oleh jutaan sungai-sungai besar; demikian juga sang maut tidak pernah berhenti mengambil jiwa-jiwa makhluk hidup. Demikianlah keadaan wanita jalang/lelaki hidung belang yang tiada pernah puas akan birahi dan persetubuhan.
  • 432. Tidak akan ada akhirnya, jika perbuatan-perbuatan tercela wanita jalang/lelaki hidung belang itu diceritakan. Bilamana ada orang yang berlidah seribu menceritakan kejelekannya dalam seratus tahun dan ia tidak mengerjakan pekerjaan lain selain bercerita, pasti tidak akan berakhir juga ceritanya itu.
  • 433. Wanita jalang/lelaki hidung belang itu adalah bara dari lawan jenisnya, apabila wanita/lelaki birahi datang padanya, pasti akan hancur lebur dan kehilangan dayanya; sebaliknya jika orang berlaku bijaksana dan hatinya tidak dkuasai oleh wanita jalang/lelaki hidung belang, niscaya ia akan selalu berkeadaan selamat.
  • 434. Sesungguhnya wanita jalang/lelaki hidung belang itu tidak ubahnya seperti sulap yang berbahaya, maka dari itu ia dijauhi oleh wanita/lelaki yang bijaksana, apalagi oleh orang yang telah bersuami istri.
  • 435. Kebiasaan wanita jalang dan lelaki hidung belang senantiasa menimbulkan kesengsaraan bagi yang lainnya, ia jugalah yang menjauhkan orang dari kewajiban dan rutinitas kerja; mereka yang bijaksana menyadari akan hal ini dan tidak akan tergoda oleh kenikmatan birahi sesat.
  • 436. Adalah kepunyaan paling pribadi dari lelaki hidung belang dan wanita jalang yang sesungguhnya sangat menjijikkan lagi pula sangat kotor dan berpenyakitan; mestinya benda itu dijauhi saja, beruntunglah orang jika tidak sampai lekat dan rindu birahi padanya.
  • 437. Sebab didunia ini, sungguhpun orang cukup bijaksana, tiada luput ia dari nafsu birahi pada organ-organ seksual lawan jenisnya.
  • 438. Organ-organ seksual itu membuat banyak manusia bingung dan tergila-gila padanya, mereka seolah menjadi buta dan tuli karenanya.
  • 439. Tiada berdaya sesungguhnya orang jika selalu mengikuti nafsu birahinya yang sesat, semakin diikuti semakin bertambah kuat saja, tidak akan pernah menjadi puas ia akan persetubuhan.
  • 440. Terlalu menjijikkan organ-organ seks lelaki hidung belang dan wanita jalang itu jika dibicarakan, ia dipenuhi oleh bakteri-bakteri dan penyakit yang mematikan.
  • 441. Oleh karena itu hendaknya dijauhi saja lelaki hidung belang dan para wanita jalang, jangan didengarkan rayuannya, jangan dipandang wajahnya yang penuh birahi dan ajakan-ajakan sesat, jangan sampai tergoda padanya.
  • 442. Jangan tidak waspada akan datangnya nafsu birahi, jangan berfikir, jangan berbicara, jangan sampai melakukan birahi sesat.
  •  
  • sumber :http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-424-442-sarasamuscaya-wanita.html

Sloka 443-447 Sarasamuscaya (BIRAHI DAN KEBENCIAN)

BIRAHI DAN KEBENCIAN
  • 443. Bagaikan api dalam rongga kayu, ia akan membakar kayu itu tanpa sisa, mati seluruhnya hingga ke akar, dahan, ranting dan daun-daunya. Demikianlah nafsu birahi sesat itu dalam hati, ia pasti akan melenyapkan kebajikan, kekayaan, dan kebebasan. Nafsu birahi sesat itu senantiasa terkait dengan kebencian, selama nafsu birahi sesat itu ada dalam diri, kebencian pasti mendampinginya.
  • 444. Nafsu birahi sesat itu adalah belenggu utama umat manusia, jika ada orang yang mampu terbebas darinya, niscaya ia akan memperoleh alam sugawi, dimana tiada lagi kematian, kesengsaraan dan ketakutan.
  • 445. Mereka yang mampu mengendalikan birahinnya, mampu mengendalikan amarahnya, tahan terhadap kecaman dan pujian, niscaya akan menjadi bijaksana.
  • 446. Orang janganlah terbakar oleh kemarahan, biarpun didera fitnah, ejekan, kata-kata kasar dll; jangan pula melakukan fitnah, ejekan, dan berkata-kata kasar pada orang yang dianggap sesat sekalipun; sebab Tuhanlah yang maha tahu akan salah dan benar perbuatan manusia.
  • 447. Mereka yang dipengaruhi oleh pikiran sesat, kemudian akan berkeinginan sesat, berikutnya akan berusaha sesat, lalu mencintai kesesatan.
  •  
  • sumber : http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-443-447-sarasamuscaya-birahi-dan.html

Sloka 448-485 Sarasamuscaya (CINTA BUTA)

CINTA BUTA
  • 448. Yang disebut cinta buta itu, adalah sumber dari segala sumber bencana, yang menimbulkan kebencian dan ketakutan. Cinta buta diakui sebagai yang terjahat dari kejahatan, sungguh amat mengerikanlah akibat dari cinta buta itu.
  • 449. Mereka yang diperbudak cinta buta akan melakukan segalanya demi cintanya yang sesat, ia menjadi bodoh dan kehilangan kecerdasan, ia kehilangan jatidiri dan sesungguhnyalah ia telah binasa dalam hidupnya.
  • 450. Masa kecil berganti dewasa, masa dewasa berganti masa tua; demikian juga kesehatan akan berganti kesakitan; pun juga hidup akhirnya akan mati. Sebaliknya cinta sesat itu tidak pernah mati walaupun badan mati; ia tetap melekat kuat pada roh jika anda belum menemukan cara untuk menglenyapkannya.
  • 451. Perhatikanlah orang tua itu, rambutnya telah rontok, badanya kurus kering dan bungkuk; demikian juga giginya telah tanggal semua, berjalan terhuyung-huyung karena kaki sudah tidak kuat lagi menyangga tubuhnya; akan tetapi keinginannya akan hidup yang berlimpah kekayaan sedikitpun tidak berkurang, sangat kukuh dan tidak tergoyahkan.
  • 452. Tidak ada apapun didunia ini yang dapat memenuhi keinginan, sebab orang yang diperbudak keinginan tiada bedanya dengan usaha si bodoh yang hendak memenuhi samudra dengan air sumurnya.
  • 453. Jika kekayaan dan harta bertambah, bertambah jugalah keinginan itu, bagaikan keadaan tanduk lembu yang akan menjadi semakin besar dan panjang jika si lembu semakin dewasa dan semakin gemuk, demikianlah keinginan itu akan menjadi semakin bertambah hebat jika segala kemauannya dituruti.
  • 454. Tiada bedanya keinginan itu dengan keberadaan seorang wanita yang dapat menundukkan suaminya, dengan tega si istri menyuruh suaminya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang tidak pantas untuk dilakukan; demikianlah kehebatan keiinginan apabila selalu dituruti segala kehendaknya, niscaya ia akan memperbudak korbannya dan dibawalah mereka menuju kesesatan.
  • 455. Sesungguhnya sangat hebat pengaruh keinginan itu, timbulnya permusuhan, peperangan, dan berbagai kejahatan disebabkan olehnya; sebaliknya jika orang mampu menguasai keinginan maka tiada permusuhan dan dendam kesumat baginya, tiada kemiskinan pun kekayaan dan dapat terbebas dari duka nestapa.
  • 456. Bagaimanakah rupa dan wujud dari keinginan? Adalah sesuatu yang tidak berbadan namun sangat kuat melekat dalam badan, tidak mungkin tersingkirkan oleh orang-orang jahat; ia tidak turut musnah apabila badan sakit, merana dan sengsara, bahkan dapat tetap bertahan hidup walaupun badan telah mati. Jika keinginan itu dapat ditundukkan dan dikendalikan, kebahagiaan sejati pasti tercapai.
  • 457. Jika seluruh kesenangan di bumi dan kesenangan pahala surga disatukan, kemudian beratnya itu ditimbang dengan kebahagiaan sejati karena dapat terbebas dari keinginan, maka kesenangan bumi dan surga itu menjadi seringan kapas yang melayang tertiup angin.
  • 458. Keinginan itulah yang melahirkan keserakahan, tiada bedanya keserakahan itu dengan buaya, karena keduanya sama kejam menenggelamkan orang ke dalam kesengsaraan, jika keserakahan bertambah hebat timbullah kejahatan, adapun kejahatan itu mendatangkan penderitaan dan kesengsaraan.
  • 459. Singkatnya keinginan menimbulkan keserakahan, keserakahan merupakan rumah dari segala macam kejahatan, jika orang telah di kuasai oleh keserakahan ia pasti akan menjadi jahat, walau awalnya ia bijaksana dan suci sekalipun.
  • 460. Semakin besar keserakahan itu, semakin bertambah besar saja ketidak puasan hati, jika orang tidak puas pastilah mengalami kesedihan dan kedukaan. Apabila keserakahan itu mengacaukan pikiran maka tiadagunalah kebijaksanaan dan segala ilmu pengetahuan yang dimiliki.
  • 461. Melalui keserakahan harta kekayaan didapatkan, setelah berhasil munculah ketakutan akan adanya pencurian, perampokan dll; apabila harta itu berkurang bukan main sedih hatinya, apabila menjadi bangkrut rasanya lebih buruk dari kematian; singkat kata keserakahan itu hanya menimbulkan kesedihan dan kedukaan hati saja.
  • 462. Setelah berhasil memperoleh harta hasil keserakahan, berikutnya munculah kecongkakan, kebingungan dan kesusahan. Menjadi congkak karena harta diperoleh dengan mudah, bingung karena harta hasil kejahatan, dan susah karena takut harta akan segera habis.
  • 463. Mereka yang memperoleh harta dengan cara jahat, tiada orang yang tidak dicurigainya, bahkan ia juga curiga pada api yang bisa membakar hartanya, pada air yang bisa menghayutkan hartanya, pada angin yang bisa menerbangkan hartanya; bagaikan keberadaan sang maut yang selalu ditakuti oleh makhluk hidup. Dalam kecurigaan dan ketakutan kapankah kebahagiaan itu diperoleh?
  • 464. Tiada bedanya harta sesat itu dengan daging dendeng, semua tempat ditakutinya; jika ia ditaruh di atas burunglah yang ditakutinya, jika dibawah anjinglah yang ditakutinya, jika ditaruh di air ikanlah yang ditakutinya; semua tempat mendatangkan kecurigaan bagi orang yang memperoleh hartanya dengan cara sesat.
  • 465. Tiada yang abadi, persaudaraan, pernikahan, dan persahabatan yang terjalin semuanya kelak akan berpisah; bahkan lekatnya roh dengan badan sekalipun, kelak apabila tiba waktunya akan dipisahkan oleh maut. Menyadari itu semua apa sebabnya manusia menginginkan perolehan harta dengan cara yang sesat.
  • 466. Banyak orang yang berani mempertaruhkan nyawanya dan membunuh demi harta; ada orang yang mau menjual harga dirinya pun orang lain demi harta; bahkan banyak orang yang mau menjadi penjilat demi harta; demikian kuatnya keinginan akan perolehan harta, padahal ketika ia mati tidak akan ada sedikitpun yang bisa dibawanya ke alam akherat.
  • 467. Harta sesat adalah harta hasil keserakahan, keserakahan itu adalah sumber dari segala jenis kejahatan, kejahatan menghasilkan dosa, dari dosa diperolehlah neraka.
  • 468. Tiga yang dapat membuat manusia itu mabuk dan bingung, diantaranya: 1) lawan jenis (pria/wanita); 2) harta (kekayaan) dan 3) tahta (kekuasaan). Jika ada orang yang dikuasai olehnya, ia sesungguhnya sedang tidur atau pingsan dalam hidupnya.
  • 469. Hasrat akan kekayaan dan nafsu sesat pada lawan jenis berkeadaan sama dengan riaknya ombak, sama-sama goncang, berkeadaan tidak tetap, dan tidak bisa diprediksi; karena sifatnya yang berubah-ubah hendaknya orang bijaksana tidak lekat padanya, sebab kenikmatan yang diberikan oleh harta dan nafsu sesat itu sama persis dengan kenikmatan jika berlindung dibawah mulut ular yang berbisa.
  • 470. Janganlah menjadi bingung, jangan berlebih-lebihan dalam mengejar harta, hendaknya dilakukan secara wajar dan benar, sebab hasrat badaniah dan panca indra itu adalah rintangan terberat dari umat manusia.
  • 471. Kemiskinan dan kekayaan itu terlihat berbeda, seolah-olah si miskin adalah wujud kesengsaraan dan si kaya adalah wujud kebahagiaan; padahal jika dicermati, orang kaya yang tidak perah merasa puas akan selalu saja diganggu oleh perasaan takut bangkrut sedangkan si miskin yang puas dengan hidupnya berhasil memperoleh kebahagiaan.
  • 472. Oorang-orang yang suka mengejar perolehan harta secara sesat, tidak ada satupun dari mereka yang dapat terbebas dari kesusahan juga tidak ada satupun dari mereka yang akan memperoleh kebahagiaan sejati; maka dari itu orang bijak tidak akan mengumpulkan harta dengan cara sesat, bahkan pikiran-pikiran tentang kesesatan itu dengan cepat hendaknya dienyahkan dari dalam diri.
  • 473. Suka dan duka sejatinya disebabkan oleh pikiran sendiri; orang menjadi suka hatinya melihat suatu yang menyenangkan, sebaliknya orang dapat mengalami duka nestapa ketika melihat sesuatu yang tidak menyenangkan; seseorang menjadi senang ketika dapat memungut sekeping emas sebaliknya yang kehilangan menjadi berduka; orang berduka karena kecurian sedangkan si pencuri bergembira mendapat harta curian. Inilah yang menjadi alasan bahwa sesungguhnya suka dan duka itu di sebabkan oleh subjektifitas pikiran.
  • 474. Sangat sukar memperoleh harta kekayaan; sangat berat tanggung jawab untuk mensejahterakan keluarga, namun sebaliknya sangat mudah untuk memperoleh kesengsaraan, mereka yang dapat memahami ketiganya berdasarkan kewajiban pasti dapat terbebas dari belenggu kesengsaraan.
  • 475. Maka dari itu hendaknya segala sesuatu yang terkait dengan keduniawian dilakukan atas dasar kewajiban dan jangan sampai terikat olehnya, bagaikan keadaan sang ular yang melepaskan kulitnya dengan ikhlas demi perkembangan dirinya menuju kebaikan.
  • 476. Mereka yang terikat kuat oleh perasaan cinta buta, sesungguhnya sangat gemar hidup dalam kesedihan dan duka hati; bagaikan menusuk jatung sendiri dengan tombak.
  • 477. Karena cinta buta itulah asal mula dari kesedihan hati, perasaan yang buta itu membuat hidup terkekang dan terbelenggu duka hati.
  • 478. Jika sangat lekat cinta buta itu pada keluarga, hingga segala cara hendak dilakukan demi kemewahan keluarga, keadaan orang ini sama dengan seekor gajah tua yang dengan sengaja menenggelamkan diri dan keluarganya dalam lumpur.
  • 479. Mereka yang mencintai anak dan istrinya secara buta hingga tanpa sadar melakukan tindakan-tindakan yang justru menyesatkan keluarganya berkeadaan layaknya orang yang tanpa sadar minum minuman keras hingga mabuk, mereka menjadi bingung, kacau pikirannya dan membahayakan orang lain.
  • 480. Kelurga, istri, bahkan anak dengan sengaja harus dinasehati, dimarahi bahkan dihukum jika mereka melakukan tindakan-tindakan jahat; keluarga, istri, bahkan anak hendaknya dengan rela ditinggalkan ketika ajal tiba.
  • 481. Apapun yang berlebih-lebihan hendaknya ditinggalkan saja, karena tidak mungkin akan membawa pada kebaikan; demikian juga cinta yang berlebih-lebihan hanya akan membawa orang pada kesengsaraan saja.
  • 482. Jangan memikirkan lagi ikatan-ikatan duniawi, harta, keluarga anak dan istri ketika ajal menjemput, bebaskan diri dari ikatan-ikatan duniawi agar dapat mencapai kebebasan.
  • 483. Sesunggunya segala kesenangan dan duka dalam hidup ini terkait erat dengan kehidupan terdahulu.
  • 484. Sesungguhnya orang terpisah kemudian bertemu kemudian berpisah lalu bertemu lagi pada akhirnya akan terpisah juga oleh kematian, walaupun kelak dapat bertemu lagi dalam kehidupannya yang akan datang.
  • 485. Demikianlah persahabatan terjalin, pernikahan terjadi, anak dilahirkan pada akhirnya semua akan dipisahkan oleh sang maut kematian, oleh karena itu janganlah terlalu besedih apalagi sampai menyengsarakan diri apabila perpisahan itu terjadi.
  •  
  • sumber :http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-448-485-sarasamuscaya-cinta-buta.html

Sloka 486-511 Sarasamuscaya (PEMBEBASAN)

PEMBEBASAN
  • 486. Tiada yang tahu akan penjelmaan manusia, tidak juga dapat diketahui berapa banyak penjelmaan yang telah dilalui, berkali-kali pernah menjadi ayah, ibu, sumi, istri, dan anak; menyadari siklus ini siapakah yang sebenarnya dengan permanen dapat dikatakan seketurunan, dan yang manakah dapat anda tunjuk satu keturunan permanen dengan anda?
  • 487. Tidak ada hubungan yang kekal, bahkan hubungan anda dengan badan pun tidak kekal, suatu saat dan pasti akan tiba saatnya anda berpisah dengan badan sendiri.
  • 488. Dinyatakan hidup datang dari ketiadaan dan akan kembali tiada, menyadari ini yang manakah sesungguhnya menjadi hak milik secara permanen, sedangkan cepat atau lambat akan tiba saatnya dimana anda akan berpisah dengan sesuatu yang dianggap kepunyaan sendiri.
  • 489. Akan tiba saatnya kita berpisah dengan kekayaan, akan tiba saatnya kita berpisah dengan orang tua, akan tiba saatnya kita berpisah dengan anak-anak, dengan sahabat, teman dll; ketika perpisahan itu terjadi hanyalah baik buruk perbuatan diri yang setia menemani.
  • 490. Adalah mereka yang selalu bersedih akan yang mati, adalah mereka yang selalu bersedih akan harta yang hilang; sangat besarlah kesedihan hatinya, kesedihan itulah sumber dari kesengsaraan.
  • 491. Inilah obat untuk memusnahkan kesedihan, jangan pernah membiarkan diri larut dalam kesedihan yang berkepanjangan akibat kehilangan dan kematian, jangan pernah menenggelamkan diri dalam kedukaan hati, sadarilah bahwa pada akhirnya tiada apapun yang kekal, manusia akhirnya akan berpisah dengan orang-orang yang disayang, akhirnya mereka akan kehilangan harta kekayaan; orang yang senantiasa sadar dan ikhlas pada yang hidup pasti akan mati, yang datang pasti akan hilang, dapat terbebas dari kedukaan dan kesedihan hati.
  • 492. Ada kalanya orang meninggalkan kekayaannya, seringkali kekayaan meninggalkan orang, tiada kekallah pertalian orang dengan hartanya dan harta dengan orangnya, inilah bukti bahwa segala sesuatu itu tidak akan pernah kekal; orang yang bijaksana dan sadar akan hakekat ini, pasti dapat terebas dari ikatan.
  • 493. Sebaiknya kuatkanlah diri dengan ilmu pengetahuan yang benar, yang dapat membimbing orang untuk senantiasa berkeadaan sadar pada hukum ketidak kekalan dan dapat terbebas dari ikatan.
  • 494. Mereka yang sadar akan ketidakkekalan, walaupun layu bunga yang disuntingkan dirambut kepalanya tidak akan membuatnya berduka atau bersedih, sedangkan mereka yang buta, amat bersedih hatinya jika sesuatu yang diyakininya sebagai kepunyaan menjadi berkurang walaupun hanya beberapa bagian kecil saja.
  • 495. Perhatikan orang yang bahkan hingga mempertaruhkan jiwanya demi menumpuk harta kekayaan, orang seperti ini sungguh kurang bijaksana sebab mereka yang bijaksana hanya mau bersusah-susah asalkan dengan tidak susah juga ia dihilangkan. Orang yang kurang bijak karena mendapatkan harta dengan sangat susah menjadi terikat kuat dengan hartanya itu, sedangkan mereka yang bijak meskipun tampaknya harta didapat dengan cara susah tidaklah terikat beliau olehnya.
  • 496. Ada suka pasti ada duka; ada yang kaya pasti ada yang miskin; ada yang hidup pasti ada yang mati. Sekarang suka suatu saat pasti mengalami duka, sekarang kaya suatu saat pasti menjadi miskin, sekarang hidup suatu saat pasti akan mati, demikianlah keadaannya datang dan pergi, hidup dan mati silih berganti; mereka yang bijaksana tidak bergembira pada yang datang dan tidak pula beliau bersedih pada yang pergi, senantiasa tenang dan jerih pikirannya.
  • 497. Nikmatilah kesukaan dan kesedihan, jalani hidup dalam kaya dan miskin, ikhlaslah pada yang hidup dan yang mati. Janganlah pikirkan hasil dan kontribusi yang didapatkan dari usaha, akan tetapi teruslah berbuat bajik dan benar, bagaikan orang bersawah tahan akan panas terik matahari dan tetap bekerja berdasarkan kewajiban, setelah saatnya tiba panen pasti akan diperoleh.
  • 498. Sesungguhnya tidak dapat dihindari suka dan duka itu, sebab keduanya adalah anugerah bagi pendewasaan diri; namun mereka yang bijak tidak akan dapat dikacaukan oleh keduanya dan justru mendapatkan manfaat darinya.
  • 499. Hidup ini bagaikan putaran roda, yang tadinya di atas berikutnya akan berada dibawah, demikian juga yang di bawah berikutnya akan berada di atas, demikian juga suka dan duka itu datang silih berganti, ada kalanya suka berikutnya duka, adakalanya duka berikutnya suka; sesungguhnya semua itu terhubung dengan hukum sebab akibat dari perbuatan sendiri; baik ataukah buruk kualitas hidup saat ini, sungguh disebabkan oleh perbuatan masa lalu.
  • 500. Jika orang sadar akan hakekat dari hukum sebab akibat perbuatan, demikian juga sadar akan hakekat kelahiran dan kematian (hukum karma), semakin ia sadar akan hakekatnya semakin tidak terlekati dirinya oleh kesenangan dan kesedihan, orang seperti inilah yang disebut bijaksana.
  • 501. Pikiran yang dipenuhi oleh pengetahuan sejati (hakekat karma), inilah hendaknya dipergunakan untuk melenyapkan kedukaan hati; seperti rempah-rempah dapat dipakai melenyapkan penyakit badan, demikianlah kearifan budi dapat dipakai menyembuhkan penyakit-penyakit rohani.
  • 502. Penyakit rohani pada akhirnya pasti akan menimbulkan penyakit fisik; seperti besi yang dibakar hingga panas lalu dicemplungkan kedalam air, panas jugalah air itu akhirnya.
  • 503. Oleh sebab itu kekacauan pikiranlah yang hendaknya dimusnahkan lebih dulu dengan kearifan budi, bagaikan keberadaan api yang akan padam oleh air, demikian juga apabila kekacauan pikiran lenyap, hilang jugalah sakitnya badan.
  • 504. Bukannya orang yang telah berusia lanjut, bukannya orang yang sudah ubanan, dan bukannya orang yang keriput kulitnya dikatakan bijaksana, melainkan hanya orang yang paham akan hekekat paling hakiki dari pengetahuan itu sajalah yang pantas dinyatakan bijaksana.
  • 505. Mereka yang arif bijaksana tidak bersedih jika mengalami kesusahan, tidak bergirang hati jika memperoleh kesenangan, tidak digelapkan hatinya oleh kemarahan, ketakutan dan kedukaan hati; mereka yang bijak tetap tenang dan jernih hatinya dalam berbagai situasi.
  • 506. Beribu-ribu kesusahan, demikian juga ribuan marabahaya dan kedukaan hati datang dalam hidup ini, hanya pikiran si bodohlah yang dapat dikacaukan oleh keadaan itu, sedangkan mereka yang arif bijaksana sedikitpun tidak terkacaukan.
  • 507. Mereka yang telah berhasil memahami hakekat paling hakiki dari pengetahuan pasti dapat melenyapkan segala pikiran kotor, dapat melenyapkan perkataan kotor, dan dapat melenyapkan perbuatan kotor. Mereka yang berkeadaan suci terbebas dari sifat ego dan malas, rohani pun jasmaninya dipenuhi oleh sifat baik dan bajik.
  • 508. Mereka yang arif bijaksana tidak akan dibutakan hatinya oleh kenikmatan duniawi; walaupun dikelilingi oleh berbagai kesenangan, oleh berbagai kelesatan makanan, mereka yang arif bijaksana tidak akan terlekati olehnya. Adapun mereka yang bodoh menjadi sangat senang saat memperoleh kenikmatan hidup pun amat berduka ketika memperoleh kesengsaraan hidup, hati mereka buta oleh kebodohannya.
  • 509. Kearifan budi jika dikotori oleh kekotoran pikiran berkeadaan tidak murni lagi, seperti kemurnian emas menjadi berkurang karena adanya logam campuran, menyebabkan cahaya emas menjadi kurang cemerlang.
  • 510. Jika tekun dalam melatih dan menyucikan pikiran niscaya kecemaran badanpun akan lenyap, jika kekotoran badan dapat dilenyapkan oleh pengetahuan hakiki, terhapuslah segala macam kesengsaraan hidup.
  • 511. Demikian hebatnya kekuatan pikiran itu, ia tidak tampak namun kenyataannya ia ada dan menjadi sumber dari segalanya, ia sumber dari kebahagiaan pun sumber dari kesengsaraan, berkeadaan layaknya jejak-jejak burung yang terbang diudara atau jejak ikan yang berenang di air.
  •  
  • sumber :http://yadnya-banten.blogspot.com/2012/06/sloka-486-511-sarasamuscaya-pembebasan.html

Siap Mati


mors certa, hora incerta (kematian itu pasti, waktunya yang tidak pasti)
Kematian adalah saat berhentinya semua fungsi biologis pada suatu makhluk hidup, probabilitas terjadinya kematian adalah 1, atau 100% pasti terjadi pada semua makhluk hidup. Mungkin karena waktu kematian tidak diketahui, maka orang cenderung tidak mempersiapkan kematiannya. Saat kematian akhirnya datang, penderitaan batin yang dialami sangat menyakitkan.


Mengapa tidak siap mati? Pasti bukan karena tidak siap untuk terlahir kembali menjadi cacing kremi (bagi yang percaya kelahiran kembali) atau tidak siap terlempar ke neraka (bagi yang percaya neraka yang kekal), alasan yang sebenarnya adalah... tidak siap kehilangan. Bayangkan kalau harus kehilangan suami/istri/anak/keluarga/pacar gelap, harta, atau matahari pagi. Saking tidak siapnya dengan kematian, banyak orang merasa tabu membicarakannya, bahkan memikirkan tentang kematian pun dianggap hal buruk, tapi tetap saja pikiran yang liar akan sering "mengingatkan" kematian, terutama jika ada peristiwa yang mendukung seperti menghadiri pemakaman, sakit, atau melihat/mengalami kecelakaan.
PENTINGNYA SIAP MATI
Anggap seorang manusia hidup bahagia selama 69 tahun, menginjak tahun ke-70 ia sakit parah dan menderita secara fisik dan batin selama 1 tahun sebelum akhirnya mati. Saat ia mengalami 1 tahun terakhir penderitaan, 69 tahun kebahagiaan sebelumnya tidak akan berarti apa-apa, orang yang sedang menderita tidak akan terhibur dengan kenyataan bahwa ia telah melampaui banyak kebahagiaan di masa lalu, malahan pada saat sakit menjelang mati, orang mungkin lebih memilih menukar nasibnya (jika bisa), mengalami 69 tahun penderitaan asalkan mengalami 1 tahun terakhirnya dengan kebahagiaan. Jadi sebanyak dan selama apapun kebahagiaan yang pernah dialami tidak ada artinya lagi pada saat menderita menjelang mati, cuma gara-gara satu hal: tidak siap mati!
Saat yang terpenting bukan masa lalu, tetapi saat ini. Karena kematian adalah pasti, maka cepat atau lambat kematian akan menjadi saat ini. Kalau ada yang mengaku tidak takut mati, jangan langsung percaya terutama kalau ia tidak sedang dalam suasana hampir mati. Lihatlah reaksi para penumpang pesawat jika pesawat yang ditumpangi mengalami masalah, misalnya bergetar, semakin besar getaran akan semakin terlihat ketakutan penumpang. Seperti halnya orang yang sedang menderita sakit parah, orang yang sedang mengalami keadaan bahaya akan mengharapkan "bargain", menukar keselamatannya dengan apapun yang dapat dibayangkannya.
Tidak siap mati akan menampilkan ego yang sangat besar saat orang mengalami keadaan menjelang mati. Hal ini justru menambah penderitaan diri sendiri, dan dapat menambah penderitaan orang lain karena ego yang tinggi cenderung tidak perduli dengan orang lain. Tapi semua hal itu bisa dihadapi dengan satu jurus sakti, yaitu: siap mati.
KEMATIAN ADALAH HAL YANG ALAMI
Siap mati tidak sama dengan pesimis hidup. Seandainya siap mati = pesimis hidup, hasilnya adalah banyak orang bunuh diri. Kita harus dapat membedakan hal yang alami dan tidak. Belajar dan berusaha adalah alami. Sejak bayi, manusia sudah belajar berjalan, demikian juga makhluk hidup lainnya, misalnya anak burung secara alami akan belajar terbang. Menghindari kematian juga merupakan hal yang alami, makhluk kecil seperti semut pun akan berusaha menyelamatkan hidup jika terancam bahaya.
Kematian juga merupakan hal yang alami, karena itu menolak kematian adalah menentang hukum alam, menentang perubahan, yang hanya akan menghasilkan penderitaan yang lebih besar. Sebaliknya menerima kematian sebagai hal yang alami akan membuat batin tenang, menyadari bahwa kita harus melepas sanak saudara, harta, kesehatan terpisah dari diri kita.
Mental siap mati akan "terasah" jika kita melihat semuanya secara alami dan berlatih untuk itu. Memahami kalau semua hal tidak akan dimiliki selamanya, maka kehilangan harta, keluarga, atau apapun dalam kehidupan ini, tidak akan membuat batin terpuruk. Justru dapat mendorong perbuatan baik seperti berdana dan membantu makhluk lain yang sedang kesusahan tanpa menghitung untung-rugi. Jika ego dapat ditekan, maka semakin tinggi kepekaan/empati pada makhluk lain, tidak sebatas pada manusia, tetapi juga binatang yang juga dapat merasakan sakit fisik dan batin. Hanya karena tidak mengeluarkan air mata, tidak berarti binatang tidak menderita secara batin, kebanyakan binatang hidup dalam ketakutan dan ancaman yang lebih besar dari yang biasanya dialami manusia!
DALAM SUDUT PANDANG BUDDHISME
Bagi seseorang yang terlahir maka ada kematian. Hal ini tidak hanya berlaku bagi manusia/binatang, tetapi juga pada makhluk halus/peta dan bahkan dewa, tidak ada satu makhluk pun yang hidup kekal dan mampu menghindari kematian. Ajaran Buddha membahas mengenai kematian dengan sangat intens dan blak-blakan, tetapi hanya beberapa hal saja yang akan dibahas di tulisan ini.
Buddha mengajarkan ada tiga utusan surgawi, yaitu usia tua, sakit, dan kematian (AN 3:35), menyadari bahwa kita juga tunduk pada usia tua, sakit, kematian dan tidak dapat membebaskan diri darinya, maka sudah seharusnya kita melakukan perbuatan mulia melalui jasmani, ucapan, dan pikiran sesuai Jalan Mulia Berunsur Delapan. Selama kita belum menembus 4 Kebenaran Mulia (kebenaran mulia penderitaan, asal mula penderitaan, lenyapnya penderitaan, dan jalan menuju lenyapnya penderitaan), kita akan terlahir kembali dan mengembara terus dalam lingkaran kelahiran-dan-kematian tanpa awal dan tanpa akhir.
Proses batin yang terjadi saat kematian secara prinsip tidak berbeda dengan proses batin yang kita alami sehari-hari, batin kita hari ini merupakan kelanjutan dari batin yang kemarin, bahkan batin kita detik ini adalah kelanjutan batin sedetik sebelumnya dan terus bergerak. Proses batin yang berkesinambungan ini menciptakan ilusi keakuan, sama seperti ilusi hamparan pasir yang ternyata merupakan butiran-butiran pasir kecil, tanpa ada inti yang dapat ditemukan. Dalam kelahiran kembali, tidak ada roh/jiwa yang kekal yang berpindah dari jasmani satu ke jasmani lainnya.
Mengapa kita seharusnya melakukan perbuatan mulia? Karena kematian sebenarnya bukanlah hal yang harus ditakuti, melainkan kelahiran akibat karma buruklah yang seharusnya ditakuti. Sewaktu meninggal, satu-satunya bekal kita adalah timbunan karma baik, tetapi jika yang berbuah adalah karma buruk, maka kelahiran kembali akan membawa lebih banyak penderitaan.
Salah satu karma buruk yang berpengaruh besar mengarahkan kelahiran pada alam yang rendah adalah pikiran menjelang kematian (cuti citta). Orang yang batinnya penuh dengan kesedihan atau kemarahan menjelang kematiannya akan cenderung mengarahkan kelahirannya ke alam rendah. Jangankan umat awam, bhikkhu yang hidup di zaman Buddha Gotama saja dapat terlahir di alam rendah karena hal ini, salah satunya adalah Bhikkhu Kokālika yang terlahir di neraka karena memendam permusuhan terhadap Bhikkhu Sāriputta dan Bhikkhu Moggāllāna (SN 6. Brahmasaṃyutta).
Memahami ini, mungkinkah kita memiliki batin yang tenang dan bahagia saat menjelang kematian tanpa latihan? Buddha mengajarkan moralitas dan meditasi yang dapat dijalankan setiap hari.
Jadi, sudah siapkah anda mati saat ini?
 
sumber : http://jokonurjadi.blogspot.com/2013/01/morscerta-hora-incerta-kematian-itu.html