Pengantar
Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib
bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill,
dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ
mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ)
dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang
berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati
merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur
tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga
mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas,
tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka
bisnis (lebih aman jadi pegawai).
Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru.
Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.)
dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan
Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini
(2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan
Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan
kekolotan agama. (mohon dibaca artikel yang lain dulu, sebaiknya sesuai
no. urut)
Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terusmenerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
- Bs. Belanda selama 300 tahunan
- Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
- Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
- Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.
- Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2,
diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab
Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa
sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka
kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh
kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai
dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan
percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
Gerilya Kebudayaan
Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga
dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak
(petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah
(TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli
bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan
energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu
negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu
bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama
(politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi
dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus,
ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya
kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat
media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV
ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit
mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang
berlangsung:
- Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun,
santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang
mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan
keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian
dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan
yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
- Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat
mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang
jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke
salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar
televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran)
yang berkiblat ke Arab.
- Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas,
luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam
pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan
ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong,
dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan
istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan
soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu
membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
- Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab,
celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan
Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan.
Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas
raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat
Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak
dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat
memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus
semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit
digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa
tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam
terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka
lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai
larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
- Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan
berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi
kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini
digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli
produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas
juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta
berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam,
sehingga ciri mereka lenyap.
- Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin
eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba;
istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti
USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia
Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya
pinjaman, misalnya lewat bank syariah.
- Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan
tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan
dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat
eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di
kantor masing2.
- Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan
bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa
besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu
Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk
membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!
- Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2
yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat
sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama
hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama
politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek
keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan
ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh
dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
- Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa
Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya
kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak
ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi
KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat
tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah
diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena
memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru
sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan
kebhinekaan Indonesia!
- Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur
dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat
ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin
melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan
dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis
Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan
teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ,
dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih
buku yang ingin dibacanya.
- Dengan halus, licik tapi mengena, mass media,
terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater
(character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya
Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat
sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan
pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus
ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat
asing!
- Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui
peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang
mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU
Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka
Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni).
Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945
karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945
telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP
juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan
perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur
menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan
undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi.
“Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul
Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu
negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).
- Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya
tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda
Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan
asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan
nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan
nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan
dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan
perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian
rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu
aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC
justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan
kebudayaan ini!
- Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku
manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor,
cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan
kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu
terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan
luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir)
mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini
kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo
sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di
Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan
baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat
(sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan
NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara.
Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2
cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran
dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak,
diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat
mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia
secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia
bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2.
Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong
manusia Jawa gencar dilancarkan!
- Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit,
yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab
sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali
(suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan
wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini)
adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa
sungguh luar biasa!
Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa
sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka
kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh
kemunduran adalah:
- Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap
lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita
dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
- Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai
mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru.
Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali,
setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi
selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang
jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus
dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng
export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu
kebodohan yang maha luar biasa.
- Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa
bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di
Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain
untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra,
Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi
bangsa konsumen dan perakit.
- Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
- Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
- Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke
Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia
belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol
bukan?
- Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant,
misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon
emas, dst., yang tidak masuk akal!
- Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak
dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus
menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya
lokal.
- Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat
melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan
dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang
sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa
berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai
krisis yang dialami bangsa ini.
Penutup
Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama.
Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan
negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan
indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai
teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai
politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah
sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat
lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara
modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi
besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia –
Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.
Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab,
Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence)
yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak
lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar
disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya
akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana,
kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.
Sumbangan dari Forum Religiositas Agama
di Yogyakarta dan Bali
sumber:http://hatinurani21.wordpress.com/2007/03/19/5-mengapa-kebudayaan-jawa-mengalami-kemunduran-yang-signifikan/
No comments:
Post a Comment