Pengantar
Indonesia sejak dulu hingga kini selalu menjadi
incaran negara asing untuk “dijajah” atau dijadikan negara boneka,
contoh negara asing misalnya: Inggris, Portugis, Belanda, Jepang, USA,
Singapore, Arab Saudi, dst. Alasan utama negara asing itu adalah: geo
politik yang baik, kaya raya sumber alam, subur sekali, kaya akan laut
yang berarti kaya akan ikan yang merupakan sumber pangan yang luar
biasa, kaya manusia shg baik untuk pasar/konsumsi, dan alamnya indah
sekali bak mutiara di katulistiwa, dst. Diera perang dingin, antara
tahun 1960 s/d 1965 Indonesia menjadi ajang pertempuran antara kapitalis
(USA) lawan komunis (Rusia, China). Pada peristiwa G30S di tahun 1965,
USA dkk. membackup militer dan mahasiswa, Rusia membackup partai
komunis. Di Indonesia yang menang adalah USA dkk., di Vietnam yang
menang Rusia. Otak penggulingan Soekarno adalah CIA (USA) dengan
operator lapangan adalah Soeharto dibantu para oknum jendral TNI AD.
Dengan dominasi USA melalui SDM yang diwakili oleh mafia alumni West
Point (sisi militer) dan mafia alumni Berkeley (sisi sipil), maka mulai
saat itu Indonesia bagaikan syah menjadi negara boneka USA, seperti
boneka yang lain seperti: Syah Iran, Marcos, Mobutu Seseko, Raja Faad,
dst. Hubungan antara Amerika dengan Soeharto saat 1965 adalah bagaikan
hubungan antara majikan (atau dalang) dengan pembunuh bayaran (atau
operator lapangan); hubungan ini sampai dengan saat ini masih amat
sangat dirahasiakan. Akibat konspirasi destruktip ini, USA bagaikan
mempunyai kartu As terhadapap Indonesia; apapun kehendak USA boleh
dikata harus dituruti oleh pemerintah Indonesia, misal dalam hal kasus
Free Port, tambang minyak blok Cepu, dan kasus MOU Microsoft. Jadi,
rahasia terbesar dan maha memalukan para penguasa politik Indonesia saat
ini ada ditelapak tangan pemerintah Amerika! Oleh sebab itu, kalau
semua keinginan USA tidak dituruti, rahasia ini dapat mereka (USA)
ungkapkan. Dan kalau diungkapkan, maka nasib fatal akan dialami oleh
Soeharto dan para oknum jendral TNI AD (plus mafia Berkeley); sebab
ternyata mereka ini adalah pengkianat negara terbesar sepanjang sejarah
Indonesia, konsekuensinya bangsa Indonesia barangkali akan menggantung
pengkianat ini tinggi2 di menara Monas Jakarta, dan nama harum mereka
akan hancur berantakan seketika itu. Mengingat regim Soeharto masih
mendominasi perpolitikan di Indonesia hingga kini (hampir semua parpol
disusupi oleh para oknum jendral TNI AD), maka maha rahasia ini sulit
dibongkar. Para jendral pengkianat bangsa ini pada akhir hidupnya (yang
tinggal beberapa tahun lagi, sudah tua2 bangka) dihantui rasa kecemasan
luar biasa, yaitu terbongkarnya skandal mereka. Untuk menutup maha
rahasia ini, PKI dikambing hitamkan. G30S di tahu 1965 adalah
pengkianatan para oknum jendral TNI AD dibawah pimpinan Soeharto atas
bangsanya, bukan pengkianatan PKI. Kasus terakhir (awal Maret 2007)
menandaskan kecemasan hidup para jendral ini, mereka melarang buku
pelajaran sejarah dari SD, SMP dan SMU, karena tidak memuat kata PKI.
Tembok Berlin runtuh, patung Kremlin tumbang, patung Sadam Husein
rontok, dan pada suatu ketika nanti tembok penghalang kebenaran sejarah
ini akan runtuh. Kata orang bijak: “Bau bangkai tidak dapat
disembunyikan terusmenerus.” Kapan runtuhnya rahasia G30S? Tergantung
pada kemauan dan kecerdasan bangsa Indonesia. Terutama sivitas
akademikanya, apakah mereka tetap ingin bodoh, membodohi diri sendiri,
atau dibodohi oleh para pengkianat bangsa serta tetap tunduk-patuh pada
mereka. Sangat disayangkan, anak2 Soekarno, para korban tak bersalah
1965, dan bahkan partai sebesar PDIP tak mampu mengunyah dan membeberkan
maha rahasia ini! Padahal bila dominasi perpolitikan Indonesia oleh
para jendral pengkianat bangsa ini dapat diakhiri secara cepat, maka
percepatan perbaikan bangsa juga akan mengalami kelipatan luar biasa,
bagaikan habis gelap terbitlah terang! Berikut ini analisa kritis
peristiwa G30S.
Jurus Indah Soeharto di Tahun 1965
- Bung Karno (BK) adalah seorang jenius yang disegani
oleh dunia internasional di masa hidupnya. BK mempunyai visi sangat
jauh kedepan untuk Indonesia yakni Indonesia adalah: non blok, mandiri
(berdikari = berdiri diatas kaki sendiri), berkepribadian kuat, berbasis
Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila, dan tidak
mau tergantung pada utang luar negeri (semboyan BK: “Go to hell with
your aids!”). Pada usia yang masih muda (k.l. 30 tahun), Soekarno muda
sudah berani menelorkan gagasan “Indonesia Menggugat” didepan pengadilan
Belanda. BK juga sadar bahwa level pendidikan bangsanya saat itu rata2
masih SMP, maka tidak mungkin memakai sistem demokrasi penuh, maka
beliau dengan bijak memilih menggunakan sistem demokrasi terpimpin.
- Super power dunia saat itu (1960 s/d 1980) adalah
USA yang kapitalis dan Rusia yang komunis. Kedua negara adidaya ini
terusmenerus menjadi sumber kekacauan/pergolakan (atau dalang
internasional) di banyak negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika
Latin. Indonesia dengan segala kelebihannya/kekayaan alamnya jelas
merupakan target perebutan hegemoni oleh kedua negara adidaya tsb.
- Untuk menguasai Indonesia, USA dkk. dengan cerdik
telah menyiapkan SDM, kelompok SDM ini nantinya disebut sebagai Mafia
Berkeley (untuk intelektual sipil) dan Mafia West Points (untuk mafia
Angkatan Darat). Jendral Soeharto yang cerdas namun licik mampu melihat
adanya kemungkinan untuk menguasai Indonesia melalui kupdeta militer
yang merangkak. Maka Soeharto dkk. lalu melakukan konspirasi dengan USA
(via CIA) tuk menusuk bangsanya sendiri (Bung Karno) di tahun 1965. Pada
tahun 1965, Indonesia sedang dijadikan ajang pertempuran ideologi
antara USA dkk. melawan Rusia dkk. USA dibelakang militer/AD dan
mahasiswa, sedangkan Rusia/China dibelakang PKI. Di Indonesia yang
menang USA, di Vietnam yang menang Rusia.
- Pembunuhan para jendral (Ahmad Yani, Suparman,
Tendean, dst) adalah dikarenakan mereka menolak melepas prinsip non blok
dan menolak untuk berpihak pada regim Soehato/USA. Selain itu, mereka
harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam
daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa
bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi
presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia
dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer) dan
menjadi negara boneka USA! Keterlibatan AS dalam kupdeta militer yang
merangkak di tahun 1965 di Indonesia sudah banyak ditulis. Semalam
sebelum pembunuhan, Soeharto telah diberitahu oleh Latief akan adanya
aksi ini, namun ia tidak bertindak sama sekali. Selain itu, para jendral
itu harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam
daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa
bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi
presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia
dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer,
sehingga tak dapat disangkal lagi bahwa telah terjadi coup d’etat oleh
TNI AD!), dan Indonesia menjadi negara boneka USA! Pada era itu USA
banyak membuat negara boneka, baik di Asia, Timur Tengah, Amerika Latin,
dengan cara merekrut militer dan cendekiawannya. Amerika pada saat itu
boleh dikata pabrik negara boneka.
- Jendral Soeharto beserta para jendral TNI AD
kemudian memprovokasi/mendalangi massa NU (umat Islam, terutama di
Jatim) untuk membantai ratusan ribu massa PKI yang tak berdosa dan tidak
tahu menahu tentang politik di desa2 ditahun 1965, hal ini dilakukan
untuk menutupi coup detat angkatan darat sekaligus mengkambinghitamkan
PKI. Cara provokasi adalah dengan melarang surat kabar umum beredar, dan
hanya harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha (keduanya milik TNI
AD) saja yang boleh beredar. Isi beritanya sangat provokatip dan
tendensius, misalnya pesta Gerwani dan penyiksaan para jendral di Lubang
Buaya; berita ini dibuat untuk menjadikan PKI musuh bersama bangsa.
Pembunuhan yang lebih kejam lagi adalah “pembunuhan kemanusiaan”
terhadap anak cucu para anggota PKI yang tidak tahu menahu dan tidak
terlibat politik dengan cara merintangi perkembangan kepribadian, emosi
dan bisnis mereka (alat2 pembunuh yang diciptakan misalnya: litsus dan
S.K bebas G30S). Operator pembunuhan nasional ini adalah pasukan
KOPASUS/RPKAD. Baru Gus Dur saja (saat itu sebagai presiden) yang
meminta maaf atas kebiadaban umat NU dalam menjagal sesama anak bangsa.
Semenjak sukses adu domba ditahun 1965, maka hobi para jendral TNI AD
itu s/d sekarang masih diteruskan dengan banyaknya kasus2 kerusuhan
massa di berbagai daerah, misalnya: Tisakti, Pembantaian Tionghoa,
Ambon, Poso, Sampit, Banyuwangi-santet, dst. (harap baca artikel2 dari
George Aditjondro).
- Sukses dr. Mahar Mardjono “mempercepat hidup” Bung
Karno membuat ia dihadiahi jabatan tinggi yaitu Rektor Universitas
Indonesia (UI). Sejak saat itu, dimulailah konspirasi destruktip
segitiga antara UI – regim militer – USA, tak heran UI bangga menyebut
dirinya sebagai “kampus Orde Baru”. Penempatan jendral AD, Nugroho
Notosusanto, sebagai rektor UI menambah gelapnya pendidikan dan sejarah
di Indonesia; beliau mengenalkan hari Kesaktian Pancasila dan wawasan
almamater. Warna jaket GOLKAR pun dibuat serupa dengan jaket UI yang
kekuning-kuningan seperti kotoran tai itu. Untuk mendominasi SDM
Indonesia, USA telah menancapkan alumni2nya, misalnya militer dari West
Point dan sipil dari Berkeley. Alumni militer USA disebut Mafia West
Point mendominasi TNI AD, alumni sipil dikenal sebagai Mafia Berkeley
(boleh juga disebut Mafia UI, sebab kebanyakan para dosen UI)
mendominasi pemerintahan terutama jabatan keuangan/finansial. Sejak saat
dimulainya konspirasi destruktip (jaman Mahar Mardjono) sampai dengan
saat ini (2007), UI boleh dikata “tempat lokalisasi pelacur intelektual”
(mirip lokalisasi WTS). Tempat subur bagi intelektual yang mengabdikan
dirinya bagi negara asing (USA/IMF) dan bagi regim militer. Semenjak itu
(sampai saat ini), regim ORBA pasti menempatkan sivitas akademika UI
pada jabatan yang strategis tanpa memperhatikan moralitas! Kasus
terakhir yang terungkap adalah kasus KPU, dimana orang mulai
menyangsikan apakah pemilu yang dimenangkan SBY jujur dan adil? Peran
sivitas akademika UI di penyelewengan KPU sungguh luar biasa. Dengan
dominasi USA melalui SDM ini, maka Indonesia syah menjadi negara boneka
USA, seperti boneka yang lain: Syah Iran, Marcos, Mobutu Seseko, Raja
Faad, dst. Peran sivitas akademika UI terhadap kehancuran bangsanya
sungguh luar biasa, mereka harus melakukan pertobatan!
- Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya
‘boneka Indonesia’ ketangan USA dkk., hasil tangkapan pun dibagi. The
Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang
dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para
pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia,
orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat
diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors,
Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco,
American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper
Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto
yang oleh Rockefeller disebut “ekonoom-ekonoom Indonesia yang top”. Di
Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan ’the Berkeley Mafia’ (yang
kebanyakan dosen UI), karena beberapa di antaranya pernah menikmati
beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas
California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang
menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir.
Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, mereka
menawarkan : … buruh murah yang melimpah… cadangan besar dari sumber
daya alam … pasar yang besar.” Di halaman 39 ditulis: “Pada hari kedua,
ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ’Ini dilakukan
dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffry Winters, guru besar pada
Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang
bekerja untuk gelar doktornya, Brad Sampson, telah mempelajari
dokumen-dokumen konferensi. ’Mereka membaginya ke dalam lima seksi:
pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di
kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan
oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan
kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor
lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling
dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan: ini yang kami inginkan:
ini, ini, dan ini, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur
hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
- Tusukan regim Soeharto atas bangsanya/Soekarno
mengakibatkan kekayaan alam Indonesia dari Sabang (LNG Arun) s/d Merauke
(Free Port ) jatuh ketangan negara Barat terutama USA. Regim militer
dibawah Soeharto bersama USA dan negara barat lainnya bagaikan merampok
Indonesia (diawal kejayaan Soeharto), misalnya penguasaan konsesi
tambang2: Freeport, Caltex, LNG Arun, dst; jadi penguasa kekayaan alam
dari Sabang sampai dengan Merauke adalah negara asing lewat agennya di
Jakarta. Juga lewat IMF dan world bank, USA menguasai finansial,
Indonesia mulai dijajah ekonominya dengan dijerat hutang, Jakarta lalu
menjadi akditip terhadap hutang, strategi gali-tutup hutang dilakukan,
pejabat penanda tangan hutang tentu saja mendapat komisi, inilah yang
membuat para petinggi Indonesia kecanduan berhutang! Regim ORBA sungguh2
menggadaikan negara ini ke negara asing! Boleh dikatakan bahwa 1/3
kekayaan alam Indonesia jatuh ketangan asing, 1/3 nya lagi jatuh
ketangan para penguasa hitam terutama di Jakarta (birokrat, politisi,
jendral AD/POLRI, dan konglomerat hitam), dan hanya 1/3 sisanya saja
yang menjadi sumber APBN kita! Maka benarlah bahwa pemilik kekayaan alam
Indonesia itu bukan manusia lokal seperti Dayak, Riau, Aceh, dan Irian,
melainkan negara adidaya dan para oknum pejabat pusat di Jakarta. Tidak
heran kalau mereka (masyarakat luar Jawa) berkeinginan melepaskan diri
dari Indonesia sebab mereka tetap miskin, bagaikan anak ayam mati
dilumbung padi!
- Untuk mengelabui sejarah pelanggaran HAM 1965 atau
kupdeta militer, maka secara licik regim militer memakai strategi
“Maling teriak maling”: 1) Semua jalan raya disemua kota besar Indonesia
diinstruksikan untuk memakai nama para jendral Angkatan Darat yang
terbunuh secara konyol namun tragis (A. Yani, Panjaitan, dst.) dan
mereka ini digelari pahlawan nasional, langkah ini disertai pendirian
monumen2 yang bersifat otot dan kekerasan: patung tentara dan bambu
runcing, peran kecerdasan para intelektual seperti organisasi Stovia,
Bung Karno, Bung Hatta, Sri Sultan HB IX, yang justru lebih penting
malah dikecilkan bahkan diabaikan. 2) Hari lahir Pancasila digantikan
dengan hari kesaktian Pcsl. 3) Direkayasa film sejarah yang menipu yang
wajib diputar secara nasional setiap tahunnya. 4) Dibuat buku wajib
sejarah untuk SD s/d SMA yang menyesatkan. 5) Menciptakan sekolah bagi
eselon satu pegawai negeri yaitu LEMHANAS (lembaga ini adalah monumen
resmi supremasi militer terhadap sipil, saat ini masyarakat dikelabui
dengan mendudukan seorang Sipil sebagai kepalanya, apa sih arti seorang
dibanding segerombolan militer? Pada umumnya kepala LEMHANAS akan
dihadiahi jabatan yang amat basah, minimal menteri, seperti Yuwono
Sudarsono dan Purnomo Yosgiantoro). 5) Menciptakan penataran P4 dan mata
kuliah Kewiraan (dibawah kendali militer yang ketat). 6) Mewajibkan
litsus dan surat bebas G30S bagi pencari kerja. 7) Stigmatisasi PKI
sebagai pengkhianat bangsa. 8) Mendirikan berbagai LSM/ORMAS untuk
melawan bangkitnya gerakan penegakan kebenaran sejarah 1965. 9)
Menguasai berbagai mass media baik koran, radio, dan terutama TV untuk
menjadi leader dalam pembentukan opini bangsa. 10) Membrangus kampus
dengan wawasan Almamater (dan sekarang ini dengan strategi melibatkan
para dosennya untuk ber multi fungsi yaitu: dosen, selebritis, bisnis,
dan politikus). 10) Menugas belajarkan para jendral TNI/POLRI lalu
beramai-ramai menempuh program MM dan MBA untuk menjustifikasi peran
multi fungsi mereka (inilah saat dimulainya perusakan mutu pendidikan
tinggi di Indonesia; banyak militer yang malas kuliah/belajar namun
tetap ingin lulus, dan dosennyapun takut pada para preman berbintang
yang digaji negara ini). 11) Terus menerus menyewa ilmuwan untuk menulis
buku sejarah versi mereka (= regim militer), terutama ilmuwan Barat
mengingat bangsa Indonesia masih merasa rendah diri ketimbang kulit
putih. 12) Last but not least, menyelubungi kupdetat merangkak militer
ini dengan menciptakan “ideologi baru yang disebut Dwi fungsi ABRI”.
- Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM
yang maha besar, bahkan lebih kejam daripada Hitler di Jerman, sebab
regim Soeharto membantai bangsanya sendiri itupun s/d anak-cucu,
Hitler/Jerman membantai Yahudi, maka level pelanggaran HAM 1965 sudah
tingkatan internasional. Para oknum Jendral AD sebagai pelaku kebiadaban
yang luar biasa itu kini hidupnya selalu berkeringat dingin campur
darah, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah dan hidupnya selalu
dibayang-bayangi/dihantui wajah hampir sejuta jiwa korban manusia. Demi
menghindari tuntutan yang maha luar biasa besarnya dan beratnya dari
para korban G30S tsb., para oknum Jendral AD ini terus menerus
menggunakan politisasi agama Islam untuk melawan gerakan pelurusan
sejarah. Terutama menggunakan para pemuka agama, LSM2, dan cendekiawan
kampus. Dana finansial bagi mereka tidak masalah, sebab 1/3 harta negara
Indonesia telah mereka kuasai, ini hasil merampok bangsanya sendiri
selama kurang lebih 32 tahun.
- Kedigdayaan regim militer/ORBA adalah kemampuan
menguasai dana (hasil merampok bangsanya sendiri) dan menyusupi semua
mass media di Indonesia: dari televisi, radio, s/d koran. Bahkan koran
terbesar di Indonesia, yakni Kompas, pun telah mereka susupi. Jika anda
adalah pembaca yang sangat cerdas, teliti, serta selalu sadar dan
waspada, maka setiap kali ada berita di Kompas tentang usaha pemulihan
nama baik para korban stigmatisasi PKI (yang saat ini mereka sudah tua,
diatas 65 th), selalu diikuti gambar/poto yang menyolok sekali tentang
demonstran yang mengingatkan akan bahaya timbulnya PKI bila hak mereka
dipulihkan (catatan: mengapa bukan bahaya KKN, Orba dan militerisme yang
ditakutkan?), demo ini pada umumnya menggunakan atribut Islam, misalnya
menggunakan bendera Front Pembela Islam. Demikian pula, tulisan bermutu
Kwik Kian Gie yang berusaha membeberkan konspirasi regim Soeharto
dengan regim USA tidak dapat dimuat di Kompas, melainkan Jawa Pos. Prof.
Ben Anderson, ahli G30S, menyiratkan sikap mendua bos Kompas yakni
Jacob Utama (sebab saat regim Soeharto berkuasa, Jacob Utama termasuk
pendukungnya, untuk ini mohon dibaca artikel yang lain). Pada akhir2 ini
(2007) Kompas sering memuat dan memulihkan citra generasi tua penopang
orde Baru. Strategi Kompas boleh disebut “mengikuti arus, namun tidak
tenggelam”, sebab Kompas dimiliki oleh kaum minoritas (Katolik).
Satu2nya kesulitan regim Orba adalah menguasai informasi di internet
yang bebas-merdeka!
Penutup
Dalang/otak penggulingan Soekarno adalah CIA (USA)
dengan operator lapangan adalah Soeharto dibantu para oknum jendral TNI
AD. Hubungan antara Amerika dengan Soeharto saat 1965 adalah bagaikan
hubungan antara majikan (atau dalang) dengan pembunuh bayaran (atau
operator lapangan); hubungan ini sampai dengan saat ini masih amat
sangat dirahasiakan. Dan untuk menutup maha rahasia ini, PKI dikambing
hitamkan. G30S di tahun 1965 adalah pengkianatan para oknum jendral TNI
AD dibawah pimpinan Soeharto atas bangsanya, bukan pengkianatan PKI.
Akibat maha rahasia ini, USA bagaikan mempunyai kartu
As terhadapap Indonesia; apapun kehendak USA boleh dikata harus
dituruti oleh pemerintah Indonesia, misal dalam hal kasus Free Port,
tambang minyak blok Cepu, dan kasus MoU Microsoft. Mengingat regim
Soeharto masih mendominasi perpolitikan di Indonesia hingga kini
(cermatilah, hampir semua parpol disusupi oleh para oknum jendral TNI
AD), maka maha rahasia ini sulit dibongkar. Sayangnya, rahasia terbesar
dan maha memalukan para penguasa politik Indonesia saat ini ada
ditelapak tangan pemerintah Amerika! Amerika lalu dapat mendikte
Indonesia, sebab kalau semua keinginan USA tidak dituruti, rahasia ini
dapat mereka (USA) ungkapkan. Dan kalau diungkapkan, maka nasib fatal
akan dialami oleh Soeharto dan para oknum jendral TNI AD (plus mafia
Berkeley); sebab ternyata mereka ini adalah pengkianat negara terbesar
sepanjang sejarah Indonesia, konsekuensinya bangsa Indonesia barangkali
akan menggantung pengkianat ini tinggi2 di menara Monas Jakarta, dan
nama harum mereka akan hancur berantakan seketika itu.
Sebagai penutup, bila dominasi perpolitikan Indonesia
oleh para jendral pengkianat bangsa ini (plus parpol bikinan mereka)
dapat diakhiri secara cepat, maka percepatan perbaikan bangsa juga akan
mengalami kelipatan luar biasa, bagaikan habis gelap terbitlah terang!
Oleh sebab itu, mohon bantuan pembaca untuk menyebarluaskan artikel ini
demi meningkatkan kecerdasan berpolitik bangsa. Terima kasih.
sumber;http://hatinurani21.wordpress.com/2007/03/19/1-g30s-indahnya-begawan-politik-soeharto-menipu-bangsanya/
No comments:
Post a Comment