Pengunjung

free counters

Saturday, March 2, 2013

Memutar Kehidupan dengan Bekerja (Serial Pandita Sakti)

Oleh: De Van Diva
“There are no secrets to success. It is the result of preparation, hard work, and learning from failure.” Tidak ada rahasia-rahasia untuk sukses. Sukses hasil dari persiapan, Kerja keras, dan belajar dari kesalahan. - Colin Powell.
Di penghujung tahun 2011 ini, marilah kita merenung sejenak, merefleksi masa 2011 untuk merenda kehidupan di masa lalu yang lebih cerah. Untuk menemani mereka yang menyambut tahun baru 2012, marilah kita simak sebuah kisah dari Pulau Dewata.
Al kisah pada jaman dahulu tersebutlah seorang Pertapa yang terkenal kewisesaannya. Beliau bertempat tinggal di sebuah lembah yang dikelilingi oleh bukit Bibun, Kapasjawa dan Timbul. Lembah itu masuk wilayah Desa Tinggarsari, kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Bali. Ketiga bukit tersebut sangat hijau dan dipenuhi oleh berbagai jenis kembang berwarna-warni yang membuat tempat itu sangat asri dan indah untuk dipandang. Di dalam lembah air jernih mengucur dari pancuran-pancuran bambu yang disusun sedemikian rupa, sehingga tampak begitu menawan, membuat siapa saja yang mengunjunginya menjadi betah. Terasa nuasa kedamaian menyelimuti hati setiap pengunjung yang menginjakkan kakinya di lembah itu.
Salah satu kewisesan Beliau adalah kemampuan supranatural yang tidak dimiliki oleh banyak orang saat itu.  Satu kejadian yang dicatat oleh masyarakat di mana Beliau mendirikan pesramannya hingga kini adalah, peristiwa ketika pertama kali Beliau dan murid-muridnya tiba dilembah itu, semua murid merasakan kecapean dan kehausan, semua perbekalan air habis, mereka berusaha mencari sumber air ditempat itu tidak satupun yang menemukannya. Melihat kondisi para muridnya yang sudah hampir kehabisan tenaga, Sang Wiku kemudian duduk bersila mengucapkan doa mantra, sambil menancapkan tongkatnya.. keluarlah kemudian air dari dalam Ibu Pertiwi, daerah itu kemudian dikenal dengan nama Toya Mantra/Yeh Mantra, Toya = Yeh = Air, Mantra = Karena air keluar setelah Sang Wiku menguncarkan Mantra.
Masyarakat menyebut Beliau sebagai Pandita Sakti, Pandita = Beliau yang mahir dalam sastra agama dan telah mencapai pencerahan, melewati proses dwijati yaitu lahir dua kali, pertama lahir dari rahim sang Ibu, kedua lahir dari Sang Nabe,karena kemampuan Beliau dalam memahami sastra agama dan ilmu-ilmu duniawi. Beliau selalu membimbing masyarakatnya untuk menjadi orang baik, mengajarkan cara pemecahan masalah yang sistematis dan metodis,  dan mampu menjadi penerang  bagi mereka yang kegelapan. Sakti=Karena kemampuan Beliau yang luar biasa dalam mewujudkan sesuatu yang sulit dijangkau dengan akal.Tak heran bila banyak sekali orang datang dari berbagai daerah berguru padanya.
Salah seorang keturunan Beliau ada yang mewarisi kebijaksanaanya, Oleh masyarakat Beliau juga sering dipanggil Pandita Sakti seperti julukan leluhurnya.
Pagi itu sinar mentari bersinar terang, langit biru bersih bening, burung-burung berkicau merdu seakan berlomba memperdengarkan tembang-tembang indahnya, kupu-kupu tidak ketinggalan menari riang mengikuti kicau burung sambil mengisap madu dari sari-sari bunga yang indah berwarna-warni di tepi kolam pesraman sang Pandita.
Tampak Pandita sedang berkumpul bersama murid-muridnya di bawah pohon di taman depan Pesraman Toya Mantra. Salah seorang murid mengacungkan tangan sambil bertanya:” Guru banyak orang mengatakan bahwa tanpa kerja sesungguhnya orang itu mati…benarkah hal ini?
“Kita sebagai manusia disebut sebagai mahluk hidup, ciri mahluk hidup itu adalah adanya aktivitas atau Kerja, misalnya: jantung bekerja untuk mengedarkan oksigen keseluruh tubuh, mengedarkan sari-sari makanan keseluruh tubuh sehingga setiap bagian dari tubuh mendapatkan jatah makanan secukupnya. Coba bayangkan bila jantung manusia berhenti bekerja sehari saja, bisakah kita dikatakan hidup…?
“Tidak Guru” jawab para murid serentak.
“Nah demikianlah jadi Kerja adalah cirri dari kehidupan ini, jadi bila kita tidak bekarja maka sama dengan kita akan mati. Salah seorang master spiritual mengatakan bahwa kehidupan sebagai manusia ini adalah penderitaan.
“Kenapa Guru? Tanya para murid
“Ketika hari mulai malam, mata mengantuk, kalo tidak tidur maka tubuh jadi tidak enak rasanya. Ketika pagi hari tiba, perut sakit minta diantar ke toilet untuk buang air kecil dan besar. Setelah itu perut keroncongan minta diisi, hari beranjak siang perut lapar dan kerongkongan kering haus lagi minta diisi, setelah makan dan minum, malam tiba kembali lagi peristiwanya terulang… binatangpun mengalami hal yang sama.
Bila kita sebagai manusia hanya melakukan rutinitas seperti diatas maka kita tidak beda dengan binatang, oleh karena itu maka kita mesti mengisi waktu dan kehidupan, menggunakan energi kita dengan lebih kreatif dari binatang sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kita dalam alam sekitarnya.
Alam inipun tidak berhenti bekerja, bayangkan bila bumi berhenti berputar, atau matahari berhenti bersinar, apakah kehidupan di bumi ini akan tetap berlangsung…? Karena bumi berputar pada porosnya dan berputar mengelilingi matahari maka ada waktu, ada pergantian musim, yang membuat kehidupan di bumi ini bertahan.
Demikian pula Anakku, sebagai manusia kita jangan sampai tidak bekerja, karena perut ini minta diisi dengan makanan, tubuh ini minta dibersihkan dengan air, kita perlu tempat tinggal, perlu pakaian, perlu alat-alat komunikasi, transportasi, perlu hiburan, perlu peningkatan diri dan apresiasi yang semuanya dilakukan dengan Kerja.
Ananda boleh bermimpi tinggi-tinggi, tapi kalo tidak diwujudnyatakan dengan tindakan Kerja nyata (action) dia akan terkubur bersama sang waktu. Ananda memiliki banyak ilmu dan teori kalo tidak dipraktikkan akan seperti burung beo hanya bisa bicara saja, seperti pepatah di Bali orang yang pinter ngomong saja dikatakan seperti Subatah, pepatah melayu mengatakan; Tong kosong nyaring bunyinya.
Bapak jadi teringat dengan nasehat seorang teman ketika masih di luar negeri: Words just take you to the gate only action will bring you inside. Kata-kata hanya mengantar kita pada gerbang kesuksesan, namun tindakan nyata yang membawa kita menikmati kesuksesan. Jadi Kerja atau aktivitas itulah sesungguhnya yang membawa Ananda menikmati kesuksesan.
Oleh karenanya dapatkanlah pekerjaan, bila tidak dapat pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan, cintailah pekerjaan Ananda saat ini, namun jangan batasi diri dengan tempat Ananda bekerja. Bukalah mata dan telinga, raihlah kesempatan, tingkatkanlah diri Ananda dengan terus mengasah kompetensi diri. Miliki kompetensi dari pekerjaan yang diinginkan.
Dengan memiliki pekerjaan, kita akan memiliki pendapatan, dengan adanya pendapatan maka kita minimal bisa memenuhi kebutuhan sendiri, tidak menjadi beban bagi orang lain. Bila ada rejeki yang berlebih jangan lupa Ananda sisihkan untuk mereka yang membutuhkan seperti, orang-orang jompo, anak-anak yatim piatu, anak-anak miskin, pembangunan tempat ibadah, sekolah, sarana umum, sehingga hasil keringat Ananda bisa dinikmati oleh banyak orang. Jadi anakku, dengan bekerja sesungguhnya Ananda ikut memutar roda kehidupan ini.
De Van Diva (DVD)

sumber : http://fiksi.kompasiana.com/dongeng/2011/12/31/memutar-kehidupan-dengan-bekerja-serial-pandita-sakti-426950.html#

No comments:

Post a Comment