Alam material fana walaupun mendapatkan sedikit kesenangan tapi
kemudian diikuti dengan penderitaan, penuh dengan ketidakpastian, bencana,
kehilangan, kesedihan, kehinaan, rasa takut, rasa sakit, rapuh,
kotoran, hal-hal yang menjijikkan, penyakit, umur tua, dll. hal-hal ini
mulai menyadarkan kita untuk mencari ‘jaminan’ ketenangan dan
kebahagiaan abadi di alam Rohani Tuhan bebas dari penderitaan di alam
material.
Dengan kata lain tujuan kelahiran manusia adalah menyadari adanya
Ketuhanan sebagai diri kita yang sejati. Secara garis besar ada 4 jalan
mencapai kesadaran Tuhan ini.
Bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa (Bhakti Yoga)
Penyerahan diri kepada Tuhan, selalu ingat /sadar kepada
Tuhan, tekun sepenuhnya dengan keyakinan dan cinta bhakti (cinta bhakti
misalnya dengan hubungan Tuhan sebagai Ayah Alam Semesta), dan menyadari
hanya Alam Rohani Tuhan Yang Abadi / kekal dan sebagai tujuan tertinggi..
Bhagavad-gita 2.49
Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui
bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan
Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang
pelit.
Bhagavad-gita 8.8
Orang yang bersemadi kepada-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa,
dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah
menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai
Partha.
Bhagavad-gita 8.22
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua
kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun
Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan
segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.
Bhagavad-gita 9.22
Tetapi orang yang selalu menyembah-Ku dengan bhakti tanpa tujuan yang
lain dan bersemadi pada bentuk rohani-Ku – Aku bawakan apa yang
dibutuhkannya, dan Aku memelihara apa yang dimilikinya.
Bhagavad-gita 10.10
Kepada mereka yang senantiasa setia ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta
kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.
Bhagavad-gita 9.34
Berpikirlah tentang-Ku senantiasa, jadilah penyembah-Ku, bersujud
kepada-Ku dan menyembah-Ku. Dengan berpikir tentang-Ku sepenuhnya secara
khusuk, pasti engkau akan datang kepada-Ku.
———————————————-
Pengorbanan, Yadnya (Karma Yoga)
Kedermawanan, kewajiban tanpa pamrih, pelayanan sosial,
melaksanakan pekerjaan sendiri (yang baik) dengan sebaik-baiknya,
pertapaan (Upawasa), mengorbankan sift-sifat buruk (mengorbankan
sifat-sifat hewani), pengendalian diri dengan tidak mendengarkan, tidak
memikirkan, tidak berkata hal-hal buruk, menjaga lingkungan dan alam,
tidak menyakiti mahluk lain.
Bhagavad-gita 2.61
Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan
memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang
mempunyai kecerdasan yang mantap.
Bhagavad-gita 3.13
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka
makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci.
Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria
pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.
(Catatan : Baca mantra sebelum makan, misalnya 1 kali Mantra Gayatri)
Bhagavad-gita 3.19
Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat
terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap
hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 4.27
Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara
mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi
semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api
pikiran yang terkendali.
Bhagavad-gita 5.29
Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai
penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa
penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan
kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari
penderitaan kesengsaraan material.
Bhagavad-gita 16.1
Tidak mencelakakan yang lainnya, kejujuran, jauh dari rasa amarah,
penyerahan total hasil dari tindakan-tindakannya, kedamaian, tidak
mencari-cari kesalahan, rasa sayang terhadap semua makhluk hidup,
kesederhanaan, jauh dari rasa ketidak setiaan.
Bhagavad-gita 17.25
Tanpa menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan
berbagai jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ‘tat’
(Om Tat Sat). Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai
pembebasan dari ikatan material.
Bhagavad-gita 9.27
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau
persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan dan apapun
yang engkau lakukan-lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan
kepada-Ku, wahai putera Kunti.
———————————————-
Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga)
Akal budi yang berkemampuan membeda-bedakan (Wiweka),
akal budi harus dipergunakan untuk membedakan yang terbatas dengan yang
tak terbatas, yang asli dan yang palsu, yang sementara dengan yang
kekal.
Bhagavad-gita 2.15
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena
suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi
syarat untuk mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 2.48
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah
segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti
itu disebut yoga.
Bhagavad-gita 3.42
Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati.
Pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi
daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada
kecerdasan.
Bhagavad-gita 5.9
Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar,
meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas,
dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama
sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang
hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu
mengetahui bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan
obyek-obyeknya dan bahwa dirinya menyisih dari indria-indria material
tersebut.
Bhagavad-gita 13.30
Orang yang dapat melihat bahwa segala kegiatan dilaksanakan oleh badan,
yang diciptakan oleh alam material, dan melihat bahwa sang diri (Atman)
tidak melakukan apa pun, melihat dengan sebenarnya.
Diri Kita Yang Sejati (Roh) berbeda dengan badan material yang
boleh dianggap hanya kekosongan / tidak nyata (ingat benda adalah atom,
elektron dst. yang hanya energi), badan kita bisa dikatakan sama dengan
gambaran orang yang ada di layar televisi, yang hanya pancaran elektron,
apapun kejadian yang terjadi di dalam layar televisi.. kita mestinya
tidak menganggap hal yang nyata/benar ada di layar televisi tersebut.
Karena yang nyata hanya Roh Individual (Atma) dan Tuhan, diluar itu yaitu alam, benda, badan adalah energi eksternal Tuhan.
Alam material dan badan seperti halnya bayangan.. seolah-olah ada tapi sebenarnya tidak nyata.
Jadi karena tubuh orang lain saja tidak nyata apalagi hal-hal yang
muncul dari tubuh itu sendiri yaitu fikiran, ego, suara dan gerak, bisa
kita anggap tidak ada untuk mengembangkan / melatih ketidakterikatan.
———————————————-
Meditasi (Raja Yoga)
Pada praktek Meditasi Transendental pada
dasarnya mengkondisikan fikiran menjadi rileks sehingga mendekati
frekuensi alam semesta tetapi harus dalam keadaan “jaga” yaitu duduk
dengan badan tegak. Dari penelitian jumlah energi yang diperlukan saat
duduk meditasi lebih kecil daripada dalam keadaan berbaring atau tidur.
Saat meditasi pada saat tertentu dicapai nafas yang halus bahkan hampir
tanpa nafas yang berarti saat itu kita mengakses energi kosmis (alam
semesta / Unity Field) sehingga tubuh dan mental kita mendapat energi positif, memperoleh kesehatan fisik dan mental, mengikis stres, meningkatkan kreatifitas dan kecerdasan / akal budi, menumbuhkan kesabaran, dll.
Praktek meditasi lain adalah Meditasi Cahaya yang
menggunakan cahaya lilin. Penyebaran kasih yang diajarkan didalam
Meditasi Cahaya yang secara lambat laun kita diangkat di angkat ke level
ke Ilahian bukan egoisme. Meditasi ini sangat aman dan bisa dipelajari
oleh siapapun.
Salah satu inti dari meditasi (dan juga praktek sembahnyang yang lain seperti Japa, Bhajan) adalah sibuk dengan Tuhan dan melupakan benda-benda dan badan dengan semua indrianya.
Bhagavad-gita 6.2
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan
sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang
Mahakuasa, wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat
menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan
indria-indria.
Bhagavad-gita 6.25
Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam
semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan
penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang
diri dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.
Bhagavad-gita 6.26
Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan
tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan
membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.
Bhagavad-gita 6.27
Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti
mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas
pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara dirinya dan
Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia di bebaskan dari segala reaksi
perbuatan dari dahulu.
———————————————-
Ke-empat
Jalan mencapai kepada Yang Maha Kuasa (Yoga) tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya dan tidak bisa dipisahkan, misalnya seorang praktisi
Meditasi kepada Cahaya Tuhan pada saat yang sama juga sedang melakukan praktek
Bhakti kepada Tuhan. Atau ketenangan fisik dan mental karena meditasi membantu pelaksanaan yoga-yoga yang lain.
Seorang yang ber-
Bhakti kepada Tuhan mesti juga
menolong dan hormat dengan sesama manusia dan mahluk hidup lainnya,
serta peduli dengan lingkungan tanpa pamrih (
Karma).
Tanpa menyiangi rumput di ladang dan
menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan
menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan
rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan
spiritual akan sia-sia. Hal yang penting dipelajari dari Bhakti Yoga ialah
bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk.
Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau
menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian kepada Tuhan.
Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak
akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Jika engkau ingin dekat Tuhan, engkau harus mengembangkan sifat suci cinta kasih.
Hanya dengan cinta kasih engkau akan dapat menghayati Tuhan, karena Dia
adalah cinta kasih itu sendiri. Jika engkau ingin melihat bulan tidak
perlu memakai lilin atau obor. Cahaya bulan itu sendiri sudah cukup
untuk melihat bulan. Jika engkau ingin melihat Tuhan, engkau hanya perlu
membenamkan dirimu dalam cinta kasih. Penuhilah dirimu dengan kasih,
engkau pasti akan mencapai Tuhan. (-Bhagavan Sri Sathya Sai Baba – ).
———————————————-
Pada bagian lain,
pokok-pokok keimanan (kepercayaan) dalam agama Hindu dibagi menjadi lima bagian yang disebut dengan Panca Sradha, yaitu percaya adanya
Tuhan, percaya adanya
Atman (Diri Kita yang Sejati, Roh Individual), percaya adanya Hukum
Karma Phala (Sebab Akibat), percaya adanya Punarbhawa (
Reinkarnasi/ Samsara) dan percaya adanya
Moksa (Kebebasan dari kelahiran dan kematian / Alam Rohani Tuhan / Kebahagiaan tertinggi / Surga Abadi).
Ilustrasi : Badan (Kereta), Roh Individu (Penumpang),
Pengendalian Panca Indria (5 Kuda) oleh Akal Budi/
Kecerdasan (Kusir) melalui fikiran (tali kendali).
sumber : http://agamahindu9.wordpress.com/2012/06/25/inti-ajaran-agama-hindu-pokok-pokok-prinsip-ajaran-agama-hindu/