WAKTU
BERGULIR DALAM RODA SEMESTA
Oleh I.B. Arya Lawa Manuaba
Om gurubhyo namah, harih Om.
I praise my spiritual master who opens the gate of self-consciousness for me.
Om trikaladarsanaya namah.
I praise The Supreme God who knows the past, the present, and the future.
Menghitung
periode waktu dalam Veda tidak sesederhana menghitung jam-jam dan
hari-hari dalam satu tahun. Konsep waktu dalam Veda, meskipun dapat
dikatakan hampir sama dengan konsep waktu modern, ia mencakup tidak
hanya konsep waktu jam, hari, minggu, bulan, dan tahun yang ada di bumi.
Konsep waktu Veda mencakup satuan ukuran waktu kosmis, — dalam artian
bagaimana suatu satuan waktu di bagian tertentu di alam semesta ini
memengaruhi waktu di bagian alam semesta lainnya.
Tulisan ini akan menjabarkan konsep waktu dalam Veda, dari satuan terkecil yaitu nimesha (satu
kedipan mata) hingga satuan kalpa. Konsep waktu dalam Veda ini akan
berkaitan dengan proses Trikona (utpatti, sthiti, pralaya) yang
terus-menerus berputar tanpa akhir. Konsep waktu juga akan bertalian
dengan saat-saat kapan suatu yadnya harus dilakukan, saat bagaimana
avatara-avatara Tuhan Yang Agung turun dari masa-ke masa untuk
menegakkan dharma di dunia. Semua itu dihitung dengan mempergunakan
satuan waktu (kala) dalam Veda.
Waktu: dari satuan terkecil
Kitab
Srimad-Bhagavatam, salah satu kitab penting Vaisnava memuat
satuan-satuan waktu yang terkecil hingga terbesar. Diketahui bahwa dua
atom adalah sama dengan atom kembar, dan tiga kali atom kembar adalah
satu heksa-atom (dalam hal ini heksa atom adalah partikel terkecil dari
sinar matahari yang dapat dilihat). Tiga heksa-atom disebut satu truti
(18 partikel atom). Seratus truti adalah sama dengan satu veda,
sedangkan tiga veda sama dengan satu lava. Tiga lava sama dengan satu
kedipan mata, disebut satu nimesha. Tiga nimesha membentuk satu ksana,
lalu lima ksana membentuk satu satuan kastha (sekitar delapan detik).
Lima belas kastha sama dengan satu laghu (dua menit). Kemudian, lima
belas laghu sama dengan satu nadika-nanda (tiga puluh menit). Dua danda
tiada lain sama dengan satu jam (satu muhurta). Enam atau tujuh danda
sama dengan satu prahara, atau seperempat hari. Empat prahara adalah
satu hari, tujuh hari adalah dua minggu.
Dalam periode waktu dua minggu (paksha), terdapat dua kriteria. Pertama, periode dua mingguan dari purnama menuju tilem disebut Krsnapaksa, atau panglong dalam Bahasa Jawa Kuno, sementara periode dua mingguan dari tilem menuju purnama disebut periode Suklapaksha, atau pananggal. Masing-masing hari dalam satu paksha disebut tithi. Hari pertama dalam satu paksha, baik setelah purnama atau tilem disebut....., hingga hari keempat belas yang disebut dengan caturdasi atau purvani. Biasanya, tithi dikaitkan dengan upacara harian dalam Hindu.
Satu
tahun terdiri atas dua belas bulan. Kedua belas bulan tersebut adalah
....... Kita sering melihat dalam satu tahun, matahari berubah posisi
dari condong ke utara menjadi condong ke selatan, atau sebaliknya.
Peristiwa ini terjadi masing-masing satu kali dalam setahun. Condongnya
matahari ke utara disedbut Uttarayana, sedangkan condongnya matahari ke selatan disebut Dakshinayana. Bhagavad-Gita
menyatakan bahwa apabila seseorang meninggalkan jasadnya pada saat
uttarayana, maka ia akan sampai ke alam yang luhur, seperti alam para
dewa. Sementara apabila ia meninggal pada saat dakshinayana, ia akan
pergi ke alam bawah (lihat artikel: Pandangan Hindu tentang Alien).
Perlu diingat bahwa Hindu memakai dua sistem kalender (sistem bi-calendar)
yang dikenal dengan kalendar luni-solar. Dalam kalender bulan,
perhitungan tithi dan paksha menjadi acuan pelaksanaan ritual suci.
Ritual yang memakai sistem lunar adalah hari raya Nyepi, purnama, tilem,
Sivaratri, Krsna Janmasthami, Ganesha Caturthi, dan sebagainya.
Sebaliknya dalam kalender matahari, yang menjadi perhitungan adalah
satuan ayana (uttarayana-dakshinayana). Sistem wuku dan wewaran (di
Bali) juga mengacu kepada sistem kalender matahari. Contoh perayaan yang
menggunakan perhitungan kalender matahari antara lain Tumpek, Budha
Kliwon, Budha Wage, Anggara Kasih, Galungan, Kuningan, otonan seseorang,
serta piodalan di pura-pura pada umumnya.
Waktu Kosmis
Waktu
kosmis adalah waktu universal yang berlaku di seantero jagad raya.
Waktu kosmis memiliki tingkatannya sendiri yang saling memengaruhi dari
alam semesta bagian atas hingga bagian bawah. Waktu kosmis memiliki
tingkatannya sendiri-sendiri, yang berlaku di seluruh jagat daya. Satuan
waktu terbesar adalah kalpa, atau satu hari Brahma. Brahman
diciptakan oleh Narayana pada awal penciptaan dan Beliau akan berusia
100 tahun pada satuan planet Brahma, yaitu di Satyaloka, — planet suci
yang letaknya paling atas di alam semesta kita (lihat artikel: Alam
Semesta).
Umur
alam semesta sama dengan umur Brahma, yaitu 100 tahun menurut satun
Planet Satyaloka (planet Brahma). Ketika Brahma meninggal, alam semesta
akan ikut hancur. Satu tahun Brahma terdiri atas 360 hari Brahma. Satu
hari Brahma, atau lebih tepat disebut satu kalpa terdiri atas siang hari Brahma (Brahmadivya) dan malam hari Brahma (Brahmanakta). Satu kalpa terdiri atas 14 periode manvantara
yang dipimpin oleh seorang Manu. Tujuh Manvantara ada pada siang hari
Brahma, dan tujuh lagi pada malam hari Brahma. Dalam satu manvantara ada
satu Manu dan satu Indra. Saat ini kita berada pada manvantara ke-7 di
mana Manu-nya adalah Vaivasvata Manu, putra Devata Surya. Masih ada 7
manu lagi sebelum alam semesta dihancurkan secara periodik (sebagian).
Urutan waktu kosmis adalah sebagai berikut:
1 tahun Brahma = 360 hari Brahma1 hari Brahma = 1 kalpa
1 kalpa = 14 manvantara = 1000 mahayuga
1 manvantara = +/- 71 mahayuga (krta, treta, dvapara, kali)
1 mahayuga = 4 yuga, yaitu krta, treta, dvapara, kali.
Saat
ini kita berada pada kali yuga ke-28 dalam periode Manu Vaivasvata.
Berarti, masih ada 42 kaliyuga lagi sebelum Vaivasvata Manu diganti oleh
Manu berikutnya (Manu kedelapan, yaitu Manu Savarni dengan Indranya
bernama Bali Maharaja).
Perlu
diketahui bahwa Indra bukanlah nama dewa. Indra adalah nama sebuah
gelar yang dipakai oleh pemimpin para dewa. Indra pada manvantara
sekarang bernama Hyang Purandara, sementara pada akhir manvantara ini
kursi ke-Indra-annya akan digantikan oleh Maharaja Bali.
Yuga dan Mahayuga
Satu
mahayuga, seperti yang telah dijabarkan di bagian terdahulu, terdiri
atas empat periode waktu yang disebut catur yuga. Caturyuga adalah
Saytayuga (Krtayuga), Tretayuga, Dvaparayuga, dan Kaliyuga.
Masing-masing yuga dihitung berdasarkan tahun deva, atau tahun yang
berlaku di loka para devata.
Satu
hari para devata adalah satu tahun manusia. Telah diuraikan tadi bahwa
satu tahun terdiri atas dua periode, yaitu Uttarayana dan Dakshinayana.
Dalam hal ini, uttarayana adalah siang hari para deva, dan dakshinayana
adalah malam hari para deva. Jadi, jika dihitung kembali, satu tahun deva sama dengan 360 tahun manusia.
Satyayuga
berlangsung selama 4.800 tahun para deva, sementara Tretayuga
berlangsung selama 3.600 tahun para deva, Dvaparayuga selama 2.400 tahun
para deva, dan Kaliyuga selama 1.200 tahun para deva. Jadi, satu
mahayuga adalah 12.000 tahun para deva (mahayuga disebut juga satu
divya-yuga).
Jika
dihitung berdasarkan tahun manusia, Satyayuga berlangsung selama
1.728.000 tahun manusia, sementara Tretayuga selama 1.296.000 thun
manusia, Dvaparayuga selama 864.000 tahun manusia, dan akhirnya Kaliyuga
berlangsung selama 432.000 tahun manusia. Jadi, satu mahayuga
berlangsung selama 4.320.000 tahun manusia. Ketika yuga-yuga berganti,
manusia mengalami berbagai kemerosotan, seperti kemerosotan umur, moral,
dan agama, seperti yang dijabarkan dalam kutipan dari www.veda.harekrsna.cz sebagai berikut:
Krta atau Satya-yuga (Zaman Emas)
Durasi - 4,800 tahun deva
atau 1,728,000 tahun manusia
Jangka hidup [manusia] - 100,000 tahun
Yuga-dharma [kewajiban utama manusia] - meditasi atau astanga yoga
Yuga-avatara – putih dengan empat lengan, rambut tergulung dan memakai pakaian kulit kayu. Ia membawa kulit rusa hitam, benang suci, ganitri, dan tongkat serta kendi air seorang Brahmacari. (Srimad-Bhagavatam 11.5.21) (tentang Yuga Avatara lihat artikel Avataras: Not Ten but Six).
atau 1,728,000 tahun manusia
Jangka hidup [manusia] - 100,000 tahun
Yuga-dharma [kewajiban utama manusia] - meditasi atau astanga yoga
Yuga-avatara – putih dengan empat lengan, rambut tergulung dan memakai pakaian kulit kayu. Ia membawa kulit rusa hitam, benang suci, ganitri, dan tongkat serta kendi air seorang Brahmacari. (Srimad-Bhagavatam 11.5.21) (tentang Yuga Avatara lihat artikel Avataras: Not Ten but Six).
Ciri-ciri
zaman Satyayuga adalah: orang-orang berhati damai, tidak iri hati,
ramah, dan secara alami memiliki kesadaran terhadap Tuhan. Dalam zaman
ini tidak ada pengelompokan catur asrama karena setiap orang adalah
orang yang telah menyadari jati dirinya (paramahamsa). Tidak ada
pemujaan kepada deva-deva, hanya memuja Kepribadian Agung Tuhan Yang
Maha Esa. Agama diamalkan dengan sempurna. (Srimad-Bhagavatam 9.14,
11.5.21-22)
Treta-yuga (Zaman Perak). (disebut zaman perak karena Dharma mulai merosot kecemerlangannya}
Durasi - 3,600 tahun deva
atau 1,296,000 tahun manusia
Jangka hidup - 10,000 tahun
Yuga-dharma – korban api (agnihotra) (yajna)
Yuga-avatara – Merah dengan empat lengan dan rambut keemasan. Ia memakai tiga ikat pinggang sebagai simbol inisiasi ke dalam Triveda. Simbolnya adalah sruk, sruva, dan sebagainya. (sendok panjang dan sendok pendek untuk agnihotra, serta alat-alat persembahan lain).
atau 1,296,000 tahun manusia
Jangka hidup - 10,000 tahun
Yuga-dharma – korban api (agnihotra) (yajna)
Yuga-avatara – Merah dengan empat lengan dan rambut keemasan. Ia memakai tiga ikat pinggang sebagai simbol inisiasi ke dalam Triveda. Simbolnya adalah sruk, sruva, dan sebagainya. (sendok panjang dan sendok pendek untuk agnihotra, serta alat-alat persembahan lain).
Ciri-ciri
zaman ini: orang-orang seluruhnya taat beragama. Dalam Satyayuga,
orang-orang seara alami adalah penyembah Kepribadian Agung Tuhan Yang
Maha Esa, namun pada zaman ini seseorang diajarkan untuk menjadi
penyembah Tuhan. Untuk mencapai tujuan itu, orang-orang harus mengikuti
aturan-aturan Veda secara ketat.
Dvapara-yuga (Zaman Tembaga)
Durasi - 2,400 tahun deva
atau 864,000 tahun manusia
Jangka hidup - 1,000 tahun
Yuga-dharma – kebaktian di tempat suci (arcana)
Yuga-avatara – Warna kulit-Nya biru tua. Ia mengenakan pakaian kuning. Tubuhnya dihiasi dengan kalung bunga dan berbagai perhiasan lain. Ia memanifestasikan senjata-Nya sendiri.
atau 864,000 tahun manusia
Jangka hidup - 1,000 tahun
Yuga-dharma – kebaktian di tempat suci (arcana)
Yuga-avatara – Warna kulit-Nya biru tua. Ia mengenakan pakaian kuning. Tubuhnya dihiasi dengan kalung bunga dan berbagai perhiasan lain. Ia memanifestasikan senjata-Nya sendiri.
Ciri-ciri
zaman Dvaparayuga adalah: orang-orang memiliki kelemahan terhadap
sesuatu yang tidak abadi. Namun mereka memiliki kemauan keras untuk
mengetahui tentang Kenyataan yang Absolut. Mereka menyembah Tuhan
sebagai Raja yang Agung dengan mengikuti perintah-perintah Veda dan
Tantra.
Kali-yuga (Zaman Besi)
Duration - 1,200 tahun deva
atau 432,000 tahun manusia
Jangka hidup - 100 tahun [terus berkurang seiring semakin berlalunya zaman)
Yuga-dharma – [menyanyikan nama-nama suci Tuhan] (harinama sankirtana)
Yuga-avatara – berkulit keemasan tetapi pada umumnya hitam. Sri Caitanya Mahaprabhu adalah Yuga Avatara untuk Kaliyuga ini.
atau 432,000 tahun manusia
Jangka hidup - 100 tahun [terus berkurang seiring semakin berlalunya zaman)
Yuga-dharma – [menyanyikan nama-nama suci Tuhan] (harinama sankirtana)
Yuga-avatara – berkulit keemasan tetapi pada umumnya hitam. Sri Caitanya Mahaprabhu adalah Yuga Avatara untuk Kaliyuga ini.
Ciri-ciri
zaman kali: “Wahai yang terpelajar di zaan Kali, manusia berumur
pendek. Mereka suka berceloteh, malas, tersesat ke jalan adharma, dan di
atas segalanya: mereka selalu terganggu”. (Srimad-Bhagavatam 1.1.10)
Demikianlah penjabaran tentang keempat yuga oleh kitab suci Srimad-Bhagavatam (juga populer dengan nama Bhagavata Purana).
Rentang
waktu kosmis; walaupun hanya satu yuga saja, tidak akan sanggup kita
lalui dalam sekali reinkarnasi. Lalu apa yang kita dapatkan dengan
mengetahui konsep waktu ini? Tentu saja, kita mendapat sebuah kepastian
bahwa ternyata hidup sebagai manusia ini sangat singkat, apalagi jika
dilihat dari sudut pandang waktu yang lebih panjang. Mengingat ini, kita
hendaknya sadar, bahwa hidup singkat sebagai manusia ini seharusnya
digunakan untuk memperoleh dan mengamalkan dharma, agar dharma itu
sendiri menjadi sebuah cahaya yang menerangi jalan panjang kita menuju
rumah kebahagiaan sejati: kesadaran akan jati diri.
Semoga tulisan ini berguna.
Aum gurubhyo namah, harih Om.
Aum shantih, shantih, shantih.sumber : http://wiratprakasa.multiply.com/journal/item/19?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
No comments:
Post a Comment