Pengunjung

free counters

Wednesday, July 25, 2012

GAYATRI – MANTRA

JAPA  MANTRA 

Sri Krishna di dalam Bhagavat-Gita bersabda kepada Sri Arjuna, bahwasanya diantara berbagai mantra, maka Gayatri Mantra adalah yang tertinggi sifatnya dan Beliau sendiri adalah pengejawantahan dari esensi mantra ini.  Ada dua versi mantra Gayatri yang paling populer diantara berbagai jenis mantra-mantra Gayatri.  Yang pertama adalah seperti berikut ini : 

OM

BHUR, OM BWAH, OM SWAH,
Om Tat Savetur Varenyam
 Bhargo Devasya Dimahi,
Dhiyo Yonah Prachodayat 
Apakah mantra Gayatri ini sebenarnya dan apakah manfaatnya, sehingga sedemikian agungnya mantra ini?  Konon Gayatri sendiri yang adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam-semesta ini bersifat maha prakriti (Maya, ilusi Ilahi).  Kelima dewi ini adalah Saraswati-Laksmi-Durga-Uma dan Kali, yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik di alam buana-alit maupun buana-agung.  Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma pada awal penciptaan dunia ini yang tersirat di Veda sebagai  mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam-semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya.  Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala kelima dewi di atas tersebut.  Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya.  Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi-pekerti.  Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya. Beliau adalah shaktinya Dewa Vishnu Sang Pemelihara alam semesta ini, sedangkan  Dewi Saraswati adalah shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta.  Durga adalah berkuasa di atas segala bentuk kebatilan,  asuras dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis; barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara-bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini.  Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Durga ini, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan-dedemit, padahal Beliau ini menguasai mereka dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan meraja-lela tidak terkendali.  Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Laksmi dan Dewa Ganeshya. 
Dewi Uma atau Prathivi, atau Pertiwi adalah juga isteri atau shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah ibu Pertiwi ini merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja.  Sedangkan Kali, lahir dari Shiva itu sendiri dan akhirnya “membunuh” Shiva dengan kekuatannya. Sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali), yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugas, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali.  Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang sedang mengandung, dan selama itu pula sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha esa dengan segala fenomenaNya baik di alam  bumi ini maupun di buana-agung dimana Beliau senantiasa maha hadir dimana saja.  Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan setiap bayi selalu merneriakkan uah, uah.  Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun ia dan lahir dimanapun, ia adalah : Aum, Aum, Aum, karena tiba-tiba sang jabang bayi kehilangan Gayatri. Oleh karena itu sewaktu dibabtiskan beberapa hari kemudian, versi pertama gayatri ini oleh sang ayah akan dimanterakan di telinga sang jabang bayi, agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini.  Sayang sekali hampir semua ayah tidak sadar akan makna mantra ini, dan hampir semua pendeta yang melakukan upacara untuk si bayi ini lebih terbius dengan pembayaran yang akan diterimanya.  Lambat-laun hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini.  Sesungguhnya mantra  yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang dan bukan untuk mendapatkan pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.  Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawinya, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna.  Kalau hanya mengulang-ulang ibarat burung beo, maka yang didapatkannya hanyalah kebodohan belaka.  Pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap Sang Jati Diri yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.  Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus dwijati dan non-pamrih  dalam segala hal.  Pada saat seseorang berguru, inilah mantra Gayatri versi kedua diberikan kepadanya secara spiritual, dan ini disebutkan kelahiran kembali (kedua kalinya).  Versi kedua akan kami utarakan pada keterangan-keterangan berikutnya.  Biasanya untuk mendapatkan jalan dhyana ini seseorang  akan diminta untuk menyiapkan dirinya menjadi vegetarian total, dan bersikap total ahimsa dan non-pamrih dalam segala hal, walaupun hidup secara duniawi secara wajar-wajar saja. 
Mantra ini disebut juga dengan nama Savitri Mantra, karena sebenarnya didedikasikan ke seorang dewa yang bernama Savitr. Ada juga sebutan Savitri-gayatri di buku-buku kuno, dan mantra ini ditujukan pada zaman tersebut pada Dewa Surya secara kaidah-kaidah yang terdapat di dalam Veda, dan hal ini juga disebut sebagai Gayatri. Kaidah ini disebut: 
“Om Tat-Savitur-Varenyam
Bhargo Devasya Dhimahi
Dhiyo yo Nah Pracodayat” 
Konon maha mantra ini diturunkan pertama kalinya kepada manusia di bumi ini kepada Resi Visvamitra yang agung di zaman yang teramat silam.  Keseluruhan mantra ini termuat dalam mandala ketiga dari Rig Veda.  Mantra yang sama ini juga hadir Sukla Yajurveda dan Krishna Yajurveda. Di Bhagavat-Gita Sri Krishna bersabda bahwasanya cahaya yang meliputi surya dan chandra adalah CahayaNya semata, jadi menurut para kaum suci, ini berarti Mantra  Gayatri adalah mantra pencerahan akan hakikat Yang Maha Hakiki. 
Om  Bhur  berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Sang Bhumi.
Om Bwah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah Alam-Semesta.
Om Svah berarti ….Wahai Yang Maha Esa, Dikaulah  Kehampaan yang menyelimuti bumi dan alam semesta ini. 
Sedangkan tiga baris mantra di atas berarti:
            “Kami bersemedi ke arah Cahaya Ketuhanan Sang Surya, semoga cahaya surgawi ini menerangi aliran pikiran yang ada di dalam budhi (intelek) kami.” 
Biasanya di India mantra ini disertai dengan  japa pranava  dan  Vyahrti-S.  Bagi kaum Hindu, pemujaan sehari-hari mengharuskan japa ini (sandhya-karma) agar pikiran selalau berpikir akan hal-hal yang bersifat jernih. Di Manusmrti 102 tertulis : ”Membaca japa ini di pagi hari sambil berdiri akan menghilangkan semua dosa yang disandang selama malam harinya, dan dengan berjapa di malam hari, maka semua dosa dipagi harinya akan sirna seketika”.  Itulah sebabnya kedua waktu ini harus dipergunakan untuk mengingatNya dan sekaligus menyadarkan diri kita sendiri dengan maha mantra ini, bukan hanya dijapakan pada waktu berkunjung ke kuil atau ke pura saja. 
Pada zaman ini Gayatri-Mantra telah sedemikian populernya diseluruh dunia sehingga selalu berkumandang dalam bentuk ratusan versi lagu, japa dan puja-puji dalam berbagai dialog yang aneh-aneh.  Ada sementara  resi mengatakan pranava “Om Bhur-Bvah-Svah” boleh ditambahkan atau tidakpun tidak apa-apa dalam setiap pemujaan, namun rasanya tidak akan berarti kalau tidak disertakan. Ada dua sandhya dalam sehari. Kata Sandhya berarti titik penghubung antara pagi dan malam. Dengan demikian sandhya yang pertama  adalah subuh dan yang kedua adalah senja hari.  Pemujaan pada pagi hari sekitar jam 4.30 s/d  jam 5 pagi disebut Brahma-mahurta dan di sore hari sebaiknya pukul 6 s/d 7 sore.  Setelah Islam masuk ke India, banyak orang Hindu menambahkan japa dan sembahyang pada siang hari, padahal itu tidak dianjurkan dan juga tidak dilarang. 
Di masa lalu pemujaan pagi hari sambil berdiri dilakukan menghadap ke arah Timur ke Surya dan pada malam hari ke arah Barat, dan sambil memuja,  seseorang akan meletakkan air di kedua tangannya yang terkatub, dan pada akhir ucapan mantranya air tersebut dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ini disebut Arghya-Pradana.  Pada saat mengakhiri mantra ini, sang pemuja akan mengucapkan :”Surya adalah Sang Brahman (Asavidityo Brahma)”, kemudian ia akan melaksanakan atma-pradaksina, yaitu memutarkan badannya kearah kanan, ini mengisyaratkan bahwa sang pemuja dalam baktinya mengikuti arah Sang Surya dan dharmanya.  Sekaligus berarti ia akan selalu berada dalam naungan dan tuntunan Sang Atman, Sang Jati Diri yang raganya sendiri.  Pada masa tersebut Gayatri-Mantra diucapkan 10 kali pada setiap sandhya, pada saat ini sudah bebas, walaupun konon mantra ini tidak boleh diucapkan lagi setelah senja lewat.  Saat ini aturan inipun sudah terkesan bebas. 
Dengan mengucapkan Gayatri mantra kita sebenarnya memohon agar cahayaNya menerangi dan membebaskan kita  semua dari kebatilan yang selalu mengganggu kita sepanjang hari terus-menerus tanpa henti dalam bentuk godaan-godaan duniawi yang tidak ada habis-habisnya ini. 
Ribuan tahun telah  silam semenjak hadirnya berbagai Veda, kemudian muncullah berbagai Sutras dan kemudian hadirlah berbagai pengertian dan penghayatan akan filosif dan ritual yang disebut agama-agama yang berorientasi ke pemujaan Vishnu, Shiva dan Shakti (Durga).  Setiap agama ini menyatakan bahwasanya Gayatri adalah miliknya, dan puja ini ditujukan kepada masing-masing Ishta-dewatanya.  Kemudian berkembanglah konsep Tuhan sebagai Bunda alam-semesta ribuan tahun lalu, dan hadirlah Dewi Gayatri seperti yang kita kenal sekarang ini.  Banyak yang berpendapat dengan melantunkan Gayatri maka seluruh Veda-Veda telah dilantunkan olehnya.  Kemudian mantra yang dianggap teramat sakti ini dipercayai sebagai mantra pembawa proteksi diri segala rintangan dan halangan, itulah sebabnya Gayatri mantra juga disebut sebagai “Mantra yang melindungi seseorang yang melantunkannya”. 
Kaum Hindu di India percaya bahwa sekiranya timbul kendala atau firasat buruk pada seseorang dikala melakukan suatu usaha atau proyek tertentu, orang tersebut harus duduk berjapa Gayatri-mantra ini sebanyak 11 kali, dan seandainya masih mendapatkan firasat buruk maka dianjurkan mengulangnya sebanyak 16 kali, sesudah itu tidak akan ada aral melintang lagi. 
Di India, seorang anak laki-laki diinisiasi dengan mantra Gayatri sewaktu ia masih berusia muda, dan upacara ini disebut Upanayana yang dihadiri dan diselenggarakan oleh kepala rumah tangga dan pendeta keluarga. Upacara ini di berbagai literatur Vedik disebut gayatri-diksa.  Dengan menjalani upacara ini seorang anak laki-laki diinisiasi menjadi seorang penyandang Hindhu Dharma.  Manu, manusia pertama menganjurkan pendiksaan ini seperti berikut; Usia 5 tahun bagi brahmana, 6 tahun bagi kshtriya, dan 8 tahun bagi seorang vaishya, maksimum usia-usia ini secara masing-masing kategori adalah 16, 22 dan 24 tahun.  Biasanya anak wanita tidak didiksa, karena diksa tersebut akan berlangsung sewaktu ia menikah nanti.  Bagi kaum sudra tidak disebutkan pendiksaan  ini.  tetapi di India masa kini banyak kriteria tersebut di atas  yang telah berubah, kaum sudra sudah boleh mengikuti upacara ini berkat perjuangan Mahatma Gandhi almarhum. 
Dipercayai secara shahtra vedik bahwasanya Gayatri-Diksa adalah kelahiran kedua.  Orang tua melahirkan putra mereka karena menginginkannya secara bersama-sama, dan lahirnya seseorang  dari rahim bundanya dianggap sebagai kelahiran fisik. Namun kelahiran kedua adalah anugerah melalui Savitri yang telah menguasai Veda-veda secara keseluruhan, dan kelahiran kedua ini dianggap kelahiran sejati, abadi dan tak pernah mati dimakan sang waktu.  Sesudah diinisiasi ini seorang putra laki-laki disebut Dvija. 
Sebenarnya mantra ini berisikan kalimat keempat dan kalimat ini dianggap begitu sakralnya sehingga hanya diberikan oleh seorang guru spiritual yang telah betul-betul Dvijati pada saat seseorang memasuki masa sanyasi dan dhyananya. Kalimat keempat ini hadir di Chandogya, Brhadaranyaka dan di Brahma-Sutra.  Kami di Ganeshya Pooja  (Shanti Griya) telah menurunkan Gayatri lengkap ini (disebut juga Maha-Gayatri) kepada sekitar 70 sishya yang menunjukkan tanda-tanda spiritual yang teramat satvik, dari antara ribuan sishya yoga ini. Prosesnya selalu terjadi secara mistis dan otomatis sehingga sang sishya akan menunjukkan gejala-gejala awal  yang sangat menunjang kehadiran Gayatri-Mantra ini di dalam dirinya.  Setelah mendapatkan awal inisiasi,  pemuja ini akan segera menjadi vegetarian  dan ahimsa, lalu mempersiapkan dirinya untuk inisiasi lengkap.  Namun sidang pembaca sebaiknya tidak menghubungi kami untuk yang satu ini, karena mendapatkan Maha-Gayatri adalah proses yang teramat sulit dan sudah banyak yang menjadi gila karenanya. Itulah sebabnya para guru spiritual tidak mau menurunkannya secara sembarangan.  Pada saatnya nanti seorang Hindu atau siapa saja yang telah siap mendapatkannya akan menemukan dimana saja Gayatri (Sang Dharma) berkenan.  Ingat, bukan kita memilih Sang Brahman, tetapi beliaulah yang memilih kita semua. 
Para wanita di masa lampau seperti di masa kini, selalu melantunkan mantra Gayatri secara bebas, dan pada zaman tersebut merekapun melaksanakan upacara Upayana, namun dewasa ini wanita tidak perlu mengikuti upacara ini karena kelahiran kedua seorang wanita adalah sewaktu ia menikah dengan purushanya.  Menurut para resi  seorang wanita lebih efektif dibandingkan dengan seorang pria seandainya ia berjapa Gayatri-Mantra karena efeknya terasa ke seluruh keluarga dan relasi di rumah-tangganya termasuk janin-janin yang dikandungnya. 
Seorang resi guru Chinmaya pernah menulis dan menyebarkan sebuah karya yang disebut Devaprayaga yang dikomentari oleh Sri Shankara Acharya secara pribadi, karya ini sudah tua dan langka, namun dengan bantuan guru tersebut di atas dapat diterjemahkan seperti berikut ini: 
Arti dari wacana Gayatri 

Gayatri sudha pratyag-Brahma-aikya-bodhika 

1.        Mantra Gayatri mengindikasikan ilmu pengetahuan yang terutama akan hakikat penyatuan dengan Sang Atman yang hadir di dalam diri kita dan Yang Maha Hadir di mana saja. 
2.        Yang mengetahui akan segala bentuk budhi (intelek) yaitu Yang Menerangi semua bentuk pikiran dan hadir di semua bentuk intelek, yang merupakan Saksi dari semua bentuk budhi …. Ialah Sang Jati Diri yang disiratkan oleh Mantra Gayatri. 
3.        Maha Brahma, Realitas transedental yang Hakiki adalah merupakan Sang Jati Diri itu semata-mata, dengan mejapakan Gayatri, Beliau akan bangkit (di dalam diri kita).  Sang Atman ini diindikasikan di Mantra Gayatri sebagai Sang Surya (Savitur). 
4.        Kata “tat”  disini mengartikan yang maha hadir, Sang Atman di dalam diri kita, yang bukan tidak dan bukan lain adalah Sang Atman di dalam semuanya, yaitu Yang Maha Atman (Param Brahma). 
5.        Kata surya (Savitur) bermakna Tunggal, yaitu satu substratum bagi semua pengalaman delusi yang berbasiskan pruralitas dan juga berbagai permainan ilusi di medan penciptaan ini, termasuk juga dalam tahap pemeliharaan dan penghancurannya (kiamat, pralaya). 
6.        Kata “Varenyam” (Yang dipuja-puji, Yang dikagumi) berarti Dia (Itu) yang dituju setiap insan (semuanya), Yang bersifat ananda-rupam (rahmat, berkah yang tidak ada batasnya).
 (kata ini pada saat berjapa harus dilantunkan sebagai Varenyam
7.        Kata “Bhargah” berarti yang menghancurkan semua bentuk kebodohan, ketidak-sempurnaan yang dipancarkan oleh kekurang-pengetahuan akan pemahaman Sang Ralitas. Dimana hasil-hasil kebodohan tersebut dihancurkan, maka di situ akan hadir kesadaran akan Realitas Yang Maha Esa secara segera. 
8.        “Devashya” (Cahaya) di sini bermakna kesadaran yang senantiasa hadir, menerangi baik di dalam maupun di luar, di tiga tahap (alam) ….. kesadaran, alam-mimpi dan alam tidur-lelap. 
9.        Yang adalah sifatKu yang murni, yaitu AtmanKu, adalah tidak lain tetapi Berkah yang terutama, substratum untuk semuanya, jauh diluar berbagai penderitaan dan tragedi, bersinar sendiri, bersifat kesadaran yang murni, yaitu Brahman Itu Sendiri. 
10.    Kata “Dhimahi” berarti yang menjadi tujuan meditasi kami, berasal dari konstruksi di Veda. 
11.    Sekarang jelaslah sudah bahwa Mantra-Gayatri ini mengindikasikan kesadaran dan kebangkitan (dalam arti yang dalam) dalam diri kita agar kita faham akan Hakikat Hyang Tunggal yang menghidupi setiap makhluk. 
12.    Di dalam daftar kata-kata vedik, maka kata-kata Bhuh (Bhur), Bhuvah (Bhvah), Svah, Mahah, Janah, Tapah dan  Satyam,  semuanya  berjumlah tujuh disebut “Vyahrti-S”. Dari ke tujuh kata-kata ini, hanya tiga kata pertama dipergunakan untuk pemujaan sehari-harinya. Semuanya pada hakikatnya mengindikasikan Hakikat Brahman Yang Maha Abadi. 
13.    “Bhuh” mengindikasikan keabadian. Yaitu Yang Maha Hadir di setiap periode sang waktu, Yang Maha Suci, Yang Senantiasa Merdeka, Yang bersifat eksistensi murni di dalam setiap bentuk. 
14.    Kata “Bhuvah” menyiratkan makna dari kesadaran yang murni, kata ini berasal dari imajinasi, yang menyiratkan akan kehadiran kesadaran yang menerangi berbagai pikiran kita. 
15.    Kata “Svah” sebagai vyahrti bermakna : realitas terutama dari  seseorang itu sendiri, karena apa yang dituju secara amat sangat oleh setiap ciptaan adalah Sang Jati Diri kita sendiri. 
16.    Kata “Mahah” berasal dari kata megah yang berarti Yang Dipuja, yang secara langsung berarti Yang Maha Megah atau Yang Maha  Dipuja yaitu Sang Jati Diri Yang Maha Utama. 
17.    Vyahrti “Janah” bermakna: Mencipta, yang berarti Yang Maha Pencipta dari mana berasal semua bentuk nama dan rupa, baik yang berada di dalam maupun di luar. 
18.    Kata “Tapah” bermakna: Penuh dengan terang-benderang, kecemerlangan, yang tak terhingga. Sang Jati Diri sebagai bentuk kesadaran adalah satu-satunya yang merupakan sumber semua cahaya di alam-semesta ini. 
19.    Kata “Satyam” bermakna:  Sebuah tahap yang jauh sekali  dari jangkauan berbagai keterbatasan seperti penderitaan dan berbagai penyakit. 
20.    Ketujuh Vyahrti-S diterangkan dan disebut sebagai tujuh loka, yaitu tujuh bentuk kesadaran  atau pengalaman.
(juga berarti 7 cakra utama di raga setiap manusia, ini adalah sendi-sendi buana-alit kita yang berhubungan dengan 7 loka di alam-semesta (buana-agung).  Fenomena ini hanya bisa difahami oleh seorang sishya dibawah bimbingan guru yang telah dwijati secara murni). 
21.    “Etad-uktam bhavati”. Kata-kata ini bermakna: Oleh karena itu semenjak semula kami telah mengindikasikan bahwasanya Gayatri adalah pengejawantahan dari Realitas Yang Maha Utama, yaitu Sang Brahman. 
22.    Sang Jati Diri, Yang adalah eksistensi murni, adalah makna yang disirat dan diindikasikan oleh Mantra-Mantra  Veda OM, yang menunjuk ke Brahman. Ketujuh loka juga menjabarkan  makna dari OM dan yang dimaksud ini adalah Sang Brahman itu sendiri, dan bukan yang lain-lainnya, sebenar-benarnya hanya Beliau satu-satunya yang eksis. 
23.    Demikianlah, ketujuh Vyahrti-S menunjuk, dengan seluruh makna dan isi kandungan mereka, ke arah Sang Brahman, Sang Jati Diri (Atman) dalam kesemuanya. 
OM SHANTI SHANTI SHANTI
OM TAT SAT

Saturday, July 21, 2012

JAPA

DLM JAMAN KALI YUGA INI HANYA JAPA SATU-SATUNYA CARA TERMUDAH UTK MENYADARI TUHAN. HIDUP INI BEGITU SINGKAT, WAKTU TERUS BERLALU. DUNIA INI PENUH MISTERI. PANGKASLAH SIMPUL2 AVIDYA, DAN TEGUKLAH NEKTAR AMBROSIA. PENDEKNYA, JIKA SAAT INI ANDA TIDAK MELAKUKAN JAPA MAKA WAKTUMU TERBUANG PERCUMA. MEREKA YG HANYA MAKAN, MINUM, TIDUR SERTA TIDAK MELAKUKAN JAPA APAPUN MAKA IA HANYA AKAN MENJADI MAHLUK2 PENGHUNI DUNIA INI.

SEBUAH MANTRA DLM AGAMA HINDU, MEMPUNYAI SEORANG RSI, YG MENGANUGRAHKANNYA PD DUNIA INI, METRUM YG MENGATUR MODULASI SUARA DAN DEWATANYA ATAU KEBERADAAN SUPRA NATURAL BAIK YG LEBIH RENDAH ATAU YG LEBIH TINGGI, SEBAGAI DAYA INFOSMASINYA.

BIJA ATAU BENIH, MERUPAKAN KATA ATAU RANGKAIAN KATA YG SANGAT BERMAKNA, YG MEMBERI KEKUATAN KHUSUS. KADANG2 KATA INI MERUPAKAN SEBUAH SUARA YG SELARAS DGN NADA DASAR PRIBADI YG MENGUNAKANNYA, DAN BERUBAH SESUAI DGN PRIBADI ITU SENDIRI. SUATU SAAT KATA INI AKAN MENGUNGKAPKAN HAKEKAT DARI MANTRA, DAN AKIBAT YG DITIMBULKAN MANTRA INI ADLH BUNGA2 YG AKAN MEKAR DARI BENIH TERSEBUT. SAKTI ADALAH ENERGI DARI BENTUK MANTRA, YAITU BENTUK GETARAN YG DIBANGUN OLEH BUNYI INI. HAL INI MEMBAWA MANUSIA PD DEWATA YG DIPUJA. KILAKA ATAU TIANG, ADALAH PENYANGGA YG MENGUATKAN MANTRA ATAU PASAK YG MEMPERTEGUH MANTRA JADI SATU. MANTRA INI MENGHENTIKAN PENDERITAAN DGN MEMBEBASKAN SESEORANG DARI KETIDAKSEMPURNAAN.

JANGAN MENCEMASKAN DIRI ANDA SENDIRI TENTANG MANTRA, LAKUKAN JAPA TENTANG ISTA MANTRA MU SECARA MENTAL DGN MAKNA DAN BHAWANYA YG BENAR, ANDA AKAN MENYADARI MAMFAAT ROHANINYA. MENGAPA ANDA MEMBUANG WAKTU PERCUMA DGN MENGHITUNG KERIKIL YG TAK TERHITUNG JUMLAHNYA DI TEPI SUNGAI??? BERSIHKAN DIRIMU SEGERA DAN AMBIL MALA MU MULAILAH MENGHITUNG MANTRA MU DAN JADILAH ORG BIJAKSANA.

SEMUA MANTRA MEMPUNYA KEKUATAN DAN POTENSI YG SAMA. TIDAKLAH BENAR OM NAMAH SHIVAYA MEMPUNYAI KEKUATAN YG LEBIH BESAR DARI OM NAMO NARAYANA ATAU SRI RAM DAN SEBAGAINYA. ANDA DAPAT MENCAPAI KESADARAN TUHAN DGN MELAKUKAN JAPA APAPUN. BAHKAN RSI VALMIKI MENCAPAI KESADARAN TUHAN HANYA DENGAN MENGUCAPKAN MARA-MARA. BANYAK MENGIRA OM ATAU SOHAM LEBIH TINGGI DARI OM NAMO NARAYANAYA ATAU OM NAMAH SHIVAYA DEMIKIAN PULA SEBALIKNYA, INI JUGA KELIRU. MELAKUKAN JAPA OM ATAU SOHAM DPT JUGA DICAPAI DGN MELAKUKAN JAPA OM NAMAH SHIVAYA ATAU SRI RAM ATAU OM NAMO NARAYANAYA.

JANGAN MERAGUKAN AJARAN2 DARI KITAB SUCI. KEPERCAYAAN SEKEJAP AKAN DAPAT MENJATUHKANMU. ORG YG BERKEINGINAN LEMAH,YG TIDAK MEMILIKI KEYAKINAN DALAM BERJAPA, TIDAK MENCAPAI KEMAJUAN APAPUN DLM JALAN KEROHANIAN. BILA IA MENGATAKAN ''SAYA SEDANG MELAKSANAKAN PENCARIAN [SIAPA AKU]'', SEMUANYA INI MERUPAKAN IMAJINASI LIAR. JARANG ADA ORG YG LAYAK UNTUK PENCARIAN ''SIAPA AKU'' INI.

ANDA HARUS MEMPUNYAI BHAWA(SIKAP) BAHWA ATMAN, ISWARA, DEWATA, MANTRA ADALAH SATU. DGN BHAWA INI ANDA HARUS MENGULANG-ULANG GURU MANTRA ATAU ISTA MANTRA. SELANJUTNYA ANDA AKAN MEMPUNYAI MANTRA SIDDHI ATAU KESADARAN TUHAN DGN CEPAT.

JAPA DARI SEBUAH MANTRA MENGANTARKAN PARA PRAKTISI PD REALISASI TUJUAN TERTINGGI, WALAUPUN IA TIDAK MEMILIKI LATAR BELAKANG PENGETAHUAN TERHADAP MAKNA MANTRA. ADA KEKUATAN TAK TERGAMBARKAN ATAU ACINTYA SAKTI DLM MANTRA. BILA ANDA MENGUCAPKAN MANTRA DGN KONSENTRASI ANDA AKAN MENCAPAI KESADARAN TUHAN.

BUATLAH KEBIASAAN YG KUAT DLM MENGULANG-ULANG NAMA TUHAN, HANYA DGN ITU SAJA AKAN MUDAH BAGI ANDA UTK MENGINGAT NAMANYA PADA SAAT KEMATIAN TIBA. MENDEFINISIKAN TUHAN SAMA SAJA DGN MENOLAKNYA. ANDA HANYA DAPAT MEMBERI DEFINISI TERHADAP OBYEK YG TERBATAS. BAGAIMANA ANDA DAPAT MENDEFINISIKAN PADA OBYEK YG TAK TERBATAS YG MERUPAKAN SUMBER DAN PENYEBAB DARI SEGALA-GALANYA? BILA ANDA MENDEFINISIKANNYA, ANDA SEDANG MEMBATASI SESUATU YG TAK TERBATAS, ANDA AKAN MEMBATASINYA DGN KONSEP PIKIRAN. TUHAN BERADA DILUAR PENCAPAIAN PIKIRAN KASAR, TETAPI IA DAPAT DICAPAI DAN DISADARI MELALUI JAPA DAN MEDITASI DGN PIKIRAN MURNI HALUS DAN MEMUSAT.

sumber :  http://forumhinduuntukdamai.blogspot.com/2011/03/japa.html

Uraian Mengenai Surga

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXzPZo9i_dWzzvwyMFesvVijq85UciCa28V69DSBEttxmVjHUrFvjTgHEAyv47DaQm2DfMp7I0EHD3h6sHItKVs_dron1qKa2q2_aQKXANNdNmlefqUEUGckH0Rkv54UkCcpcODhT8Dg/s1600/GroupPic2.jpg
Kita semua tahu bahwa jika diberikan pilihan, maka semuanya akan memilih pergi ke surga. Dan sebagian besar orang mempunyai sejenis pemahaman akan surga yang membuat mereka yakin bahwa surga adalah suatu tempat yang luar biasa. Bahkan jika kehidupan kita di bumi jauh dari ideal, jika kita sekali sudah mencapai surga, maka segala sesuatunya akan menjadi baik-baik saja. Namun setiap seseorang memberitahu saya tentagn uraian surga, saya mendapatkan uraian/pendapat yang berbeda-beda.
Di dalam kitab kitab Veda, kita memdaptakan informasi yang eksplisit tentang apakah surga itu, misalnya kita dapat malihat beberapa tempat dibumi yang sebenarnya bagaikan surga. jika kamu mengunjungi sebuah pulau tropis dimana ada pantai-pantai panjang berpasir putih yang cukup mendapat cahaya matahari yang dilengkapi dengan hembusan angin sejuk yang melewati pohon-pohonnya, membawa aroma bunga-bunga eksotis dan suara-suara ombak air sebening kristal menghempas tepi pantai dan jangan lupa pula, ada gadis-gadis yang berbadan indah memakai busana penuh warna, siap melayani segala kebutuhan kita. Tidakkah kamu merasa seperti di surga? Tak diragukan banyak orang akan suka pengalaman semacam itu, karena setiap orang tertarik di dalam kenikmatan material. Namun Masalahnya adalah tempat-tempat seperti itu sulit dicapai atau makan banyak biaya untuk tinggal lama disana atau kita harus segera balik setelah kunjungan singkat. Kunjungan semacam itu tidak pernah cukup, dan kita akan selalu ingin kembali ke tempat-tempat serupa, lagi dan lagi.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tempat-tempat surgawi itu merupakan tempat dimana para makhluk hidup mengahabiskan/menggunakan kegiata-kegiatan salehnya yang lalu. Tempat-tempat surgawi ditemukan di tiga tempat yaitu di atas bumi, surga planet-planet bawah, dan planet-planet surga atas. Hanya orang-orang yg paling sangat saleh dapat memasuki surga atas. Orang-orang hanya dapat mengalami atmosfer surga yang lebih rendah yang dapat ditemukan di bumi atau planet-planet bawah.
Dijelaskan di dalam Srimad Bhagavatam (5.17.12) bahwa di surga atas termasuk dibumi sebelum munculnya jaman kali ribuan tahun yang lalu para penduduk hidup selama sepuluh ribu tahun dan semuanya mirip dewa. “mereka mempunyai kekuatan badan sepuluh ribu gajah dan badan sekuat halilintar. Masa muda dalam kehidupan mereka sangat menyenangkan, baik pria dan wanita menikmati persatuan seks dengat sangat menyenangkan dengan jangka waktu yang lama. Setelah sekian lama mengalami kenikmatan sensual dan ketika sekitar setahun masa kehidupan masih tersisa-sang ister mendapatkan seorang anak. Demikianlah standar kesenangan para penuduk surga ini sama persis dengan manusia yang hidup pada Treta-yuga (ketika tidak ada gangguan).
Bahkan planet bumi ini merupakan surga pada zaman satya-yuga dan treta yuga. Setiap orang sangat saleh dan mempraktekkan yoga. Mereka tidak begitu mempedulikan kenikmatan inderawi, meskipun tersedia dengan mudah. Demikianlah, planet bumi menyediakan para penduduknya dengan segala yang mereka butuhkan dengan atmosfer yang paling menyenangkan. Baru kemudian, setelah datang Dvapara yuga dan khususnya zaman sekarang Kali yuga,
“Ada banyak taman penuh bunga dan buah sesuai dengan musim, dan ada pertapaan2 yang dihias dengan baik. Antara gunung-gunung besar yang membatasi batasan wilayah2 ada danau danau yang sangat besar berisi air jernihpenuh dengan bunga-bunga padma yang baru tumbuh. Burung air seperti angsa, bebek, ayam air, dan angsa merasa sangat senang karena keharuman bunga-bunga padma, dan suara-suara kumbang yang mempesona memenuhi udara. Para penduduk negeri ini merupakan pemimpin-pemimpin penting di antara para dewa. Selalu disertai oleh para pelayan mereka yang terhormat, mereka menikmati hidup di taman-taman disisi-sisi danau. Dalam keadaan yang menyenangkan, isteri-isteri para dewa tersenyum playfully kepada suami-suami mereka dan melihat mereka dengan tatapan nafsu.seluruh dewa dan isteri-isterinya di sediakan bubuh cendana dan kalungan bungan secara teratur oleh pelayan-pelayan mereka. Dengan cara begini, para penduduk varsha kedelapan menikmati, tertarik dengan keigatan lawan jenis.
Dari uraian ini, kita dapat melihat bahwa kesenangan surgawi yang dialami oleh para penduduk planet-planet atas sering berdasarkan seks dan semua itu hanya kenikmatan inderawi yang berbentuk lebih halus saja. Hal ini tidak banyak berbeda dari apa yang dialami oleh manusia di bumi. Satu perbedaannya adalah para penduduk planet planet itu menikmati seperti itu tanpa ada gangguan selama bertahun-tahun jika mereka menginginkn; sedangkan, para penduduk bumi hanya dapat menikmati seperti itu hanya dalam waktu singkat.
Uraian lain tentang beberapa bagian surga di planet-planet atas adalah tentang gunung Trikuta, yang tingginya 80.000 mil dan dikelilingi oleh sebuah lautan susu. Seperti halnya bumi dikelilingi oleh air asin, planet-planet atas juga memiliki lautan, namun terdiri dari air-air yang lebih menyenangkan.
“tiga bahan dasar yang utama yang ada di puncak gunung Trikuta terbuat dari besi, perak dan emas, dan memeperindah segala arah dan angkasa.Gunung ini juga memeiliki puncak yanglain, yang penuh dengan permata dan berbagai mineral dan dihiasi dengan pohon-pohon, tanaman menjalar dan semak-semak yang indah. Suara-suara air terjun di atas gunung menciptakan vibrasi yang menyenangkan. Begitulah adanya gunung itu, semakin meningkatkan keindahan di segala penjuru. Tanah lapang di kaki gunung selalu di bersihkan oleh gelombang ombak susu membentuk emerald di sekiling gunung di delapan penjuru mata angin. Para penduduk planet-planet atas seperti para Siddha, Carana, Ghandarva, Vidyadhara, para Naga, Kinnara dan Apsara- biasanya pergi ke gunung untuk sport. Demikialgha semua gua gua di gunungpenug dengan penduduk 2 surgawi ini.” (bhag.8.2.7-8)
“lembah-lembah di bawah gunung Trikuta terhias indah dengan banyak beraneka hewan hutan, dan di dalam pohon-pohon, yang terawatt di taman-taman oleh para dewa, ada beareka jenis burung bersiul/mengerik? dengan suara-suara merdu. Gunung Trikuta punya banyak danau dan sungai, dengan pantai-pantai yang ditutupi dengan permata/mutiara2 kecil menyerupai butiran2 pasir. Airnya sejernih kristal, dan ketika bidadari para dewa mandi di dalamnya, badan-badan mereka memeberikan keharuman kepda air dan angina sepoi yang bertiup disana, yang memeperkaya atmosfer disana.” (Bhag. 8.2.7-8)
Di planet-planet surga, badan-badan para wanitanya/maidens tidak hanya indah, tetapi juga memberikan keharuman kepada danau-danau dan juga angina sepoi yang bertiup. Di planet bumi ini, setiap orang dapat mengalami bahkan jika badan kita tidak dimandikan setiap hari, maka akan mulai berbau tidak sedap. Untuk menutupinya, orang sering menggunkan deodorant atau wewangian buatan untuk badan mereka agar berbau harum, untuk menutupi kenyataan bahwa mereka tidak mandi dengan teratur. Tentu saja, hal ini, jauh dari standar surga ketika kita harus mentolerir bau tak sedap badan orang-orang di sekitar kita. Oleh karena itu, hal ini, adalah pembanding yang baik untuk mengerti bagaimana planet-planet surga ribuan kali lebih mewah disbanding planet bumi ini.
Dengan mempelajari literature Veda, kita dapat mempelajari tempat-tempat seperti surga ini. Namun mencobak untuk mencapai pengetahuna seperti itu lewat indera dan peralatan yang terbatas seperti teleskop, yang merupakan perpanjangan indera2 kita yang cenderung salah faulty sense, kita tak akan pernah mampu mengamatai dengan wajar keadaan-keadaan dari planet planet yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kita dapat mendapat pemahaman apa planet planet yang lebih itnggi itu seperti uraian yang ditemukan di dalam buku2 seperti Srimad-Bhagavatam, yang menguraikan kemewahan dewa Indra, Raja Surga, sebagai berikut :
“Hiranyakasipu, Yang memiliki segala kemewahan mulai bermukim di surga, dengan taman Nandananya yang terkenal, yang dinikmati oleh para dewa. Pada kenyataannya, dia tinggal di istana dewa Indra, Raja Surga, yang paling mewah. Istana itu di bangun secara langsung oleh arsitek para dewa Visvakarma dan dibuat sedemikian hingga indah solah olah dewi keberuntangan alam semesta ini berstana disana. Jalan-jalamnsetapa di kediaman Raja Indra terbuat dari coral, lantai na terhias dengan emerald yang tak ternilai, tembok-tebokna terbuat dari kristal, dan ilar pilar terbuat dari batu yang bernamavaidurya.canopi-canopi terhias dengan indah, tempat tempat duduk terhias dengan ruby, dan tempat tidur dari sutera, seputih busa, yang terhias mutiara. Gadis-gadis istana itu
kebanyakan dari kita bahakan tidak dapat membayangkan sebuah rumah dengan tembok2 kristal, coral steps, lantai yang dilapasi jamrud, kursi kurs dilpaisi ruby, dan tempat-tempat tidur dilapaisimutiara. Namun disisni adalah sebuah uraian istana amat besarsejenis ini, dimana banyak orang tinggal. Ini adalah wilayah surga dimana hanya merka yang kualifaid dapat memasukinya. Kita taka akan mampu pergi kesana dengan alat alat roket atau capsul ruang angkasa. Satu satu cara yang sebenarnya kita dapat memasuki atmosfer kahyangan atau surga adalah dengan kegiatan-kegiatan saleh, karma baik, atau kesempurnaan mistis. Bagaimana pun, bagi mereka syng benar2 bijaksana, mencapai surga tak begitu penting.
Kesempatannya ada di bumi ini
Seorang manusia bijaksana yang pebnuh pengetahuan bagaimana dunia ii bekerja tahu bahwa di planet-planet surga, dan dimanapun juga, ada kelahiran dan kematian. Para penduduk planet-planet atashidup sangat lama dilihat dari perhitungan bumi, namun akhirnya disana juga kehiduapn akan berakhir. Bagaimaan pun juga, masih di dalam dunia material ini, diaman segala sesuatunya secara beratahap merosot, rusak dan terbagi/hancur. Seperti halnya seseorang menabunga uang, pergi berlibu ke hawai atau suatu tempat dan menghabiskan kesluruhan waktu untuk dapat menikmati, bersantai, dan hanya melakukan segala sesuatau yang ia suka, ketika uang habis dipakai maka ia harus kemabali pualang keruamah dan kembali bekerja. Sama halnya seperti itu, setelah seseorang melaksanakan banyak perbuatan saleh dan mengumpulkan berimpah karma baik, orang mungkin dapat memasuki wilayah surga untuk hidup dan menikmati Selma ribuan tahun. Namun ketika reaksi reaksi saleh yang terkumpul telah habis digunakan, keberadaannya di surga berakhir dan dia mulia lagi sistem planet tengah bumi untuk memulai lagi. Hal ini dijelaskan didalam Munduka Upanisahd (1.2.10): “dengan menganggap kurban dan kegiatan baik/kebajikan sebagai yang terbaik, orang-orang bodoh ini tidak mengetahui kebaiakan yang lebih tinggi,.dan setelah menikmati (pahala meraka) di surga ng lebih tinggi, yang didapat dari kegiaran baik, mereka masuk lagi bumi ini atau yang lebih rendah.”
Oleh karena itu, Resi-resi yang penuh pengetahuan menganggap surga dan segala kemewahannya tidak lebih dari sekedar phantasmagoria, sebuah mimpi yang menkjubkan namun temporer. Itulah, dalam kenyataanadalah kehidupan diatas segala lecel eksistensi di dalam ciptaan material ini. Oleh karena itu sri Krishna Menjelaskan di dalam Bhagavad Gita : “dari planet yang paling tinggi sampai planet yang paling rendah, semuanya adalah temapat-tempat kesengsaraan dimana berlangsung kelahiran dan kematian yang berulang. Namun dia yang telah mencapai Tempat Tinggal-Ku, wahai putera Kunti, tak akan pernah lahir lagi.” (bg. 8.16)
Mereka yang serius sibuk dalam jalan spiritual tidak punya concern apakah meerkea memasuki surga atau neraka. Bagi mereka, surga dapat menjadi neraka tanpa Pemujan pada Tuhan dan neraka dapat menjadi surga hanya dengan bermeditasi pada atmosfer spiritual. Tidak begitu penting diaman kamu berada, namun bagaiman kamu menggunakan waktumu yang membuat beda, seperti dijelasakn dalam sloka berikut ini.
“Oh TUhan, kami berdoa semoga Engkau membiarkan kami lahir di dalam segala keondisi kehidupan neraka, kalau hati kami dan pikiran kami selalu sibuk di dalam pelayann suci kepada Kaki-padma-Mu, kata-kata kami menjadi lebih indah (hanya dengan membicarakan segala kegiatan mu) seperti halnya daun tulasi dipercantik ketika dipersembahakan kepad Kaki-Padma_Mu, dan sepanjgan telinga kami selaliu mendengar tentagn sefat-sifat rohani-Mu.” (Bhag.3.15.49)
sekarang kita dapat mulai melihat planet tengah, yaitu bumi, adalah tempat dimana seseorang dapat pergi ke surga, atau ke neraka, atau ke dunia rohani yang sepenuhnya berada diluar ciptaan/dunia material ini. Di surga, atmosfernya sangat kondusif untuk kenikmatan indera dimana seseorang sulit sekali berkonsentrasi untuk embuat kemajuan dalam spiritual. Di planet-planet yang lebih rendah, hidup terlalu menderita dan sengsara, atau masyarakatnya terlalu materialistic untuk sibuk dalam kegiatan spiritual. Tetapi di planet pertengahan ini, umumnya hdiup tidak begitu surgawi atau nerakawi. Oleh karena itu, ia merupakan lingkungan yang cocok untuk seseorang melaksanakan jalan spiritual.
“Karena bentuk kehidupan manusia merupakan posisi yang mulia untuk keinsyafan spiritual, semua para dewa di surga berbicara seperti ini: Betapa hebatnya makhluk manusia ini karena lahir di Bharata-varsha (planet bumi). Mereka pasti telah melaksanakan kegiatan-kegiatan saleh berupa pertapaan di masa lalu, atau Pribadi Tuhan Yang Maha Esa Sendiri sudah puas dengan mereka. Kalau tidak, bagaimana mungkin mereka sibuk di dalam pengabdian suci dalam begitu banyak cara? Kita para dewa hanya dapat bericta-cita untuk mendapat kelahiran sebagai manusia di Bharata-varsha untuk melaksanakan pengabdian suci, namun umat manusia ini sudah melaksanakan disana.(Bhag. 5.19.21)
“Setelah melaksankan tugas yang amat sulit dalam kurban suci ritualistic Veda, melaksanakan pertapaan, melaskasnakan sumpah dan berderma, kami telah mendapatkan kedudukan ini sebagai penduduk planet-planet surga. Namun apakah nilai dari prestasi ini? disini kami sangat sibuk dalam kepuasan indera material, dan oleh karena itu kami sangat sulit untuk mengingat Kaki-Padma Narayana. Tentu saja, karena pemuasan indera yang berlebhian, kami hampir selalu melupakan Kaki-PadmaNya.” (Bhag.5.19.22)
“Sebuah hidup singkat di tanah Bharata-varsha adalah lebih baik dibanding sebuah hidup di Brahmaloka selama jutaan dan miliaran tahun karena jika seseorang diangkat ke Brahma Loka, dia juga mengulamgi kelahiran dan kematian. Meskipun hidup di Bharata varsha, sebuah planet yanglebih rendah, sangat singkat, namun orang yang hidup disana daoat meningkatkan dirinya ke dalam Kesadaran Krishna penuh dan mencapai kesempurnaan tertinggi, bahkan dalam dalam hidup yang singkat ini, dengan sepenuhnya menyerahkan diri kepada Kaki-Padma Tuhan. Demikianlah seseorang dapat menapai Vaikunthaloka (planetplanet rohani), dimana tidak ada kecemasan dan tidak pula ada kelahiran kembali dalam badan material.” (bhag.5.19.23)
“Bharata varsa menawarkan llingkangan dan tempat yang tepat dimana melaksanakan Pengabdian suci (Bhakti-Yoga), yang dapat membebaskan orang dari segala akibat jnana (pengetahuan spekuasli) dan karma. Jika seseorang mendapatkan sebuah badan manusia di tanah Bharata varsha, dengan organ sensori yang jelas dengan mana dapat melaksansakan sankirtan yajna 9 mengucapakan atau menyanyikan dan keagungan nama suci Tuhan), tetapi walupu ada kesempatan ini ia tidak menjalankan pengabdian suci, maka dia memang seperti hewan dan burung hutan yang bebas yang kurang pemeliharaan dan oleh karena itu sekali lagi terntagkap oleh pemburu.” (bhag. 5.19.25)
Ayat-ayat ini dari Srimad-Bhagavatam secara langsung menekankan kesempatan jarang yang ktai dapat sekarang yang kita tahu diri kita sudah berada di planet bumi ini. Orang yang tidak menggunakan kesempatan seperti ini untuk sibuk dalam pncarian untuk kemajuan spiritual, maka pastilah hidup hanya untuk mati tanpa membaut kemajuan yang nyata kearah kekebabasan dari eksisitensi material. Bahkan para dewa berdo auntuk lahir di Bharata varssha.
Surga & Neraka
dan Struktur Dasar Alam Semesta
(Artikel berikut diambil dari buku “The Secrets Teachings of Veda” bab 7 diterjemahkan dan dipublikasikan atas izin tertulis dari Stephen Knapp. tulisan Sthepen Knap yang lain dapat liat di www. Sthepen-knapp.com)
Beberapa bab terakhir telah menjelaskan bagaimana seseorang bisa mencapai/mendapatkan masa depan yang baik atau buruk menurut berbagai jenis kegiatan yang ia lakukan. Disebutkan bahwa orang dapat mencapai surga atau neraka sebagai hasil dari segala kegiatan mereka. Hal ini terjadi berdasarkan kombinasi karma yang telah dikumpulkan oleh seseorang dan dari sifat-sifat tertentu alam materiil yang ia miliki. Namun, apakah yang sebenarnya surga dan neraka itu? Apakah surga merupakan sebuah tempat dimana kita dapat menikmati hidup secara abdi bersama dengan yang pernah kita kenal dan pernah kita cintai? Apakah Neraka merupakan sebuah tempat dimana kita menderita kutukan abadi atas berbagai kesalahan karena tidak hidup seperti layaknya yang diyakini beberapa orang ? atau apakah kita diberikan kesempatan sekali di dalam kehidupan ini untuk mencapai surga atau terkutuk di neraka abadi? Atau semua ini hanyalah tingkatan pikiran?
Banyak orang memiliki banyak kesalah-pahaman tentang apa itu surga dan apa itu neraka. Kebanyakan orang setuju bahwa menjalani sebuah kehidupan yang kedengaran religius untuk mencapai surga, adalah tujuan tertinggi. Tetapi untuk meluruskannya, kita harus memiliki uraian tentang surga dan neraka secara mendetail, dan pengetahuan seperti ini dapat ditemukan di dalam literatur Veda.
Pertama-tama, kitab-kitab Veda setuju sistem planet bumi ini merupakan sistem planet pertengahan di alam semesta. Dari sini seseorang dapat naik ke planet-planet surgawi atau turun ke planet-planet neraka. Seluruhnya, alam semesta ini tersusun atas empat belas susunan sistem planet, dan seperti halnya kita telah lahir di planet bumi ini, kita dapat juga meningkatkan diri dengan kegiatan-kegiatan kita untuk lahir di setiap berbagai susunan planet baik yang diatas maupun yang dibawah. Untuk lebih memahami bagaimana semua hal ini terjadi, pertama kita harus mengerti diamanakah surga dan neraka berada di dalam alam semesta ini?.
STRUKTUR DASAR ALAM SEMESTA
Untuk memulai penjelasannya, kitab mengumpamakan ciptaan kosmos (alam semesta) materiil sebagai sebuah awan di dalam sebuah sudut Angkasa rohani. Di dalam awan ini ada alam semesta yang jumlahnya tak terhitung/terhingga. Setiap alam semesta ditutupi oleh sebuah cangkang yang terbuat dari unsure-unsur materiil, yang menjadikan sisi dalamnya sepenuhnya gelap kecuali di daerah sinar matahari. Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.”
Hal ini menandakan bahwa jika kita bertualang ke kulit luar yang gelap alam semesta, maka kita akan melewati sebuah cangkang yang terbuat dari unsur tanah yang mengelilingi alam semesta. Ketebalan cangkang ini sepuluh kali lebih tebal dibandingkan lebar alam semesta. Lapisan cangkang yang Pertama adalah lapisan tanah, kemudian ada lapisan air yang tebalnya sepuluh kali tebal lapisan tanah, kemudian ada lapisan-lapsaian (secara berurutan) api, udara, ether, pikiran, kecerdasan dan keakuan palsu. Tentu saja, wujud unsure-unsur di lapisan-lapisan ini lebih halus daripada berbagai wujudnya kita temukan di muka Bumi ini. Interior alam-semesta sangat kecil dibandingkan lapisan-lapisan berbagai unsur yang mengelilinginya. Oleh karena itu, tak pelak lagi, tak seorang pun akan pernah mampu keluar dari alam-semesta ini dengan segala alat mekanik atau dengan cara kesempurnaan material.
Berdasarkan literatur Veda, Matahari terletak di bagian pertengahan. Seperti diuraikan dalam Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam-semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka. Planet matahari membagi segala arah alam-semesta. Karena kehadiran mataharilah kita dapat mengerti apa itu angkasa, apa itu planet-planet yang lebih tinggi, dan apa itu dunia ini
Kitab-kitab Veda sering menguraikan berbagai jenis planet dengan sebutan Dvipa atau Varsha, yang berarti pulau dan pelindung bagi banyak makhluk hidup, di dalam samudra luas ruang angkasa ini. Setiap planet diatur berbeda satu sama llain dengan masing-masing iklimnya, ciri khas (feature)nya, ketakjubannya dan dilengkapi dengan berbagai jenis benda-benda untuk memenuhi kebutuhan berbagai penghuninya yang spesifik pula. Diuraikan dalam Padma Purana bahwa ada 8.400.000 spesies (jenis) kehidupan dan masing-masing spesies memiliki tempat hidupnya masing-masing berupa lingkungan tertentu yang ada dalam berbagai planet. Beberapa spesies kehidupan ada di dalam air, beberapa di udara, beberapa di dalam dan beberapa diatas tanah, beberapa di dalam panas atau api. Oleh karena itu, bukan suatu yang mengherankan ada kehidupan di planet-planet yang lain, seperti yang diuraikan di dalam kitab-kitab Veda, baik kehidupan seperti itu dapat kita lihat maupun tidak, dengan indera-indera atau peralatan kita yang tumpul/tidak sempurna.
Planet Bumi yang berada di tengah sistem perplanetan, disebut Bharata-varsha atau Jambudvipa. Kitab Srimad Bhagavatam (5.20.3-42) menguraikan enam planet utama lainnya di atas Jambudvipa. Planet-planet itu adalah Plaksadvipa lalu Salmalidvipa. Diatasnya ada Kusadvipa, atau planet bulan. Diatas Kusadvipa ada Krauncadvipa yang memiliki lebar 12.800.000 mil. Diatasnya ada Pulau (baca : planet) Sakadvipa, merupakan planet bagi orang-orang saleh, yang mana para penduduknya melaksanakan pranayama dan Yoga-Mistis, dan dalam Samadhi memuja Penguasa Tertingi dalam wujud Vayu.
Planet berikutnya adalah Puskaradvipa atau Brahma loka, yang memiliki diameter 51.200.000 mil dan dikelilingi oleh samudra yang berisi air yang sangat lezat. Di planet ini ada bunga padma raksasa dengan 100.000.000 mahkota/kelopak bunga dari emas murni, seterang nyala api. Bunga ini dianggap tempat duduknya dewa Brahma, makhluk hidup yang paling perkasa di alam semesta dan oleh karena itu kadang-kadang disapa denga sebutan Bhagavan. Penduduk planet ini memuja Yang Kuasa yang diwakili oleh dewa Brahma. Di tengah pulau ini ada gunung besar yang bernama Manasottara, yang memiliki batas antara sisi dalam dan sisi luar pulau itu. Lebar dan tingginya 80.000 mil.
Di gunung itu, di keempat arahnya, merupakan markas-markas kediaman para dewa seperti dewa Indra. Di dalam kereta dewa-matahari, sang matahari menjelajahi puncak gunung itu di dalam sebuah orbit yang bernama Samvatsara, melingkari gunung Meru. Jalur matahari di sebelah utara disebut Uttarayana, dan jalurnya disebelah selatan disebut Daksinayana. Satu sisi (enam bulan, musim panas kita) mewakili satu siang bagi para dewa, dan sisi yang lain (enam bulan, musim dingin kita) mewakili malam mereka. Dengan cara begini, kita dapat mengerti bahwa satu tahun kita tak lain adalah sehari bagi para dewa. Oleh karena itu hidup mereka sangat panjang, hampir seperti kekal jika dibandingkan dengan hidup kita. Itulah kenapa beberapa agama mengatakan kehidupan di surga adalah kekal.
Tidak perlu dikatakan, ini merupakan uraian sebagaian dari planet-planet atas dan letak mereka seperti yang diuraikan oleh para mistikus di dalam literature Veda. Tetapi, seperti dengan mudah kita mulai dapat lihat, hanya orang-orang yang saleh dan maju secara spiritual dapat memasuki planet-planet surga yang lebih tinggi ini. Oleh karena itu, mereka yang kurang beriman dan tidak bertuhan hanya dapat memasuki planet-planet bawah.
Srimad Bhagavatam (5.24.1-6) menjelaskan bahwa dibawah planet-planet atas ‘higher planets’ ini, namun masih diatas bumi, ada planet-planet yang lain, yaitu mulai dari planet Rahu yang berjarak 80.000 mil di bawah matahari. Planet ini bergerak bagaikan salah satu bintang namun ia merupakan sebuah planet gelap dan tak terlihat; namun, keberadaannya dapat dilihat kadang-kadang ketika ada sebuah gerhana. Dibawah rahu 80.000 mil lagi ada planet-planet yang bernama Siddhloka (dimana hidup para Siddha, atau makhluk2 yang secara alamiah memiliki kesempurnaan mistis, seperti terbangan dari satu planet ke planet ke planet yang lain tanpa memakai mesin), Caranaloka (dimana hidup para Carana atau para makhluk mirip minstrel) Gandharvaloka (dimana hidup para Gandharva atau makhluk malaikat), dan Vidyadharaloka (dimana hidup para Vidyadhara, makhluk-makhluk halus yang menguntungkan, yang amat cantik dan bijaksana). Di bawah planet-planet ini merupakan tempat kenikmatan untuk para Yaksha (makhluk mak halus misterius yang sering mengunjungi sawah-sawah dan hutan-hutan), para Rakshasha (makhluk raksasa yang mengembara tiap malam, dan juga membentuk kapal dan dapat mengambil wujud seperti anjing, burung hering, burung hantu, orang kerdil, dll).Para Pishaca (makhluk-makhluk iblis yang makan daging, dapat merasuki orang-orang dan berkumpul di kuburan atau tempat crematorium dengan hantu lainnya), dan makhluk lainnya seperti hantu dan yang lainnya.
Di bawah planet-planet yang gelap dan tak terlihat ini, sekitar ratusan mil adalam planet bumi.
Dibawah bumi ada tujuh planet lainnya, yang bernama Atala, Vitala, Sutala, Talatala, Mahatala, Rasatala dan Patala. Di tujuh system planet ini, yang juga terkenal dengan nama Surga bawah (bila-svarga), ada rumah-rumah, taman-taman dan tempat kenikmatan indera yang sangat indah, dan bahkan lebih mewah dibanding planet-planet diatas karena para raksasa memilki standar kenimatan sensual yang sangat tinggi. Sebagian besar para penduduk planet-planet ini menikmati hidup tanpa gangguan. Demikianlah mereka dapat dimengerti sangat terikat kepada kebahagian ilusi.” (Bhag. 5.24.87-9)
Selanjutnya Bhagavatam menjelaskan planet dibawah Atala adalah planet Vitalka, dimana dewa Shiva tinggal dengan rekan-rekan pribadinya, para hantu dan makhluk sejenisnya. Planet dibawahnya adalah Sutala dimana Bali Maharaj tinggal bahkan sampai sekarang. Dibawah planet Sutala adalah planet Talatala, yang diperintah oleh raksasa Danava bernama Maya. Maya dikenal sebagai Acharya 9 guru dari semua Mayavi (penyihir), yang dapat mengundang kekuatan sihir. Planet dibawah Talatala bernama Mahatala. Planet ini adalah kediaman ular-kepala-banyak, keturunan Kadru, yang selalu suka marah.
Di bawah Mahatala ada planet bernama Rasatala, yang merupakan tempat putera-putera raksasa dan keturunan Diti dan Danu. Mereka sangat perkasa dan kejam dan semuanya merupakan musuh para dewa. Dibawah Rasatala ada sistem planet lain yang bernama Patala atau Nagaloka, dimana banyak ada ular-raksasa. Pemimpin mereka adalah Vasuki. Mereka semua sangat pemarah, dan mereka memiliki sangat banyak kepala. Kepala-kepala ini dihiasi dengan permata-permata berharga, dan cahaya yang memancar dari permata-permata ini menyinari semua system planet di bila-svarga.
Tepat 240.000 mil dibawah Planet Patala tinggal salah satu inkarnasi Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah Ekspansi Sri Vishnu yang bernama Sri Ananta atau Sri Sankarsana. Sri Sankarana merupakan lautan sifat-sifat rohani tak-terbatas, oleh karena itu Dia juga disebut Anantadeva. Dia tak berbeda dengan Pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Sendiri. Untuk kesejahteraan semua Makahluk hidup didalam dunia materiil, Dia bersdia tinggal disana, menahan kemarahan dan intoleran-Nya.
Pada waktu peleburan (kiamat), Ketika Sri Anantadeva ingin menghancurkan seluruh cipataan, Dia menjadi sedikit marah. Kemudian dari dua alis-Nya muncul Rudra bermata tiga, membawa trisula. Rudra ini merupakan ekspansi dari dewa Shiva, muncul dengan tujuan menghancurkan seluruh ciptaan.
Para dewa, para raksasa, para Uraga, Siddha, Gandharva, Vidyadhara dan banyak resi-resi maju menghaturkan doa-doa secara teratur kepada Sri Anantadeva. Sri Anantadeva memuaskan pelayan-pelayan-Nya, yaitu dewa-dewa utama, dengan getaran-getaran yang manis yang memancar dari Mulut-Nya. Dia mengenakan pakaian berwarna kebiruan dan mengenakan anting tunggal, membawa sebuah bajak di punggung-Nya dengan dua tanganNya yang berbentuk dengan baik dan indah. Kelihatan seputih Raja Surga, Indra. Dia juga mengenakan sebuah ikat pinggang keemasan, dan sebuah kalungan bunga vaijayanti yang terbuat dari tulasi yang selalu segar di leher-Nya. Dengan cara begini, Dia menikmati lila-Nya yang penuh berkat.
Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa tidak ada aklhir bagi keagungan dan kebesaran sifat sifat Sri Anantadeva Yang Perkasa. Tentu saja, Kekuatan Sri Anantadeva tak terbatas. Meskipun Dia Self-Sufficient, Namun Dia Sendiri merupakan penyangga segala sesuatu. Sri Anantadeva berada dibawah system planet paling bawah diatas lautan Garbhodaka dan dengan mudah menopang seluruh alam semesta.
Di atas kediaman Sri Anantadeva, di pertengahan ruang antara tiga-dunia dan lautan luas Garbhodaka-yang memenuhi bagian bawah alam semesta, merupakan tempat dimana planet-planet neraka berada. Planet-planet neraka ini berada di bagian selatan alam semesta, di bawah Bhu-mandala, dan sedikit diatas air lautan Garbhodaka. Pitriloka, planet para leluhur, juga terletak di wilayah antara lautan Garbhodaka dan system planet paling bawah. Semua penduduk Pitriloka, dipimpin oleh Agnisvatta, bermeditasi di dalam Samadhi yang khusuk kepda Tuhan Yang Maha Esa dan selalu dan selalu mengharapkan keluarganya baik-baik saja.
Uraian tentang Neraka
Planet-planet Neraka merupakan destinasi bagi mereka yang ber-ajal untuk mengalami penderitaan sebagai pahala atas segala kegiatan mereka yang jahat dan keji, tentu saja jika orang-orang bisa memutuskan/memilih, untuk diri mereka sendiri, apakah akan pergi ke neraka atau tidak, maka tak seorang pun memilih pergi kesana. Tapi sayangnya kita tak bisa memilih, dan hal ini tergantung pada otoritas-otoritas yang lebih tinggi, yang menyaksikan dan menghakimi segala tindakan kita. Ada kesalah-kaprahan umum diantara banyak orang bahwa sepanjang apa yang kita lakukan tidak membahayakan seseorang atau tak terilihat siapa pun, maka kita bebas melakukan segala hal yang kita inginkan. Namun kitab Veda menekankan bahwa, “matahari, api, angkasa, udara, para dewa, bulan, senja, malam, siang, segala-arah, air, tanah, dan Roh Yang Utama (Paramatma) Sendiri semuanya menyaksikan segala kegiatan Makhluk hidup.” (bhag.6.1.42) menurut saksi-saksi ini, makhluk hidup tak dapat pergi kemana pun dimana tak ada yang melihat apa yang dilakukannya.
Penguasa planet-planet neraka dan pengatur akhirat-afterlife mereka yang diajalkan untuk menghuni wilayah alam-semesta yang lebih gelap ini adalah Yamaraja. Srimad Bhagavatam menguraikan bahwa Yamaraj tinggal di Pitriloka bersama pelayan-pelayan pribadinya dan sambil menerapkan aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, memiliki agen-agen yang bernama Yamadhuta (para bala tentara Yamaraja), menyeret semua orang-orang berdosa padanya segera setelah mereka mengalami kematian. Setelah mereka membawa ke pengadilanya, beliau menghakimi secara pantas mereka sesuai kegiatan berdosa khusus mereka dan mengirim mereka ke salah satu planet-planet neraka untuk hukuman yang cocok.
“Beberapa otoritas mengatakan bahwa ada total 21 planet neraka, dan beberapa mengatakan 28. nama-nama planet neraka itu adalah : Tamisra, Andhatamisra, Raurava, Maharaurava, Kumbhipaka, Kalasutra, Asipatravana, Sukaramukha, Andhakupa, Krmibhojana, Sandamsa, Taptasurmi, Vajrakanttaka-salmali, Vaitrani, Puyoda, Pranarodha, Visasana, Lalabhaksa, Sarameyadana, Avici, Ayahpana, Ksarakardama, Raksogana-bhojana, Sulaprota, Dandasuka, Avatanirodhana, Paryavartana da Sucimukha. Semua planet-planet neraka ini dimaksudkan sebagai tempat hukuman bagi makhluk hidup.” (Bhag. 5.26.7)
Diseluruh literature Veda, khususnya di dalam kitab-kitab Purana, ada uraian mengenai planet-plnaet neraka ini. Kami hanya akan memasukan sebagaian kecil dari utaian2 ini agar tidak membuat bab ini terlau panjang, tetapi sekurang-kurangnya kita dapat melihat tempat semacam apakah neraka itu dan orang-orang macam apa saja yang diangkut kesana.
“Seseorang yang mengambil alih istri sah, anak-anak atau uang orang lain diseret pada saat kematian, oleh Yamadhuta yang menakutkan, yang mengikatnya dengan tali waktu dan melemparkannya dengan paksa kedalam planet-planet neraka yang bernama Tamisra. Di planet yang gelap ini, orang-orang berdosa di hukum oleh para Yamadhuta, yang memukuli dan memarahinya. Dia menderita kelaparan, dan ia tak diberikan air untuk diminum. Demikianlah para asisten Yamaraj yang penuh murka, membuatnya menderita, dan kadang-kadang ia jatuh pingsan menerima berbagai siksaan mereka.” (Bhag.5.26.8).
“Di dalam kehidupan ini, orang-orang melakukan kekerasan terhadap para makhluk hidup. Oleh karena itu, setelah kematian, ketika ia di seret ke nerka oleh Yamaraj, para maklhuk hidup itu yang dulu ia sakiti muncul sebagai binatang yang bernama ruru untuk memberikan rasa yang amat sakit padanya. Orang terpelajar menyebuit neraka ini Raurava. Hewan ini tak dapat kita lihat di bumu, ruru ini bersifat leih iri daripada ular.” (bhag.5.26.11)
Mengenai hal ini, setiap orang dapat melihat bahwa ada orang-orang yang memiliki mentalitas raksasa/iblis dan bersenang-senang dengan menyakiti maklhuk lain tanpa rasa adil/justiable. Orang yang melakukan kekerasan seperti itu akan diseret ke Raurava, dimana para makhluk hidup yang telah mereka sakiti di masa lalu mengambil wujud sebagai ruru danmemberikan penderitaan yang luar biasa kepada mereka, seperti dijelaskan dalam ayat berikut :
“Hukuman di neraka yang bernama Maharaurava adalah wajib bagi orang memelihara badannya dengan menyakiti yang lain. Di neraka ini, pada hewan ruru yang dinekal dengan nama krayavada menyiksanyadan memakan dagingnya. Untuk pemeliharaan badan mereka dan untuk kepuasan lidah mereka, orang-orang jahat/cruel memasak hewan-hewan dan burung–burung lemah/poor dan hidup2. orang-orang seperti itu dikutuk bahkan oleh pemakan-manusia. Pada kehidupan mereka kemudian, mereka dieret oleh para Yamadhuta ke neraka yang bernama kumbhipaka, dimana mereka di dalam minyak yang mendidih.” (bhag.5.26.12-13)
“Seorang pembunuh brahmana dimasukkan ke neraka yang bernama Kalasutra, yang memiliki garis tengah.jari-jari 80.000 mil dan seluruhnya terbuat dari tembaga. Dipanasi dari bawah oleh api dan dari atas oleh matahari yang membara, permukaan tembaga planet ini sangat panas sekali. Demikianlah para pembunuh brahmana menderita terbakar baik dari dalam maupun dari luar. Dari dalam ia terbakar oleh rasa lapar dan haus, dan dari luar dia terbakar dari pansa matahari dan api yang berada dibawah permukaan tembaga. Oleh karena itu ia kadang-kadang terbaring, kadang duduk, kadang-kadang berdiri, dan kadang2 berlari kesana kemari. Dia harus menderita seperti ini selama ribuan tahunsebanyak rambut di tubuh hewan (yang ia bunuh).” (bhag.65.26.14)
“Di dalam kehidupannya berikutnya, seorang raja atau wakil pemerintah yang berdosa yang menghukum orang yang tak berdosa, atau yang memberikan hukumana pada badan seorang brahmana, diseeret oleh Yamadhuta ke nereaka yang bernama Sukharamuka, dimanaasisten Yamaraj yang paling perkasamenghancurkannya précis seperti orang menghancurkan tebu untuk mendapatkan airnya. Para maklhuk hidup yang berdosa menangis ……, sama seperti seorang manusia yang tak berdosa melaksanakan hukuman. Ini adalah akibat dari menghukum orang yang tak bersalah.” (bhag.5.26.16)
“Seseorang who in the absence of an emergency Merampok, permata (atau benda-benda berharga) dan emas milik seorang brahmana -atau malahan, orang lainnya—ditempatkan kedalam neraka bernama Sandamsa. Disana kulitnya dilapisi dan dipisahkan oleh bola-bola dan jepitan besi merah-panas, maka keseluruhan badannya terpotong menjadi berkeping-keping.” (Bhag.5.26.19)
Ketika menuli bagian ini dan tingal di Detroit, adalah tidak tak-umum mendengar kesedihan orang-0rang tua yang tidakpunya uang dan kelaparan dan hanya bergumul dari hari ke ahri hanya untuk bertahan hidup. Di banyak kasus, salah satu alasan mereka tidak memiliki kebutuahn lagi akan uang untuk merawat diri mereka lebih baik adalah karena mereka telah dirampok, bukan satu dua kali, tetapi banyak kali. Ini menjadikannya sangat sulit bagi orang–orang ini untuk menikmati hari-hari akhir mereka dengan kedamaian atau kebahagiaan. Bagaimana pun juga dari ayat diatas, kita dapat belajar bahwa para pencuru yang mencuri, mencoleng, dan juga memukul penduduk yang tidak berdosa/bersalah demi kesenganga sendiri berakhir di Sandamsa. Para criminal demikian mungkin bisa lolos dari hukum setempat, tetapi mereka tidak akan pernah lolos dari hukum alam yang ditetapkan oleh Tuhan. Pada waktu kematian, criminal-kriminal demikian itu dengan segera diseret oleh tentara Yamaraj dan dihukum dengan mengupas kulit mereka dengan jepitan besi panas. Jika semua pencuri tahu nasib seperti demikian menantinya setelah kematian atas penderiataan yang ia timbulkan pada yan glainnya, dia tidak akan melanjutkan kegiatan semacam itu
“Seorang laki-laki atau wanita yang terlibat dalam hubungan seksual dengan pasangan tak sahnya, dihukum setelah kematian para asisten Yamaraj di neraka yang bernama Taptasurmi. Disanalah laki-laki dan wanita yang demikian dipukul dengan cambbuk. Sang laki-lki dipaksa untuk memeluk besi merah panas yang berbentuk wanita. Dan yang wanita dipaksa untuk memeluk bentuk yang serupa namun laki-laki. Itulah hukuman bagi seks yang tak sah.” (bhag.5.26.20)
Hukuman-hukuman di planet-planet neraka kedengarannya sangat kejam, namun seseorang menjadi kapok dan menyesal dengan menderita sambil megningat kegitatang-kegiaanberdosa masa lalunya. Seseorang seperti itu mungkin masih membawa pendeianyang mendalam di dalam bawah sadar mereka di kehidupannya kemudian dan akan menahan dari kegiatan yang sama di masa mendatang.
“Di wilayah Yamaraj ada ratusan dan ribuan planet-planet neraka. Orang-orang tidak saleh seperti yang telah saya sebutkan-dan yang tdak saya sebutkan—semuanya harus masuk ke berbagai planet-planet ini sesuai dengan tingkat ketidak-salehan mereka. Mereka yang saleh, bagaimanapun juga, memasuki sistem planet yang lain, yaitu planet planet para dewa, baik yang saleh maupun yang tidak saleh, kedua-duanya lagi dibawa kebumi setelah segala pahala dari kegiatan saleh atau tidak saleh mereka habis.” (bhag.5.26.37)
Dari ayat ini, kita dapat mengerti bahwa neraka bukalah sebuah tempat dmana dihukum secara abadi setelah kematian. Hanyalah reaksi bagi kegiatan-kegiatan tertentu yang keji. Namun sesuai dengan intensitas penderitaan, maka seolah-olah keliatannya kekal/abadi. Setelah reaksi atas segala kegiatan2 habis terpakai, orang itu umumnya kembali memasuki atmosfer bumiuntuk memulai lagi. Kemudian dia dapat melanjutkan mengembara lagi ke berbagai tingkat sistem planet, atau berbagai spesies kehidpan, sampai secara bertahap, ia mengalami berbagai aspek keberadaan material, dari paling bawah sampai planet-planet surga atas surga. BAGAIMANA pun juga, kita harus mengetahui bahwa mengembari terus menerus ke berbagai sistem planet/kehidupan, atau ke berbagao speseis kehidupanm, bukanlah caranya untuk mendapatkan kebahagian sejati. Kebahagian yang selalu kita rindukan berada diluar kurungan alam material ini bak dari atas sampai bawah, atau surga neraka-yang bersifat sementara di dunia ini.
Sumber: Unknow (Dikutip dari file Virabhadra Prabhu)
http://narayanasmrti.com/2011/03/22/uraian-mengenai-surga/ dan http://dharmasastra3.wordpress.com/2011/03/27/uraian-mengenai-surga/

Tuesday, July 17, 2012

Japa Gayatri

Melakukan japa dengan mantram Savitri yang sering disebut dengan japa Gayatri merupakan salah satu materi latihan dalam Paiketan Paguron Suling Dewata cabang Tapak Suci Yogacara Bhumi Sastra, melakukan atau melaksanakan Japa Gayatri berarti mengucapkan mantram Savitri secara berulang ulang .pengulangan pengucapan Mantram Savitri sebanyak 1 kali putaran ( 108 ) biji dibantu dengan Japa Mala dan sangat baik bila mampu mengucapkan lebih dari 1 ( satu ) kali putaran. Para siswa Paiketan Paguron Suling Dewata khususnya cabang Tapak Suci Yogacara Bhumi Sastra di berbagai Mandala biasanya melaksanakan Vikhari Japa, yang di ucapkan dengan irama yang agak cepat.
Japa Gayatri merupakan tradisi Hindu yang dillaksanakan dari jaman dahulu, karena memberikan banyak mampaat, seperti disebutkan dalam Bhagawaggita X.25 yaitu : : Maharsinam Bhrgur aham, giram asmy ekam aksaram, yajnaman japayajno'smi sthavaranam himalayah " yang artinya , diantara Maha Resi aku adalah Bhrgu, diantara ucapan suci Aku adalah OM, diantara yadnya Aku adalah Japa Yadnya dan diantara benda benda yang tidak bergerak Aku adalah Himalaya ( mantra, 2001 : 165 ).
mampaat yang diperoleh dari melakukan Japa Gayatri disebutkan pula dalam Manawa Dharmasastra II.102 yaitu " Purnam samdhyam japam stishanraicemeno wyapohati, paccimam tu samasino malam hanti diwakrtam . artinya , " ia yang berdiri diwaktu subuh mengucapkan mantram Savitri menghapus dosa yang dilakukan selama malam sebelumnya, tetapi ia yang duduk mengucapkannya diwaktu senja ( malam ) memusnahkan dosa dosanya yang dilakukan disiang hari sebelumnya " ( Puja , 1996 : 90 ). sedangkan menurut sastra Weda Srimad Bagawatam X menyebutkan :
mereka yang mengucapkan Gayatri mantram 1 kali saja akan memusnahkan dosa yang dilakukannya saat itu, mereka yang mengucapkan mantram Gayatri 10 kali akan menghapuskan dosa selama satu hari, mereka yang mengucapkan mantram Gayatri 108 kali menghapuskan dosanya selama sebulan, sementara mereka yang mengucapkan mantram Gayatri 1 krore ( 10 juta = tak terhingga ) dapat mengantarnya ke alam moksa.
Om ….Bhur Bhuwah , Tat Sawitur Warenyam , Bhargo Dewasya Dhimahi , Dhiyo Yo Nah Pracodayat .
jadi dengan semakin banyak kita melakukan Japa dengan Mantram Savitri maka semakin banyak dosa dosanya masa lalu yang dapat disucikan, namun yang perlu di ingat , seperti yang dikatakan Sesepuh Generasi IX , Ki Nantra, bahwa dosa yang mampu disucikan oleh Japa Gayatri adalah dosa masa lalu, dan dalam perguruan Seruling Dewata setiap siswa hendaknya melakukan japa Gayatri 1 putaran ( 108 kali ), sebanyak 12 kali , kali berapa tahun umurnya agar dosa seumur hidupnya tersucikan selebihnya dari itu adalah penyucian dosa para leluhur. disamping menyucikan dosa masa lalu, Japa Gayatri juga memusnahkan keinginan jahat atau napsu jahat pada manusia sehingga terbebas dari berbagai tindakan dosa......................

sumber :  http://serulingdewatabali.com/puja%20widhi%20astawa.htm

Thursday, July 12, 2012

Hukum Karma

Teori Hukum Karma
Oleh : Hirabhai Thakkar
Disarikan dan Diedit Oleh :

Mohan M.S.
SHANTIGRIYA GANESHYA POOJA ASHRAM CISARUA, BOGOR 2004
(Untuk kalangan sendiri dan tidak diperjual-belikan. Merupakan sebuah tugas dharma yang mulia apabila karya ini dilipat-gandakan dan disebarkan ke umat sedharma).
PRAKATA
Sedikit Tentang Riwayat Hidup Hirabhai Thakkar
Beliau pernah menjadi ketua dari Theosophical Society di Gandhinagar ibukota Propinsi Gujarat India. Beliau adalah seorang ahli dalam penalaran Bhagawat-Gita dan Wedanta, dan telah berceramah di berbagai kota, desa di Gujarat termasuk Saurashtra dan Maharashtra baik selama mengabdi ke negara (sebagai Deputy Dept Collector di Dep. Revenue India). Pada usia 58 tahun, beliau pensiun. Pada tahun 1985, beliau berkelana ke U.S.A. dan berceramah dalam Bahasa Inggris, Hindi dan Gujarati di Rochester N.Y., New York, New Jersey, Baltimore, Washington, Chicago, Los Angeles, San-Jose San Fransisco di California, Releigh-Wiston, Charlotte di North Carolina, Spartanburg di South Carolina, Youngstown di Ohio, Harrisburg-Pittsburg di Pensilvania, Boulder City di Nevada dan Miami di Florida.
Di London Inggris, beliau berceramah di Wembly Lister dan Coventry. Beliau terus berkelana sesuai dengan karma-karma beliau, ke Afrika Selatan dan berceramah di kota-kota besar di sana seperti Durban, Tongat, Stangar, Verlum, Reservoir Hills, Cape Town, Johanesburg, Pretoria, Petermeritsburg East London, Uton Hague dan Port Elizabelt.
Beliaupun telah mengunjungi Mauritius dan berceramah di Divine Life Society University dan berbagai institusi lainnya di sana. Sumbangan besar beliau dalam bidang filosofi India tercermin dalam kedua buku beliau yaitu, Vedanta Vichar (Wicara Vedanta) dan Theory of Karma (karya ini). Beliau memperkenankan siapa saja untuk menyebarkan karya-karyanya agar Dharma dapat difahami oleh siapa saja yang memerlukannya. Merupakan sebuah kehormatan bagi saya pribadi untuk menimba dan mempelajari lebih banyak lagi akan isi karya ini dan menyebarkannya ke umat se-Dharma dalam bahasa Indonesia.
Mudah-mudahan karya ini bermanfaat bagi kita semua. Ada sesuatu yang khas dengan Dharma (Hindhu-Buddha-Jain-Sikh, dsb.), yaitu kita semua takut akan hukum karma. Berbeda dengan ajaran-ajaran lain di dunia, hukum karma seakan-akan tidak eksis sehingga kezaliman dapat saja terus berlangsung atas nama Tuhan dan agama masing-masing. Kalau saja kita semua sadar betapa tidak gratisnya hidup ini, apalagi ada Yang Maha Adil dan Yang Maha Mengatur segalanya lengkap dengan kaidah-kaidah hukum-Nya, maka dunia ini mungkin akan lebih aman dihuni.
Om Shanti, Shanti, Shanti.
Mohan M. S. (Shantigriya Ganeshya Pooja Ashram Cisarua Bogor
 GAHANA KARMANO GATIH
(JALAN KARMA ITU MISTERIUS SIFATNYA)
Sri Krishna sendiri di dalam ajaran Bhagawat-Gita telah menyiratkan betapa rumitnya bagi seseorang untuk memahami sifat-sifat Karma (Aksi) ini, karena sedemikian kompleks dan misteriusnya jalan ini, penuh dengan liku-liku dan jebakan yang sulit untuk diterka, diduga maupun untuk difahami. Mengenai hal itu Sri Sudama yang sederhana, yang merupakan sahabat karib Sri Krishna semenjak kecil pernah berkata :
Jalan karma terkesan sedemikian rumitnya,
Kami berdua (Krishna dan Sudama) adalah murid dari guru yang sama,
Namun Sri Krishna menjadi raja di dunia ini,
Dan aku tidak memiliki apapun untuk disantap,
Krishna gemar bercanda-ria dengan para wanara di Gokula, gemar mengumpulkan kekayuan kering untuk sang guru, Saat ini Beliau duduk di atas singgasana,
Sedangkan aku hanya memiliki sebuah cawan pengemis dan sebatang kayu di genggaman tangan-tanganku.
Sri Krishna sendiri di dalam ajaran Bhagawat-Gita telah menyiratkan betapa rumitnya bagi seseorang untuk memahami sifat-sifat Karma (Aksi) ini, karena sedemikian kompleks dan misteriusnya jalan ini, penuh dengan liku-liku dan jebakan yang sulit untuk diterka, diduga maupun untuk difahami. Mengenai hal itu Sri Sudama yang sederhana, yang merupakan sahabat karib Sri Krishna semenjak kecil pernah berkata :
Jalan karma terkesan sedemikian rumitnya,
Kami berdua (Krishna dan Sudama) adalah murid dari guru yang sama,
Namun Sri Krishna menjadi raja di dunia ini,
Dan aku tidak memiliki apapun untuk disantap,
Krishna gemar bercanda-ria dengan para wanara di Gokula, gemar mengumpulkan kekayuan kering untuk sang guru, Saat ini Beliau duduk di atas singgasana,
Sedangkan aku hanya memiliki sebuah cawan pengemis dan sebatang kayu di genggaman tangan-tanganku.
Hukum berlaku di mana saja, baik di rumah tangga maupun di sebuah negara, bahkan di jalan raya sekalipun. Tidak ada fenomena kehidupan tanpa landasan hukum, kalau tidak maka tatanan masyarakat akan kacau balau. Demikian juga alam semesta dan segala isinya, ternyata dilandasi dan diliputi oleh kaidah-kaidah hukum universal yang sistematis. Seluruh tata-surya dan bintang-bintang dan sebagainya harus mematuhi hukum-hukum orbit, rotasi, gravitasi, dan seterusnya sesuai dengan kaidah yang dirancang Arsitek Yang Maha Kuasa, Sang Perancang Jagat-Raya ini. Yang lahir harus mati, yang mati harus lahir kembali. Demikian juga dengan siklus musiman yang silih berganti dan datang dan pergi, lagi dan lagi. Secara misterius kita semua berevolusi dan hidup berdasarkan hukum-hukum alam yang disebut Hukum Karma ini. Hukum ini dijelaskan oleh Sri Goswami Tulsidas di Ramayana sebagai :
KARMA PRADHAN WISHWA RACI RAKHA,
JO JAS KARAI SO TAS FAL CHAKHA.
(Seisi semesta diliputi oleh hukum karma,apapun
yang anda tanam, maka hal yang sama juga
akan anda cicipi (dapatkan).

Dengan demikian hukum karma ini terdiri dari :
1. Aksi dan reaksinya.
2. Sebab dan akibatnya.
3. Usaha (upaya) dan hasilnya (nasibnya).
Kesemua fenomena di atas bersifat sama rata dan saling bertentangan pada saat yang sama.

ILMU JAMBU

Vinneka Tunggal Eka
Di Shantigriya, kami mengajarkan ilmu jambu sesuai dengan ajaran guru Niskala kami : Konon pada suatu saat datang seorang sishya ke seorang guru. Dengan rendah hati sang sishya memohon agar sang guru mengajarkan akan teori karma kepadanya. Oleh sang guru sishya tersebut diminta untuk menanam sebutir biji jambu klutuk di halaman ashram, kemudian ia diminta kembali setelah lima tahun.
Lima tahun berlalu dan sang sishya kembali ke gurunya. Oleh guru sang sishya dipersilahkan melihat biji jambu yang pernah ditanamnya lima tahun yang lalu, kemudian melaporkan kepada sang guru apa saja yang telah terjadi selama ini dengan tanaman tersebut. Sejenak kemudian sang sishya kembali dan melaporkan bahwa telah tumbuh sebatang pohon jambu yang amat sehat, kokoh dan berbuah amat lebat.
Sang guru : “Apa saja yang telah dikau fahami mengenai pohon jambu tersebut?”
Sishya : “Pohon tersebut telah tumbuh subur dan penuh dengan buah jambu yang ranum.”
Sang guru : “Baiklah kalau begitu, harap kembali lagi setelah lima tahun.”
Sishya ini kebingungan, namun tidak berdaya menolak sang guru, iapun pergi ke desanya dan kembali lima tahun kemudian. Dengan welas asih sang guru berkata : “Coba kembali amati pohon jambu yang telah dikau tanam. Amatilah fenomena pohon ini secara cermat, apa saja yang telah terjadi dengan pohon ini dan apa dampak pohon tersebut ke lingkungan kita. Tidak perlu cepat-cepat, habiskan beberapa hari kalau perlu untuk mengamati pohon ini”. Sekali ini sang sishya secara berhati-hati mengamati pohon tersebut selama beberapa hari, kemudian penuh dengan kebijaksanaan ia kembali ke sang guru.
Sang guru : “Apa saja yang telah dikau amati dan pelajari selama ini ?”
Sishya : “Aku telah menemukan sebuah fenomena yang amat menakjubkan. Sepuluh tahun yang lalu aku menanam sebutir jambu, yang ternyata telah dipelihara dengan baik dan dipupuk oleh para bhakta di ashram ini. Ternyata pohon tersebut telah tumbuh kekar dan berbuah amat banyak. Pohon ini sendiri dikunjungi oleh pencuri dan juga para bhakta yang menikmati dan menghaturkan buah jambu sebagai sesajen di ashram guru. Lebih dari itu, tidak terbilang banyaknya para pengunjung pohon ini seperti burung, semut, kupu-kupu dan sebagainya. Lebih dari itu, seluruh desa di sekitar ini ternyata juga telah menanam buah jambu ini dan pohon-pohon yang ranum telah tersebar di mana-mana. Yang kutanam hanya sebutir biji jambu, namun yang kulihat saat ini tidak terhitung kesinambungannya, dan entah sampai kapan lagi semua fenomena ini akan berkelanjutan, seperti tidak akan ada habis-habisnya.”
Sang guru : “Kalau begitu fahamkan dikau sekarang akan hukum karma bahwasanya apa yang kau tanam akan kau petik!. Namun yang kau petik tidak ada habis-habisnya, padahal semua itu berasal dari sebutir biji jambu.”
Kemudian sang guru menambahkan bahwa semua itu masih sebagian kecil dari fenomena hukum karma, karena Hukum Karma yang hakiki sulit dijangkau bahkan oleh para dewata dan para resi-resi agung sekalipun.
PARADOX HUKUM KARMA
Vinneka Tunggal Eka
Walaupun banyak yang berusaha agar dunia ini menjadi sebuah tempat yang penuh dengan kedamaian, kesentosaan dan kebahagiaan, namun coba simak betapa banyaknya perbuatan manusia-manusia yang zalim di sekitar kita. Terkesan dunia ini dipenuhi dengan kesemena-menaan, korupsi, kelaliman dan manusia-manusia yang serba destruktif, yang tidak punya malu, yang tidak henti-hentinya merusak lingkungan alam dan berbagai ciptaan alam ini, padahal mereka tidak dapat menciptakan apalagi melestarikannya. Anehnya para perusak ini selalu terkesan bahagia dan dikelilingi oleh berbagai kemewahan dan harta-benda, sebaliknya mereka yang hidup jujur dan bajik malahan menderita berkepanjangan.
Fenomena ini membuat kita sering kehilangan kepercayaan, sering kita menyangsikan keadilan Tuhan YME, bahkan melecehkan hukum karma yang kita anggap tidak adil dan semena-mena. Akhirnya kita lalu frustrasi. Semua perihal ini sebenarnya timbul akibat awidya yang menyelimuti kita, padahal sebenarnya Tuhan dan hukum karma yang merupakan adi-karya ciptaan-Nya bersifat Maha Adil.
HUKUM YANG BERLAKU DI DUNIA INI
Vinneka Tunggal Eka
Setiap negara dan daerah mempunyai hukum dan berbagai peraturannya masing-masing. Di Indonesia transportasi darat bergerak di lajur sebelah kiri, namun di U.S.A. sebaliknya. Kita tidak dapat melanggar aturan tersebut di Amerika mentang-mentang kita berasal dari Indonesia. Jadi seandainya anda ingin menjadi warga dunia yang baik, sebaiknya ikuti pepatah yang berlaku di ranah Minang yaitu, di mana tanah diinjak di situ langit dijunjung.
Pepatah ini berasal dari Shastra-Widhi Hindhu kuno. Demikian juga secara niskala, jika ingin menjadi insan yang baik dan satvik, maka hargai dan patuhilah hukum karma selama anda singgah hidup di planet bumi Pertiwi ini.
APAKAH KARMA ITU SEBENARNYA?
Vinneka Tunggal Eka
Definisi karma adalah seperti berikut ini :
“Apapun yang anda lakukan baik itu secara ragawi maupun melalui jalan pikiran, dari pagi hingga malam, sepanjang hari, bulan, tahun dan seumur hidup anda, semenjak anda lahir sampai mati disebut KARMA.”
Contohnya : bangun, duduk, mandi, mencuci, berjalan, berdagang, memakan, berolah raga, bersanggama, bekerja, bersembahyang, bernafas, dst. dst.
“Kesemua tindakan dan aksi yang dilakukan melalui berbagai indriyas (organ-organ tubuh penting), baik secara instinktif maupun melalui jalur pikiran yang dipengaruhi oleh rasa senang maupun tidak senang, suka-duka, dsb., disebut KARMA”.
Menurut para resi dan Shastra-Widhi kita, kesemua karma ini terbagi di dalam tiga kategori sesuai dengan tahap-tahap yang hadir, seperti berikut ini :
1. KRIYAMANA KARMA, yang berarti sebuah tindakan dilakukan pada saat ini secara instan kemudian menghasilkan pahala dan akibat pada saat ini juga.
2. SANCHIT KARMA, yaitu karma komulatif, yaitu karma atau tindakan yang pernah dilaksanakan pada saat atau waktu-waktu yang lalu, namun belum matang pahalanya, jadi tertunda sampai saatnya kelak, sampai pada suatu saat tertentu yang tepat. Selama belum tiba saatnya, maka karma ini bersifat balans dan terkumpul terus (ibarat deposito dan bunganya).
3. PRARABDHA KARMA, berarti hasil dari semua tindakan Sanchit Karma yang telah matang, akan menghasilkan pahala. Biasanya fenomena ini oleh manusia awam disebut kebetulan, nasib, keberuntungan, takdir, kodrat, dsb. Mari kita pelajari ketiga bentuk karma ini secara teliti
KETERANGAN :
KRIYAMANA KARMA.
Contohnya anda meminum air yang dingin di saat yang panas. Maka rasa haus anda akan langsung terpuaskan. Atau anda menampar seseorang dan pada saat itu juga anda dihajar kembali. Satu lagi contoh, anda menenggak racun, dan anda mati seketika.
SANCHIT KARMA.
Contohnya : Berbagai karma di atas tidak langsung berakibat, jadi tertunda dan masuk ke daftar tunggu, untuk kemudian dimatangkan yang pada saatnya nanti akan matang dikemudian hari. Karma-karma ini terkumpul secara misterius dan akan berakibat pada saat yang telah ditentukan-Nya.
Contoh : Anda melaksanakan ujian sekolah pada hari ini, namun hasilnya akan ditentukan setelah satu bulan.
Kemudian ada contoh lain : Anda meminum obat saat ini, namun baru sembuh setelah sekian waktu berlalu.
Ada contoh lain : Anda menyusahkan orang tua pada saat ini, anda dibalas oleh putra-putri anda setelah bertahun-tahun kemudian.
Ada contoh yang lebih unik, anda berusaha menjadi artis sepanjang hidup anda, namun anda mati terlalu cepat. Pada kehidupan selanjutnya anda menjadi tenar bahkan di saat muda tanpa banyak bersusah-payah.
Ini semua bukanlah kebetulan belaka. Karena setiap aksi akan menimbulkan reaksi, setiap sebab menimbulkan akibat, dan setiap upaya menghasilkan sesuatu pada saat yang tepat, tanpa pengecualian.
Ada jenis padi yang siap dipanen setelah 90 hari, namun ada juga yang memiliki durasi petik setelah 120 hari. Demikian juga ada pohon nangka yang berbuah setelah 10 tahun, dan ada pohon jambu yang siap petik setelah 3 tahun, dst. Tentu semua ini harus ada penyebab-penyebabnya seperti kwalitas benih, masa pertumbuhan, pupuk, perawatan, cuaca, dsb.
Contoh dari Epik Ramayana : Ayahnda Sri Rama Wijaya yang disebut Sri Dastaratha, di masa mudanya pernah membunuh putra seorang brahmana yang tidak berdosa yang bernama Srawana. Kedua orangtua Srawana yang buta matanya mengutuk Dastaratha yang saat itu masih belum menikah, bahwa iapun akan terpisah dari putra-putranya secara menyedihkan suatu saat kelak. Bagi para penggemar Ramayana tentunya faham bagaimana menderitanya raja tersebut saat harus berpisah dengan putra-putranya Rama dan Lakshmana. Epik ini sarat dengan adegan-adegan yang berlatar belakang hukum karma. Walaupun Sri Rama adalah wujud Awatara Bhagawatam (Ilahi), namun sebagai seorang manusia yang dilahirkan di bumi ini, Beliau ternyata tunduk pada hukum-hukum karma yang berlaku secara universal dan alami, dan tidak mau merubahnya sama sekali.
Contoh lain hadir di Mahabrata, Raja Dhristaratha yang buta kehilangan 100 putra-putranya dalam perang Bratayudha. Suatu saat ia memohon petunjuk Sri Krishna. Melalui daya sakti Krishna, maka Raja Dhristaratha mampu menyaksikan masa lalunya. Pada masa tersebut (Lima puluh kelahiran sebelumnya), ia sebagai seorang pemburu membunuh anak-anak burung di sebuah hutan, dan juga membutakan mata burung-burung dewasa dengan asap bara apinya. Akibat yang harus ditanggungnya pada saat Mahabrata berlangsung adalah ia lahir buta dan harus kehilangan seluruh putra-putranya. Jadi tidak ada yang gratis di dunia ini, tidak ada juga kebetulan, nasib atau kodrat, semua berlangsung secara misterius namun sistematis.
Raja ini kemudian bertanya lagi ke Sri Krishna, mengapa harus menunggu 50 kelahiran baru karma-karmanya terbalas. Jawaban Sri Krishna karena untuk mendapatkan 100 orang putra harus menjalani berbagai kehidupan dan karma-karma yang baik dahulu, dan itu memerlukan masa yang amat lama, namun semua itu harus binasa sesuai dengan rekayasa YME melalui berbagai karma-karma yang tertunda. Jadi sebenarnya tidak seorangpun yang dapat melarikan diri dari hukum karma yang serba kompleks namun sesuai kehendak Tuhan YME, Yang Maha Adil, Abadi dan Pasti.
PRARABDHA KARMA.
Dikenali sebagai nasib, kodrat, keberuntungan, kesialan, kebetulan, dsb. Setiap manusia pasti mempunyai stok Sanchit Karma yang menumpuk dalam kurun waktu yang lama. Sebagian dari Sanchit Karma ini mungkin akan berakibat pada saat-saat tertentu, dan biasanya dianggap kebetulan, hal ini disebut Prarabdha. Misalnya anda lahir dengan kulit yang hitam, atau cacat, atau banci, anak miskin, anak orang kaya, dsb. Semua ini bukan kebetulan atau salah siapa, tetapi merupakan pembayaran untuk karma-karma buruk masa lalu. Setelah melalui berbagai fase-fase penderitaan dan kebahagiaan, maka anda akan bergulir ke kehidupan yang berikutnya.
Sementara itu, dalam kehidupan masa kini, kita senantiasa melahirkan berbagai aksi dan karma yang baru, yang lagi-lagi akan berdampak seterusnya sesuai kaidah-kaidah hukum karma universal yang berlaku. Dengan demikian stok-stok karma kita senantiasa berakumulasi dari suatu kelahiran ke kelahiran berikutnya. Stok Sanchit Karma bertambah terus dan tidak akan punah atau pernah ada habis-habisnya. Siklus kelahiran akan bertambah secara berkesinambungan, terkesan tidak ada moksha.
Setelah memahami fenomena ini, maka seorang filsuf agung yang pernah hidup di tanah Barata ini, yaitu Sri Shankaracharya (Bapak Hindu Modern), memohon dengan tulus kepada Tuhan YME, seperti berikut ini :
“Tidak terhitung jumlah kelahiran dan kematian ini, tidak terhitung jumlah kelahiran di dalam rahim ibu, samudera Samsara ini ternyata sulit untuk dilalui, wahai Tuhan, sudilah berbaik hati, menyelamatkan dan menyeberangkan (aku) dari samudera ini.”
JEBAKAN KARMA YANG SULIT DIHINDARKAN
Vinneka Tunggal Eka
Selama anda tidak melakukan suatu aksi, maka tidak akan ada reaksi. Tidak ada akibat tanpa sebab. Namun begitu anda melakukan sesuatu, maka anda akan menghadapi berbagai efek-efeknya. Jadi berfikirlah secara matang sebelum anda melakukan suatu tindakan apapun juga, fahamilah bahwasanya akan timbul reaksi dan akibat jangka pendek dan jangka panjang karena tidak ada sesuatu apapun yang luput dari penglihatan-Nya.
Di dalam kehidupan ini, anda bebas untuk menjadi manusia yang baik dan suci, ataupun menjadi jahat dan destruktif. Namun semua itu ada konskuensinya, sebaiknya anda bertanggung jawab untuk setiap tindakan anda, dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain ataupun mencari kambing hitam untuk kesalahan yang anda lakukan sendiri. Jangan juga sekali-kali menyalahkan Tuhan YME, karena Beliau sebenarnya telah menganugerahkan otak dan nurani kepada anda. Padahal hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki intelegensia yang tinggi malahan secara naluri amat bertanggung jawab, mengapa manusia yang merasa lebih beradab merusak diri dan lingkungannya secara bodoh?
Sebuah contoh, anjing mencium dahulu makanannya secara instinktif, kalau busuk atau basi, maka ia tidak akan menyantapnya. Jadi secara alami hewan dapat terhindar dari berbagai penyakit. Sebaliknya seorang manusia dengan mudah mengambil dan merampas hak orang lain, tanpa berfikir panjang bahwasanya semua itu harus dibayar kembali secara berlipat ganda dalam bentuk penyakit, pengobatan, penderitaan, dsb. (Penulis merasa swarga dan neraka itu sebenarnya tidak jauh dari bumi ini, alias memang di bumi ini juga adanya.)
Ada sebuah contoh yang aneh, ada seorang pria yang membunuh dua kali. Namun dibantu oleh seorang pengacara yang amat handal, maka iapun terbebas dari jeratan hukum karena tidak terbukti bersalah. Kemudian ada seorang pembunuh lain yang secara brutal menghabisi nyawa orang lain. Namun yang ditangkap polisi malahan pembunuh pertama yang telah bebas karena banyak bukti mengarah kepadanya, walaupun untuk pembunuhan yang ketiga ini ia tidak bersalah sama sekali, toh sang hakim menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mengapa hal ini dapat terjadi ? Jawabnya : di dua pembunuhan yang pertama, pria ini masih memiliki stok punya karma (karma yang baik) dari masa lalunya, namun pada saat-saat berikutnya stok karma baik ini habis, dan iapun harus menghadapi stok karma-karma buruknya, jadi apapun dapat terjadi. Berbagai Sanchit Karmanya lalu matang dan berubah menjadi nasib, kebetulan dst. Ia mungkin saja lolos dengan mudah dari pengadilan dunia, namun sulit untuk lolos dari pengadilan Tuhan YME.
Sebaliknya, ada saja manusia yang benar jalan hidupnya, namun selalu dirundung derita dan duka nestapa tanpa habis-habisnya. Bukan Tuhan yang salah dalam hal ini, namun karena karma-karma masa lalunya yang telah matang datang berkunjung kepadanya pada saat-saat yang tepat untuk membersihkannya dari berbagai dosa-dosa yang disandangnya. Kalau ia berhasil menerima semua karma ini dengan rasa syukur dan bijak, maka akan menghasilkan pembersihan jiwa raganya dan terciptalah karma-karma yang baik untuknya demi masa-masa yang akan datang.
Tiada aksi yang hilang tanpa reaksi, tidak sebab yang sirna tanpa akibat, dan tiada dosa yang lolos tanpa hukuman dari sistem yang berlaku di hukum karma ini.
Sebuah contoh lagi : Raja Parikesit yang teramat adil dan bijaksana, toh harus membayar secara mahal kehidupannya karena secara emosional melecehkan seorang resi yang sedang bertapa. Namun raja ini segera sadar dan mempersiapkan hukuman bagi dirinya sendiri. Beliau tidak memohon pengampunan kepada Tuhan, walaupun sang resi telah memaafkannya. Dengan gagah berani dan penuh tanggung jawab Beliau lalu menghadapi kematiannya. Akibatnya ia dipatuk ular naga Taksaka, namun dari kejadian itu lahirlah karya adi luhung Srimad Bhagawatham yang menjadi tulang punggung dharma yang amat dominan.
Inilah cara yang benar demi menghadapi Prarabdha. Hadapilah seluruh karma anda dengan berani, benar, tegar, jujur, bahagia, dan penuh tanggung-jawab dan kesadaran. Jangan sekali-kali meminta penundaan karma buruk anda atau orang lain, jangan juga minta dihapuskan, tetapi mohonlah agar diberikan kekuatan dan kesadaran untuk menghadapi segala karma baik dan buruk secara tulus.
PARA PENJAHAT DIPERSILAHKAN BERGEMBIRA SAAT INI
Renungan 2 :
Miss World : Berbagai Karma baik gadis ini telah mengarahkannya untuk menjadi
Miss World. Namun karma masa kini dan masa lalunya masih akan berbicara kelak.
Akan terjerumuskah ia ke lembah hina atau akan menjadi seorang selebriti yang terhormat kelak ?
Kontes Miss World 2004 enghadirkan Maria Julia Mantilla Garcia asal peru sebagai pemenangnya. Maria berhak mengenakan mahkota kebanggaan kontes ini setelah mengalahkan seluruh saingannya, 106 wanita cantik dari seluruh dunia
(Suara Pembaruan, 12 Desember 2004).
Tidak ada satu punya-karma (karma baik) yang tidak akan menghasilkan pahala baik dan tidak satupun papa-karma (karma buruk) yang tidak akan menghasilkan pahala buruk (hukuman, penderitaan, dsb.).
Demikianlah intisari hukum karma ini, yang amat tegas dan sempurna. Sang Pencipta hukum inipun sangat tegas, sempurna dan sekaligus Maha Adil untuk semuanya. Para pelaksana (akan dijelaskan kemudian) hukum-hukum inipun bersifat tegas, penuh disiplin, adil dan tanpa kompromi.
Cobalah simak dunia di sekeliling kita, yang sedemikian kacaunya saat ini. Yang salah dibenarkan dan yang benar disalahkan. Di antara kita lebih banyak penjahat, perampok, teroris, penipu, koruptor dan manusia-manusia yang imoral perilakunya. Mereka ini malahan terkesan “diproteksi”, amat berlimpahan, mempunyai posisi dan kedudukan yang baik dalam masyarakat dan pemerintahan. Akibatnya manusia yang berjalan di jalan dharma jadi frustrasi berat. Kemudian sebagian dari mereka ini lalu mengikuti arus demi keselamatan semu mereka. Kalau saja kita mampu bersabar dan merasa cukup, menerima semua ini dengan tulus hati dan kesadaran, maka lambat laun semua akan ternetralisir kembali.
Berbagai Punya-Karma masa lalu, para penjahat ini akan kembali secara alami pada saa-saat kejahatan mereka memuncak, demikian juga dengan insan-insan yang dharmais. Namun begitu saat Sanchit-Karma yang berakumulasi ini habis dan pupus sedikit demi sedikit, maka stok dosa yang mereka miliki akan bereaksi pada masa-masa selanjutnya. Jangan kaget seorang lahir cacat, karena berbagai penyakit yang mengerikan, dsb. Semua dosa di masa lalu harus dibayar, dan bayaran tersebut sangat mengerikan. Bukankah anda sering juga menyaksikannya di berbagai mass media sehari-hari ? Oleh sebab itu insan dharmais itu harus selalu hati-hati dengan apapun yang dilaksanakan sehari-hari, apalagi saat ini, karena hukum karma akan senantiasa mengintai, mengejar dan mengganjar kita setiap detik.
Tidak akan pernah ada kebahagiaan tanpa Punya-Karma di masa-masa lalu, demikian juga sebaliknya tidak akan hadir penderitaan tanpa Papa-Karma masa lalu. Semua ini ibaratnya tempat penyimpanan beras. Beras yang mengalir keluar dari lubang yang di bawah adalah simpanan masa lalu, masukan beras yang baru dari atas akan menjadi stok masa kini untuk masa kemudian. Demikian juga alur jalannya hukum karma ini. Selama stok karma anda bagus maka hasilnya juga akan bagus, demikian juga sebaliknya.

sumber :  http://marutisutabali.wordpress.com/hukum-karma/